Semarang, TABAYUNA.com
– Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah bekerjasama dengan Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI menggelar Seminar Kerukunan Pelajar/Mahasiswa Lintas Agama bertajuk "Harmoni dalam Keberagaman" yang digelar di Ruang Teater Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim Semarang, Sabtu (7/12/2024).

 

Dalam sambutannya, Sekretaris Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah Dr. Muhammad Ahsanul Husna mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama LP. Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah dengan Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI.

 

“Program strategis banyak kita lakukan salah satunya bermitra dengan Unwahas. Kemarin kita selama seminggu di China mencarikan beasiswa. Sebenarnya tidak rumit syaratnya, yang paling penting adalah bisa Bahasa Mandarin," lanjut dia.

 

Pihaknya juga menjelaskan bahwa banyak program diinisiasi oleh Ma'arif Jateng termasuk kemitraan dengan IM Japan yang mengantarkan pelajar jenjang SMA kerja di luar negeri yang di dalamnya ada pelajar non-muslim. "Hal ini membuktikan bahwa Ma'arif NU sudah menggaungkan moderasi beragama," beber dia.

 

Rektor Unwahas Prof. Dr. KH. Mudzakkir Ali, MA mengatakan Indonesia yang multikultur, multietnis itu memang anugerah dari Tuhan. Maka banyak negara ingin belajar dengan Indonesia. "Nilai-nilai Aswaja seperti tasamuh, tawazun, i'tidal, itu semua bisa diterima di dunia," katanya.

 

Dalam berinteraksi, saat ini kita bisa menerapkan Cabe Digital. “C itu cakap berdigital, A adalah aman berdigital, B adalah budaya digital, E adalah etika digital,” katanya.

 

Guru besar Ilmu Pendidikan Islam UIN Walisongo Prof. Dr. H. Syamsul Ma’arif dalam paparannya menjelaskan bahwa orang yang menggaungkan keberagaman adalah orang yang keren. “Menjaga keberagaman itu keren, inklusif itu keren, karena orang seperti ini berjiwa besar, karena sudah selesai dengan dirinya sendiri,” tegas Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah tersebut.

 

Penyebaran radikalisme yang kini bermetamorfosif atau berkamuflase melalui Internet of Things (IoT), WhatsApp, perangkat digital lainnya, harus dibentung melalui counter ideology karena sudah menyasar perempuan, remaja, generasi muda dan anak. Pihaknya berpesan, agar toleransi diperkuat, karena toleransi akan melahirkan pengetahuan, saling memahami dan kasih sayang.

 

Narsumber kedua, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang dan Pengasuh Majelis Istighotsah Al-Fadlilah Dr. Iman Fadhilah, S.H.I., M.S.I., mengatakan bahwa toleransi harus diperkuat dengan komunikasi dan saling mengenal satu sama lain.

 

Dalam materinya bertajuk “Toleransi dan Kedewasaan Bergama”, pihaknya menegaskan bahwa manusia secara kodrat adalah berbeda, banyak perbedaan. “Selain berpotensi toleransi yang tinggi, potensi konflik juga tinggi,” kata Iman dalam seminar yang dimoderatori Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah Dr. Hamidulloh Ibda tersebut.

 

Pihaknya berpesan, untuk menguatkan toleransi dibutuhkan empat aspek. Pertama, mengenal kenyataan yang berbeda-beda. Kedua, memahami kenyataan yang berbeda-beda. Ketiga, berinteraksi dengan pihak-pihak beragam. Keempat, keteladanan.

 

Narasumber ketiga, dosen UIN Walisongo Semarang & Wakil Sekretaris PW Muslimat NU Jateng Inanah SPd MPd., mengatakan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam mencetak generasi moderat. “Orang moderat sangat ditentukan dan dilahirkan dari orang yang moderat pula, utamanya adalah ibu di dalam keluarga,” bebernya dalam paparan materi bertajuk “Peran Perempuan dalam Membangun Harmoni Lintas Agama untuk Indonesia Damai” tersebut.

 

Al-ummu madrasatul ula, katanya, adalah ungkapan dalam bahasa Arab yang artinya “ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya”. Oleh karena itu, pihaknya berharap agar semua peserta bisa memaksimalkan perempuan dalam membangun generasi moderat.

 

“Karakter dibentuk oleh lingkungan, karakter dibentuk oleh organisasi. Maka pilihlah lingkungan yang moderat, organisasi yang baik agar karakter kita juga baik,” tegasnya.

 

Perempuan yang baik, katanya, akan melahirkan generasi yang baik pula. “Tolok ukur kesuksesan rumah tangga dan keluarga adalah perempuan,” lanjutnya.

 

Usai paparan dari ketiga narasumber, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Para peserta berdikusi menanyakan banyak hal termasuk isu-isu digital dan solusinya dalam rangka mewujudkan harmoni dalam keberagaman. (*)


Yogyakarta, TABAYUNA.com
– Rois Saifuddin Zuhri, guru SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman, Yogyakarta berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Doktor (S3) Pendidikan Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam ujian hasil disertasi (ujian tertutup) pada Jumat (6/12/2024) secara daring. Rois, dalam ujian tertutup tersebut berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Pengembangan Model Problems Based Multiple Representation Learning (PBMRL) pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar” di hadapan Dewan Penguji yaitu Prof. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. (Ketua/Penguji), Dr. Herwin, M.Pd. (Sekretaris/Penguji), Prof. Dr. Insih Wilujeng, M.Pd (Promotor 1/Penguji), Prof. Dr. Haryanto, M.Pd (Promotor 2/Penguji), Dr. Woro Sri Hastuti, M.Pd. (Penguji 2), dan Prof. Dr. Suryanti, M.Pd. (Penguji 1).


Capaian tersebut menjadi catatan perjalanan pria kelahiran Wonogiri tersebut, karena ia tidak perlu melakukan ujian akhir disertasi (ujian terbuka) karena berhasil mempublikasikan dua artikel di jurnal internasional terindeks Scopus yaitu “Multiple Representation Approach in Elementary School Science Learning: A Systematic Literature Review” terbit di International Journal of Learning, Teaching and Educational Research Vol. 22 No. 3 (2023) dan Information Communication Technologies Education In Elementary School: a Systematic Literature Review terbit di Journal of Education and Learning (EduLearn), Vol 18, No 3 2024.

Permasalahan di lapangan, kata Rois, adalah ditemukan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah dan sering kali terbatas pada penghafalan tanpa pemahaman mendalam. “Solusi yang saya tawarkan secara akademis melalui temuan riset saya ini adalah melalui model Problem Based Multiple Representation Learning (PBMRL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa  dalam pembelajaran IPA dan membantu guru mengajarkan konsep-konsep abstrak dengan cara yang lebih interaktif,” jelas dia.

Dalam temuan risetnya, Rois yang juga Pengajar Praktik Guru Penggerak BBGP DIY itu mengembangkan model pembelajaran yaitu Problems Based Multiple Representation Learning (PBMRL). “Model PBMRL ini dikembangkan dengan mengacu teori konstruktivisme, discovery learning, John Dewey, dan pengkodean ganda. Adapun sintak atau langkah-langkahnya adalah orientasi pada masalah, mengorganisasi siswa, mengeksplorasi masalah secara individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil secara representasi, dan menganalisis evaluasi. Di dalamnya, ada tujuan dan sasaran. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan sasarannya siswa kelas  V SD,” kata Rois yang juga Guru Pamong dan Penguji UKIN Program Profesi Guru (PPG) UNY tersebut.

Dosen Praktisi Mengajar Program Kampus Merdeka di Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa (UST) tersebut juga memaparkan, bahwa model PBMRL telah layak oleh ahli dalam uji kelayakan. "Kelayakan model PBMRL ini diuji dalam kelayakan buku model. Hasil analisis kesesuaian mencapai 100%, yang menunjukkan bahwa setiap komponen dalam buku model telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kedua, kelayakan panduan model. Ditemukan kelayakan yang mencapai 100%, panduan model PBMRL ini juga dapat berfungsi sebagai acuan utama dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga, kelayakan panduan penggunaan model berdasarkan hasil uji kelayakan panduan penggunaan model, validator menilai bahwa panduan ini berada dalam kategori layak dengan tingkat kesesuaian mencapai 100% sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan," kata dia.

Model PBMRL juga diuji keefektifan. "Analisis uji independent t-test kelompok kontrol menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 84.91 dengan deviasi standar (Std. Deviation) sebesar 8.609, sedangkan kelompok eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi, yaitu 89.50 dengan deviasi standar sebesar 6.521. Selisih rata-rata antara kedua kelompok ini adalah 4.592 yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBMRL yang dikembangkan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol," jelas Founder Ruang Siar Guru tersebut.

Salah satu kebaruan dari temuan riset tersebut, Rois menegaskan bahwa model PBMRL memiliki keunggulan signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPA. “Model pembelajaran PBMRL mengintegrasikan model multiple representasi dengan metode kolaborasi, diskusi, eksplorasi mandiri, dan model pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD pada pembelajaran IPA melalui sintaks model, sistem sosial, dan dampak instruksional yang dikembangkan di dalamnya,” jelas Asisten Bidang Examinaton Expert, Educational Quality Enhancement Program (EQEP) tersebut.

Dijelaskan pula, bahwa karakteristik model pembelajaran PBMRL yaitu pendekatan berbasis masalah, penggunaan representasi, kolaborasi dan diskusi, eksplorasi mandiri, sintaks model, sistem sosial, dan dampak instruksional untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD pada pembelajaran IPA.

“PBMRL yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dinyatakan layak berdasarkan uji validasi kelayakan instrumen model.  PBMRL yang dikembangkan terbukti efektif dalam membantu siswa merepresentasikan kemampuan berpikir kritis berdasarkan hasil uji independent t-test dan uji N-gain yang menunjukkan peningkatan signifikan.  PBMRL yang dikembangkan terbukti praktis digunakan menurut hasil respon guru, respon siswa, dan peer viewer yang secara konsisten memberikan penilaian positif terhadap kemudahan penerapannya,” papar dia.

Rois merupakan doktor FIPP ke 105 dan doktor Pendidikan Dasar ke 48. Rois lulus dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3.92 dengan nilai disertasi A (87.3) dengan masa studi 41 bulan (3 tahun 5 bulan). Ia ditetapkan bisa lulus tanpa ujian terbuka karena berhasil mempublikasikan dua artikel ilmiah di jurnal internasional.

Pihaknya berharap, agar temuan dan novelty dari model PBMRL bisa diterapkan di SD di wilayah Sleman dan umumnya di Yogyakarta karena sangat dibutuhkan oleh siswa SD utamanya dalam mata pelajaran IPA yang mengharuskan siswa untuk melakukan representasi ganda.  (**)

 


Semarang, TABAYUNA.com
- Artificial Intelligence in Education (AIEd) dan Machine Learning (ML) sangat memudahkan guru dalam memberkat penerapan deep learning di sekolah. Hal itu diungkapkan dosen sekaligus Wakil Rektor I INISNU Temanggung Dr. Hamidulloh Ibda dalam Workshop bertajuk "Penguatan Deep Learning melalui AIEd" yang digelar PGRI Cabang Gajahmungkur, Kota Semarang pada Rabu (4/12/2024) di SDN Petompon 02 Kota Semarang.

“AIEd itu bagian dari AI. Karena AI itu bisa digunakan dalam bidang ekonomi, industri, manufaktur, hukum, sosial, termasuk pendidikan. Berbicara AI ya tidak bisa lepas dengan deep learning. Berbicara deep learning, tidak bisa lepas juga dari AIEd atau machine learning,” imbuh Ibda.

Dikatakannya, deep learning itu hakikatnya pendekatan pembelajaran, bukan kurikulum baru. “Deep learning itu secara konseptual ya pendekatan pembelajaran, bukan kurikulum baru yang kemarin viral di media. Untuk menerapkan dan memperkuat deep learning, mau tidak mau ya melalui AIEd maupun Machine Learning," kata Ibda dalam workshop yang digelar di SDN Petompon Semarang tersebut

Dikatakan Hamidulloh Ibda, bahwa deep learning adalah pembelajaran dalam atau pembelajaran mendalam. "Deep learning dikenal juga deep structured learning (pembelajaran struktural mendalam), atau hierarchical learning (pembelajaran hierarki) yang merupakan salah satu cabang dari ilmu machine learning (pemelajaran mesin) yang terdiri atas algoritma pemodelan abstraksi tingkat tinggi pada data menggunakan sekumpulan fungsi transformasi non-linear yang ditata berlapis-lapis dan mendalam," kata reviewer pada 30 jurnal internasional terindeks Scopus tersebut.

Simpelnya, kata Ibda, deep learning adalah pendekatan pembelajaran dalam konteks teknologi, ilmu komputer, dan disiplin ilmu lain termasuk STEM, Humaniora, dll. Namun, DL dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sebagai mata pelajaran atau modul pembelajaran.

Dalam paparannya, Ibda menjelaskan juga sejarah munculnya deep learning yang berkembang sejak1940 dengan perkembangan awal dengan cybernetics, dan secara resmi muncul tahun 2006.

“Orang yang mengenalkan Deep Learning adalah Geoffrey Hinton, ilmuwan komputer asal Kanada yang dijuluki Bapak Deep Learning,” lanjut Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah tersebut.

Dari konsep itu, Ibda menjelaskan alasan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu'ti yang mengelaborasi dan mengintegrasikan sejumlah toeri. "Kalau Prof Mu'ti, sebenarnya merujuk sejumlah teori besar. Kemarin, Prof Suyanto menulis di Kompas, ia menyebut bahwa sejumlah teori yang dirujuk Mendikdasmen dalam mengembangkan Deep Learning meliputi John Dewey “Learning by Doing” akhir abad ke-19, Jean Piaget (1923) The Child Conception of of the World, Howard Gardner (1983) The Theory of Multiple Intelligences, Ellen Langer (1997) Power of Mindful Learning, Jon Kabat-Zinn Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR)," kata dia.

Dari Deep Learning itu, muncul Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning. "Mindful Learning itu intinya memberikan kesempatan bagi murid untuk aktif berdiskusi dan bereksperimen dengan memperhatikan kebutuhan serta potensi setiap individu. Contohnya: guru tidak sekadar menyampaikan teori saat belajar numerasi, tetapi juga membantu siswa memahami peran tersebut dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan luas. Meaningful Learning itu intinya mengajak siswa memahami alasan di balik setiap materi yang dipelajari.  Sebagai contoh, guru menjelaskan manfaat konsep matematika dalam pengelolaan keuangan atau logistik. Pemahaman ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan Joyful Learning berfokus pada kepuasan dari pemahaman mendalam, tidak hanya menciptakan pengalaman belajar menyenangkan. Contoh: Guru demonstrasi atau diskusi saat belajar sejarah agar siswa memahami konsep/desain teorinya, bukan sekadar menghafal," kata dia.

Dalam kesempatan itu, penulis buku Guru Dilarang Mengajar! tersebut menyampaikan juga ragam AIEd dan demo, yaitu AIED Chatbots, AIED Games, AIED Videos and Songs, AIED for Learning, Adaptive Learning Systems (Smart Sparrow, DreamBox Learning, ALEKS), Intelligent Tutoring Systems/ITS (Carnegie Learning, Knewton, AutoTutor), Virtual Assistants (ChatGPT, IBM Watson Tutor, Google Assistant), Learning Analytics Platforms (Brightspace Insights, Tableau for Education), Content Creation and Management Tools (Canva AI for Education, Articulate 360), Assessment and Grading Tools (Gradescope, Turnitin with AI), dan Speech and Language Processing Tools (Duolingo, Lingvist, Speechify).

Setelah pemaparan materi konseptual, Ibda melakukan praktik atau demonstrasi penggunaan AIEd Chatbots, AIEd Games, AIEd Video dan AIED Music dengan menggunakan Suno AI.

Sementara itu, Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang Dian Marta Wijayanti narasumber kedua, menjelaskan bahwa AIEd sangat beragam yang bisa membantu guru dalam pembelajaran, salah satunya adalah Fliki AI untuk membuat video pembelajaran.

“Fliki AI merupakan platform yang menggunakan AI untuk mengubah teks menjadi video dan ucapan. Fliki AI dapat digunakan untuk membuat konten berkualitas tinggi dengan biaya yang lebih murah,” kata Dian.

Sebelumnya, Ketua PGRI Cabang Gajahmungkur Kota Semarang Siti mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan rangkaian Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-79 dan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2024.

Koordinator Satuan Pendidikan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Suparno mengapresiasi kegiatan itu. Pihaknya berharap agar guru selalu inovatif dalam mengembangkan pembelajaran.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Semarang, Erwan Rachmat memberikan pengarahan, bahwa Deep Learning bukanlah kurikulum baru melainkan hanya pendekatan pembelajaran. Sejak dulu, dikatakannya, telah banyak berkembang pendekatan dan model pembelajaran seperti Active Learning, Contextual Theaching Learning, Cooperative Learning, dan lainnya.

Pihaknya juga menghimbau agar guru di wilayah Kecamatan Gajahmungkur aktif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran berbasis digital. Hal itu tentu sudah diwadahi oleh PGRI karena menurutnya, PGRI adalah organisasi paripurna.

"Guru itu tidak boleh stres. Ciri-ciri guru stres itu ngantukan, sering berbicara sendiri, mudah marah, sering memagang kepala, memegang pipi, dan memegang dagu" katanya.

Dengan adanya workshop tersebut, diharapkan guru-guru di Kecamatan Gajahmungkur bisa membawa dampak positif utamanya bagi pembelajaran di kelas. (*)


Semarang, TABAYUNA.com
- Dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Gerakan Literasi Ma'arif (GLM) Plus Part 6 bertajuk "Gerakan Literasi Digital" oleh Tim GLM Plus Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jateng, narasumber Tim GLM Plus dan Direktur Mikopedia, Miftakhul Khoiri, menegaskan bahwa branding sekolah dan madrasah Ma'arif NU sangat ditentukan oleh meme, gambar, video, maupun lagu.

 

Hal itu dipaparkannya dalam Diklat GLM Part 6 Selasa (3/12/2024) melalui Zoom Meting yang diikuti ratusan guru, dan pelajar Ma'arif NU se Jawa Tengah yang dimoderatori mahasiswi Inisnu Temanggung Azzahra Nurul Fida.

 

"Saya menyebutnya meme marketing. Jadi, meme, gambar, video dan lagu itu bisa berdampak positif bagi branding sekolah dan madrasah Ma'arif," kata Miko dalam paparan materinya berjudul Strategi Pembuatan Meme/Gambar dan Animasi untuk Branding Pendidikan.

 

Manfaat meme marketing sendiri, dijelaskan Miko setidaknya ada enam. Pertama, meningkatkan eksistensi madrasah atau sekolah. "Strategi ini memiliki potensi untuk menjadi viral di media sosial, sehingga dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan meme yang menarik dan menghibur, Madrasah atau Sekolah dapat dengan mudah mencapai pengakuan dan meningkatkan kesadaran tentang kegiatan, prestasi dan layanan yang diberikan," kata dia.

 

Kedua, meningkatkan keterlibatan dan interaksi. Ketiga, meningkatkan keterjangkauan media sosial. Keempat, penyampaian pesan dengan cepat dan efektif. Kelima, meme menjadi konten yang murah dan ekonomis. Keenam, meningkatkan kunjungan situs website sekolah dan madrasah.

 

Usai paparan materi, Miko juga melakukan demo singkat dalam pembuatan meme dengan memanfaatkan aplikasi online yang gratis maupun berbayar.

 

"Dalam pembuatan desain Meme yang powerfull, Kita dapat memanfaatkan fasilitas gratis yang ada di internet, seperti Canva, Adobe.com, Capcut, dan lain-lain, baik yang versi desktop maupun mobile," kata dia.

 

Sementara itu, Koordinator Bidang Media, Informasi, Publikasi, dan Kehumasan LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah Nur Hasan mengatakan bahwa branding merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan serta memperkuat merek atau brand sehingga mampu
memberikan perspektif ke orang lain/publik.

 

"Branding sekolah itu proses membangun identitas, citra, dan reputasi unik sebuah sekolah untuk menciptakan persepsi Positif di benak masyarakat terutama calon siswa dan orang tua," kata dia dalam materi bertajuk Strategi Pembuatan Lagu/Musik dan Video untuk Branding Pendidikan tersebut.

 

Dalam membuat video atau lagu, dibutuhkan konsep yang jelas. "Konsep pembuatan video branding pendidikan ini dimulai dari visi dan nilai inti, target audiens, narasi yang inspiratif, visual dan suara yang menarik," kata Hasan.

 

Hasan membagi produk video atau lagu dimulai dari pra produksi, produksi, paca produksi, distribusi dan promosi.

 

Sementara itu, dalam sambutannya, Koordinator GLM Plus Dr. Hamidulloh Ibda menegaskan bahwa kegiatan GLM Part 6 menjadi penting karena sekolah dan madrasah wajib melek media digital. “Saat ini semua promosi tidak hanya dilakukan saat musim PPDB saja, namun setiap saat melalui platform media sosial yang di dalamnya berisi konten meme, gambar, quote, musik, video, maupun lagu,” kata Ibda.

 

Selain itu, perkembangan AI menurut dia harus ditangkat sebagai peluang untuk memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan. “Maka harapannya, GLM keenam ini bisa membuka wawasan, dan berbagi praktik baik dari Mas Miko dan Mas Hasan yang selama ini sudah membantu produksi konten di Ma’arif NU Jawa Tengah,” beber dia.

 

Usai sambutan yang mewakili Ketua LP. Ma’arif NU PWNU Jateng, Ibda secara resmi membuka GLM yang diikuti ratusan peserta tersebut. (*)