Temanggung, Tabayuna.com
— Dalam rangkaian kegiatan Yudisium, Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Karir Mahasiswa sebagai bekal menghadapi dunia kerja, bertempat di Aula KBIHU Babussalam, Selasa (21/10/2025).

 

Kegiatan pembinaan ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, yakni Sofwan Setiawan, S.Pd.I. dan Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan INISNU Temanggung.

 

Dalam paparannya, Sofwan Setiawan yang juga aktivis, pengusaha, dan perangkat desa tersebut mengatakan bahwa dunia usaha membuka peluang berkarir selain bekerja di kantoran. Ia menceritakan praktik baik yang selama ini dilakukan, seperti jualan es, dan bisnis lainnya.

 

“Jual saja sesuatu yang Anda punya, jangan malu, pengusaha itu tidak menghiraukan hal-hal itu,” katanya.

 

Lulusan INISNU Temanggung itu juga mengatakan, bahwa berwirusaha tidak perlu yang mahal-mahal dengan modal besar, namun bisa dimulai dari hal-hal kecil yang disukai, dan minat..

 

Sementara itu, Dr. Hamidullih Ibda menyampaikan materi bertajuk Strategi Melamar Kerja: Membuat Surat Lamaran, CV, dan Wawancara Kerja yang berisi panduan praktis bagi calon lulusan untuk menyiapkan dokumen dan strategi menghadapi proses rekrutmen.

 

“Lulusan perguruan tinggi tidak hanya dituntut memiliki ijazah, tetapi juga keterampilan berpikir kreatif, kemampuan komunikasi, serta kesiapan mental menghadapi dunia kerja yang kompetitif,” tutur Dr. Ibda dalam sesi pembinaan

 

Selain pilihan studi lanjut S2 atau S3, dan bekerja kantoran, Ketua Dewan Pengawas LPPL Temanggung TV itu juga menekankan pentingnya membangun mental wirausaha di tengah tantangan dunia kerja modern. Menurutnya, mahasiswa harus berani menjadi pelopor, bukan sekadar pengikut, dengan menciptakan peluang dan lapangan kerja baru.

 

Acara berlangsung interaktif, ditandai dengan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh para peserta. Melalui kegiatan ini, INISNU Temanggung berkomitmen menyiapkan lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga siap bersaing dan berkontribusi di dunia profesional.


Semarang, Tabayuna.com
- Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah kembali membuka kesempatan bagi para guru dan ustadz untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris melalui program NES English Capacity Building Batch 3. 

Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara LP Ma’arif NU – RMI NU PWNU Jawa Tengah dengan Yayasan NASIMA Semarang dan Access English School Pare, yang selama ini konsisten mendukung peningkatan kompetensi pendidik Ma’arif dan pesantren di bidang bahasa.


Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah Fakhruddin Karmani, mengatakan bahwa program ini diperuntukkan bagi guru Bahasa Inggris pada satuan pendidikan LP Ma’arif NU Jawa Tengah serta ustadz atau santri senior pondok pesantren yang bernaung di bawah RMI NU Jawa Tengah. Peserta diharapkan memiliki semangat belajar tinggi, dengan beberapa syarat seperti memiliki skor TOEFL ITP minimal 450, mendapatkan surat rekomendasi dari madrasah, sekolah, atau pondok pesantren asal, serta rekomendasi dari Ketua LP Ma’arif NU PCNU atau Ketua RMI NU PCNU setempat. "Peserta juga harus bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi administratif, akademik, dan wawancara, serta menyatakan kesanggupan menyelesaikan program hingga akhir," katanya, Senin (20/10/2025).


Program ini hanya dibuka untuk 50 peserta terbaik, yang akan diseleksi melalui beberapa tahapan mulai dari sosialisasi program pada 18 Oktober 2025, pendaftaran dan screening TOEFL pada 18–23 Oktober, pelaksanaan tes TOEFL pada 25 Oktober, serta seleksi administrasi dan wawancara pada 28 Oktober hingga 1 November. Pengumuman hasil seleksi akhir dijadwalkan pada 3 November 2025, sementara pelaksanaan program akan berlangsung di Pare, Kediri, pada 15 November hingga 27 Desember 2025.


Selama mengikuti kegiatan, peserta akan memperoleh berbagai fasilitas seperti transportasi pulang-pergi Semarang–Pare, akomodasi, uang saku, kaos kegiatan, fasilitas kurikuler dan ekstrakurikuler, buku materi, goodie bag, serta perlengkapan belajar. Setiap kelas dibatasi hanya 25 peserta agar proses pembelajaran berjalan intensif dan efektif.


Program ini menjadi salah satu wujud nyata komitmen LP Ma’arif NU dan RMI NU Jawa Tengah dalam meningkatkan kualitas guru dan santri di bidang bahasa, khususnya Bahasa Inggris, yang menjadi bekal penting di era global saat ini. Dua batch sebelumnya telah melahirkan alumni yang kini lebih percaya diri menggunakan Bahasa Inggris dan menjadi motor penggerak peningkatan kapasitas bahasa di sekolah maupun pesantren Ma’arif NU di berbagai daerah.


Pendaftaran NES English Capacity Building Program Batch 3 dapat dilakukan melalui tautan https://bit.ly/nes_batch3, dengan narahubung HiJoe di nomor 0853-2680-1000 untuk informasi lebih lanjut. (*)


Semarang, Tabayuna.com
— Suasana ruang pertemuan Hotel Dalu, Semarang, akhir pekan itu terasa berbeda. Kursi-kursi tertata rapi, layar proyektor menampilkan materi teknis, dan dua puluh dua asesor dari berbagai daerah di Jawa Tengah tampak serius menyimak setiap paparan. Mereka bukan tengah menguji peserta seperti biasanya, melainkan menjalani uji ulang kompetensi diri.

Kegiatan bertajuk Pelatihan Peningkatan Kompetensi dan Sertifikasi Ulang Asesor Kompetensi ini diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Kedua (LSP P2) Ma’arif NU Jawa Tengah pada 18–19 Oktober 2025. Agenda tersebut menjadi langkah strategis untuk menjaga kualitas sumber daya manusia, sekaligus memastikan para asesor tetap relevan dengan perkembangan dunia kerja dan pendidikan vokasi.

Menjaga Mutu dan Relevansi Asesor

Direktur LSP P2 Ma’arif Jateng, Sunardi, membuka kegiatan dengan penekanan kuat bahwa penyegaran kompetensi bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan mendasar.

“Dunia berubah cepat, teknologi berkembang, dan tuntutan industri semakin tinggi. Asesor harus ikut bergerak, memperbarui diri, dan terus belajar agar hasil sertifikasi kita bermutu,”
tegasnya.

Menurutnya, asesor merupakan garda terdepan dalam memastikan standar kompetensi lulusan SMK dan lembaga pelatihan sesuai dengan kebutuhan industri. Tanpa peningkatan kapasitas yang berkelanjutan, sertifikasi bisa kehilangan maknanya.

Pembaruan Sistem dan Pendekatan

Dalam sesi berikutnya, Master Asesor Jauhar Faradis menyampaikan sejumlah pembaruan dalam mekanisme sertifikasi ulang dibanding periode sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa kini seluruh proses sertifikasi lebih terstandar dan terdokumentasi dengan baik, mulai dari alur asesmen, verifikasi dokumen, hingga pelaporan hasil uji kompetensi.

“Kita ingin memastikan proses sertifikasi berjalan lebih transparan, akuntabel, dan sesuai dengan prinsip pengakuan kompetensi berbasis bukti,” ujarnya.

Selain pembaruan sistem, peserta juga mendapatkan sesi praktik asesmen ulang, analisis studi kasus, serta pembahasan instrumen penilaian terbaru yang sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Asesor Sebagai Penggerak Pendidikan Vokasi

Sementara itu, Sekretaris LSP P2 Ma’arif Jateng, M. Ahsanul Husna, mengingatkan pentingnya menjaga semangat pengabdian dalam profesi asesor.

“Tugas kita bukan sekadar meluluskan peserta uji, tapi mengantarkan mereka menuju masa depan yang lebih percaya diri, kompeten, dan berdaya saing,” katanya.

Ia juga menyinggung peluang kerja sama internasional yang sedang dijajaki, seperti program studi ke Tiongkok, serta penguatan jejaring dengan industri dan lembaga pendidikan tinggi.
“Ma’arif NU harus terus bergerak membuka ruang kolaborasi lintas negara. SMK binaan kita tidak boleh tertinggal dari perubahan global,” tambahnya.

Menatap Masa Depan dengan Pembelajaran Berkelanjutan

Di penghujung kegiatan, seluruh asesor menjalani asesmen ulang dan mendapatkan umpan balik langsung dari tim master asesor. Selain untuk memperbarui lisensi, kegiatan ini menjadi momentum reflektif bagi para asesor untuk menilai kembali profesionalitas dan komitmen mereka terhadap mutu pendidikan vokasi Ma’arif.

Dalam penutupan, Sunardi kembali mengingatkan bahwa kompetensi bukanlah hasil akhir, melainkan proses tanpa henti.

“Sertifikasi yang bermakna hanya lahir dari asesor yang terus belajar. Kompetensi tidak boleh berhenti di selembar sertifikat, tapi harus hidup dalam praktik kerja kita sehari-hari,” tuturnya.

Dengan kegiatan ini, LSP P2 Ma’arif NU Jawa Tengah menegaskan komitmennya menjaga mutu pelaksanaan sertifikasi profesi, memperkuat jejaring dunia usaha dan industri, serta membangun ekosistem pendidikan vokasi yang unggul dan berdaya saing global.

 


Semarang, Tabayuna.com - Rabhitah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (RMI PWNU) Jawa Tengah akan mengadakan halaqah bertemakan “Manajemen dan Akuntansi Pesantren”. Bertempat di Pondok Pesantren Asnawiyyah, Demak. Kegiatan ini merupakan rangkaian Hari Santri yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.


Halaqah terselenggara atas kerjasama RMI PWNU Jateng dengan Kantor Kementerian Agama Wilayah Jawa Tengah, dijadwalkan hadir sebagai narasumber KH. Ubaidillah Sodaqoh (Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah) dan Provita Wijayanti, SE., M.Si., Ak, CA, AWP, IFP, Ph.D (Dosen Pascasarjana Magister Akuntasi FEB UNISSULA).


“Pesantren memiliki tiga fungsi utama,selain fungsi pendidikan,ada dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga Pesantren diharapkan mampu mengelola ketiga fungsi tadi dengan baik,terlebih dalam hal Akuntansi. Namun, pesantren disisi yang lain harus menguatkan dirinya sendiri.” terang KH. Fadlulloh Turmudzi selaku Ketua RMI PWNU Jateng. 


Tradisi tertib administrasi dalam berbagai kebutuhan,khususnya dipesantren, sebenarnya sudah diajarkan oleh para pendahulu kita, masyayikh kita, artinya bukan sesuatu yang baru. 


“Bagaimana aktualisasi konteks manajemen dan akuntansi pesantren itu diselaraskan sesuai kebutuhan zamannya.” tandas KH. Fadlulloh Turmudzi yang juga ketua Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal Se-Indonesia (Aspendif). 


Halaqah ini mengingatkan para kyai untuk selalu update informasi. Bagaimana perkembangan terkini mengenai manajemen dan akuntansi pesantren. 


“Berbagai dinamika yang terjadi di pesantren dapat dibeberkan besok ketika halaqah. Mumpung ada pakar terkait kedua hal tersebut,” terang Mukhamad Zulfa selaku Person In Charge (PIC) halaqah ini. 


Para pengasuh baik pak kyai dan bu nyai bisa berbagi informasi dalam halaqah besok. 


Halaqah kali ini merupakan putaran yang ketiga, sebelumnya di Kabupaten Pekalongan, (18/10) bertemakan Eco-Pesantren. Sedangkan pertama di Kudus, (16/10) membahas “Pencegahan dan Penanganan Bullying dan Kekerasan Seksual”.  (tb1/Mukhamad Zulfa)