Oleh : Shafira Nurulita
Mahasiswa
Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
Tak seorang pun tahu dengan pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Begitu pula dengan perubahan iklim yang akan terjadi di bumi. Bahkan cuaca saja kadang tidak sesuai dengan perkiraan. Pada masa ini, bentuk krisis lingkungan seperti dampak pemanasan global tengah dirasakan oleh warga dunia. Seperti halnya musim kemarau di Indonesia yang berkepanjangan. Suhu udara naik bersamaan dengan fenomena pemanasaan suhu muka laut atau el nino.
Musim kemarau di Indonesia tahun 2023 menurut saya menjadi musim kemarau paling panas setelah 10 tahun terakhir, hal ini juga tidak dapat diprediksi. Petani di daerah saya tepatnya di Kabupaten Temanggung yang seharusnya sudah mulai menanam padi pada bulan Oktober ini, harus tertunda karena beberapa daerah masih terlanda kekeringan bahkan kekurangan air. Lahan yang menjadi tempat bercocok tanam masih tandus dan sama sekali tidak ada sumber air untuk pengairan padi tersebut nantinya. Akibat dari kekeringan ini sejumlah dusun di Desa Kemloko, Kecamatan Kranggan, seperti Dusun Tanjungsari, Dukuh, dan Puspan mendapatkan bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten Temanggung, karena sumber air di desa tersebut mengering. Bantuan air bersih ini menurut saya sangat membantu, namun yang didapatkan juga tidak sebanyak itu. Hanya beberapa ember atau derigen saja. Jadi warga desa harus benar benar menggunakan air sebaik mungkin.
Jika menelisik ke daerah lain. Bukan hanya kekeringan saja yang menjadi satu krisis lingkungan yang di akibatkan oleh perubahan iklim. Banjir juga terjadi karena pengaruh dari perubahan iklim. DKI Jakarta yang tadinya terdampak kekeringan cukup parah bahkan dengan suhu udara yang sangat tinggi, kali ini berbanding terbalik dengan kondisi cuaca sebelumnya. Minggu, 05 November 2023 DKI Jakatra untuk kesekian kalinya terendam banjir. Banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga banjir kali ini merendam 54 RT di DKI Jakarta.
BPBD mencatat genangan yang sebelumnya terjadi di 52 RT, saat ini menjadi 18 RT atau 0,058% dari 30.772 RT yang ada di wilayah DKI Jakarta,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Minggu (5/11/2023)
Terjadinya perubahan iklim ini dapat berdampak buruk dan mengakibatkan krisis lingkungan, jika tidak dicegah dan diatasi. Akan timbul bermacam macam krisis lingkungan lainnya yang akan terjadi.
Penyebab perubahan iklim dan krisis lingkungan
Dalam kehidupan sehari hari pastinya akan terjadi interaksi antar berbagai komponen dan faktor eksternal, dan ini dapat mempengaruhi perubahan iklim secara terus menerus. Perubahan iklim sendiri sering dikaitkan dengan pemanasan global. Dan aktivitas manusia lah yang menjadi penyebab utama dari perubahan iklim tersebut.
Manusia kadang semena mena memanfaatkan sumber daya alam dengan serakah. Penebangan hutan secara liar, pembakaran hutan besar besaran, menimbun sampah dan menjadikan aliran sungai sebagai TPA, bahkan penggunaan air bersih disaat musim kemarau ini tidak digunakan seperlunya. Inilah yang perlu disadarkan kembali. Kurangnya kesadaran di masyarakat lah yang perlu diperbaiki lagi.
Perubahan iklim dari musim kemarau yang berkepanjangan kemudian hujan turun dengan sangat lebat sehingga mengakibatkan banjir. Hal ini mungkin tidak akan terjadi di daerah dengan lingkungan yang masih terjaga seperti di daerah daerah pedesaan. Namun di DKI Jakarta sudah menjadi hal yang wajar dan sering terjadi. Mengapa demikian? Karena sejumlah faktor menyebabkan banjir dapat terjadi. Kurangnya endapan air, dan semua jalan di cor, membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan saluran air tersumbat.
Upaya untuk mengatasi krisis lingkungan
Dimulai dengan kesadaran manusia. Krisis lingkungan justru lebih besar disebaban oleh ulah manusia itu sendiri. Maka dari itu dalam suatu daerah ada baiknya jika diberikan sosialisasi tentang bagaimana menjaga lingkungan dengan baik, memanfaatkan sebaik mungkin dan bagaimana mencegah dan meminimalisir agar krisis lingkungan ini tidak terjadi. Tentunya semua tindakan dari upaya mengatasi krisis lingkungan ini harus didasari oleh kesadaran masyarakat terlebih dahulu. Baru masyarakat memulai untuk penerapannya.
Dengan menjaga lingkungan sekitar dapat meminimalisir terjadinya krisis lingkungan. Seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam tumbuhan hijau seperti pohon pohon sebagai penyerapan, mengurangi cor jalan, rajin membersihkan saluran air, melaksanakan program tebang pilih, pengolahan limbah daur ulang, monitoring lingkungan, efisiensi energi, transportasi berkelanjutan, dan energi terbarukan.
Mengatasi krisis lingkungan ini tidaklah mudah. Peran masyarakat dan pemerintah juga sangat diperlukan. Jika kita bersama sama menjaga dan melestarikan lingkungan maka krisis lingkungan yang disebabkan oleh manusia tersebut mampu diminimalisir. Tidak ada akibat tanpa penyebab maka sebelum perubahan iklim dan krisis lingkungan berdampak buruk, upaya dari kita sebagai manusia harus ditingkatkan dan diarahkan.
Tambahkan Komentar