Penulis: Aqil Ramadhani
Korelasi nilai-nilai Aswaja dengan kegiatan belajar-mengajar sangat penting untuk memperkuat pendidikan karakter peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendidikan karakter berbasis Aswaja di Madrasah Ibtidayah Al-Huda Kedungumpul menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik Madrasah Ibtidayah Al-Huda Kedungumpul sudah mengamalkan nilai-nilai karakter berdasarkan aswajah, seperti sikap Tasamuh, sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar, sikap Tawasuth serta sikap Tawazun. Sejalan dengan pengembangan karakter bangsa dan agama, serta disiplin dan ramah tamah.
Pendidikan karakter “Semangat kebangsaan” dan “cinta tanah air” diartikan oleh peserta didik Madrasah Ibtidayah Al-Huda Kedungumpul sebagai karakter bangsa, yaitu cara berpikir, bertindak, dan pemahaman yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan negara individu dan bangsa Kepentingan pribadi juga mencakup kepentingan kelompok
Seiring berjalannya waktu, masyarakat banyak menyebarluaskan pendidikan, khususnya di bawah naungan Aswaja, di berbagai tempat mulai dari media massa, instansi pemerintah, universitas, dan lembaga sekolah. (Badriyah and Suwandi, 2024). Cara berpikir seperti ini muncul dari permasalahan bangsa, terutama yang berkaitan dengan persoalan moral atau etika, dan selama ini tercermin dalam perilaku generasi muda.Di Indonesia, sebagaimana diamanatkan Pasal 4 UUD 1945, nilai-nilai moral dan karakter bangsa dalam membangun sumber daya manusia yang ideal dan sempurna semakin memudar bahkan hilang, sehingga pemerintah menyelenggarakan pendidikan yang efektif, adil, bermutu dan relevan. menuju tujuan hidup yang lebih baik. (Basir, 2021).
Oleh karena itu, upaya strategis untuk mengentaskan permasalahan negara melalui penelitian mendasar terhadap permasalahan pendidikan memerlukan perhatian khusus untuk mencari solusi terbaik. Salah satunya adalah dengan mengintegrasikan aspek moral dan sosial ke dalam proses pendidikan karakter. Konsep pendidikan karakter ini telah lama menjadi cita-cita bangsa Indonesia.Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 mengatur bahwa perancangan dan pembentukan sistem pendidikan Indonesia hendaknya mewujudkan bangsa yang cerdas, mandiri, dan tangguh dengan memperkuat nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan khususnya dengan menerapkan pendidikan karakter .Demikian pula dengan menanamkan budi pekerti luhur dan berakhlak mulia dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. (Ismail, 2020).
Penerapkan pendidikan karakter sesuai dengan situasi Indonesia saat ini. Terlebih pendidikan karakter praktis mencakup seluruh nilai-nilai ideologi Aswaja yang memadukan nilai-nilai luhur seperti Amar Maruf Nahi Munkar, keadilan dan rahmat (taadul dan tawasuth), serta ajaran agama dan hal tersebut dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan, toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawaun).Tujuan pendidikan karakter berbasis Aswaja adalah menghasilkan generasi yang berakhlak mulia dan berakhlakul karimah serta bermanfaat bagi orang lain. (Subaidi, 2021; Ula, 2021). Selain itu, di zaman modern ini banyak bermunculan organisasi-organisasi yang mengaku berafiliasi dengan al-Sunnah wal-Jamaah. Berdasarkan Hadist nabi, umat isaalm akan terbagi menjadi 73 golongan, dan yang salah satunya masuk surga ialah meraka yang beriman kepada al-Qur’an dan al-hadits (Ahursunnah wal-jamaah), .Di sinilah kita perlu menyadari betapa pentingnya mengetahui kepada siapa mereka mengikuti akidanya.
Penelitian terkait pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa kelas V pada materi sistem peredaran darah pada mata pelajaran IPA (Firdaus dan Aini, 2024) dan pengembangan media pembelajaran Tenaga Surya berbasis Construct 2 berbasis 2 untuk MI kelas VI. Sistem bahan ajar mata pelajaran IPA sudah diterapkan (Mawaddah dan Lestari, 2024) Namun belum banyak penelitian terkait penerapan nilai-nilai Aswaja sebagai upaya meningkatkan pendidikan karakter peserta didik. Sehubungan dengan pembahasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut penerapan nilai-nilai Aswaja dalam upaya meningkatkan pengembangan karakter peserta didik.
ISI DAN PEMBAHASAN
Nilai-nilai Ahlussunnah Waljama’ah
Menurut KBBI, "nilai adalah harga (taksiran harga), sebenarnya tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan." Nilai adalah sesuatu yang memberi makna kepada hidup Anda dan memberi Anda acuan, titik tolak, dan tujuan. Pada umumnya, kalangan Muslim akan menganggap pihaknya sebagai kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah. Karena itu, hanya kelompok inilah yang akan diridhai Allah di akhirat nanti, sedangkan kelompok lain akan terhempas. Karena istilah Aswaja banyak arti, sehingga banyak kelompok yang mengklaim dirinya sebagai Aswaja.
Ahlussunna Waljamaah adalah golongan terbesar umat Islam yang mengikuti Sunah Rasulullah Saw dan para sahabatny. Sedang dalam pemahamanya, akidah Aswaja senantiasa berdasarr pada Al-Qur,an, Hadis, Ijma, dan Qiyas.
Tokoh Aswaja dala Bidang Iman/akidah adalah Imam Abu Al Hasan Al-Asy;ari, Imam Abu Manshur Al Maturidhi, dan dlaa bidang Syariah/Fiqih berdasar pada salah satu dari madhahibil Arba,ah yani Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi,i dan Imam Ahmad bin hanbal dan dala bidang Ikhsan tasawuf berdasar padaIma Junaid Al Baghdadi dan Imam Abu Hamid Al ghazali.
Paham Aswaja diikuti oleh para ulama Nusantara dan diteruskan oleh para ulama NU hingga sekarang sehinggaNahdlatul Ulama menjadi landasan pemikiran,tindakan dari warga NU sendiri merupakan ideologi Ahlussunnah Wal Jama'a yang diterapkan sesuai dengan situasi sosial di Indonesia terlebih pada zaman sekarang. Hal tersebut menyatakan bahwa NU memiliki Khittah sebagai sebuah organisasi keagamaan bahkan sosial, bahkan terkadang dieksplorasi dari inti perjalanan sejarah perayaannya. Khittah NU menjelaskan empat prinsip nilai-nilai Aswaja dalam lingkungan sosial yang menjadi inti ajaran Aswaja.
Sikap Tasamuh
Tasamuh yang berarti toleransi. Tasasauh artinya menjalankan hak,menerima, menghormati dan menghargai satu sama lain. Dalam perspektif islam mengenai Tasamuh, masyarakat bisa menerima perbedaan pendapat mengenai persoalan agama, khususnya yang penuh dan mengandung kaifiyyah, serta persoalan sosial budaya. Dalam nilai-nilai Nahdlatul Ulama, toleransi merupakan suatu sikap yang menunjukkan sikap saling menghormati dan menghargai perbuatan orang lain. Karena berprinsip baawa toleransi adalah landasan umat manusia. Orang yang toleran adalah orang yang berpikiran terbuka, terus mengejar kebenaran dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan toleran, serta tidak membiarkan dirinya terpengaruh oleh keyakinannya. Artinya toleransi membangun perspektif inklusif dan menjauhkan diri dari klaim kebenaran yang tertutup. Sikap toleran terhadap perbedaan yang meiputi pendapat dalam masalah agama, sosial, dan budaya terlebih dalam masalah Furu' (cabang) atau Khilafiyah (yang disengketakan).
Amar Ma’ruf
Amar Ma’ruf Nahi Munkar artinya menganjurkan untuk melakukan kebaikan dan melarang keburukan.Secara etimologis, ma’ruf berarti “dikenal” dan munkar berarti “tidak diketahui”.Ma'ruf artinya apa yang diketahui akal sehat dan hati nurani (baik), dan Munkar artinya apa yang tidak diketahui akal sehat dan hati nurani . Ketika seseorang meminta orang lain untuk bertauhid kepada Allah, bertaqwa kepada Allah, dan berbuat baik kepada orang lain sesuai dengan jalan fitrah dan kebaikan, maka itu disebut Amal Maruf. Yang dimaksud dengan “munkar” adalah sesuatu yang diingkari, dilarang, atau dilarang oleh syariat sehingga termasuk dalam kategori maksiat dan sesat. Hal terburuk dalam jenis kemungukaran seperti halnya adalah mengabaikan Allah SWT.Artinya, menolak keesaan Allah dalam ibadah, ketuhanan, atau nama dan sifat.
Tawasuth
Tawasuth merupakan langkah menuju jalan tengah (tattharuf) antara dua kutub pemikiran yang berbeda ini mencakup perbedaan antara Qadariya dan Jabariya, antara spiritualisme Ortodoks dan rasionalisme Mu'tazilah, dan antara tasawuf Salafi dan Falsafi. Jalan tengah ini juga didukung oleh sikap al-Iqtishad (moderat) yang masih memberikan ruang mengenai pendapat yang berbeda.
Tawazun
Tawazun adalah cara menyikapi perbuatan atau perilau dengan jalan yang seimbang. Dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT, orang-orang yang ada di sekitar, dna lingkungan hidupnya..NU selalu berpedoman pada Mushara(musyawarah) dalam mengambil berbagai keputusan. Konsep ini memberikan unsur untuk saling menguntungkan dan seimbang (almashalih al-‘ammah). Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengena suatu argumen yang berbeda dan berorientasi selalu dikedepankan.
Penerapan Nilai-nilai aswaja guna memupuk pendidikan karakter
Objektifikasi nilai-nilai Aswaja dan NU terus berlanjut. Kita tidak bisa mengubah nilai-nilai NU dan Aswaja yang sudah ada di MI Al-Huda Kedungumpul selama bertahun-tahun. Sebab memang menganggap NU adalah organisasi yang sudah ada sejak lama, dan aswaja adalah ajaran yang dianut oleh mereka yang mengaku NU dan pengikutnya di dalam akidahnya, dan menganggap ajaran tersebut sebagai ilmu dan aturan dari Allah. Para peserta didik menilai merekalah yang akan memperjuangkan eksistensi dan kelangsungan nilai-nilai NU dan Aswaja di Nahdlatul melalui kegiatan keagamaan yang mereka geluti dan lembaga-lembaga berbasis NU yang mereka ikuti.. Selain itu, para peserta didik beseta pendidik jjuga merasakan nilai-nilai tersebut terlebih ketika mengikuti kegiatan keagamaan yang sejalan dengan nilai-nilai Aswaja dan lembaga berbasis NU. Penanaman nilai-nilai tersebut dilakukan secara berbeda-beda oleh setiap individu dalam rangka meningkatkan pengembangan karakter peseta didik yang berlandaskan Ahlussunnah Wal Jama'ah. Guna untuk menanamkan nilai-nilai perilaku yang berlandaskan Ahlussunna Wal jama’ah pada peserta didik.
Dengan mengajarkan nilai Aswaja, siswa dapat belajar menjadi manusia yang baik setidaknya berguna bagi orang lan. Sebab, pihak madrasah tidak hanya menuntut dari peserta didik menjadi anak yang berprestasi, tetapi juga menuntut mereka memiliki sikap yang baik, perilaku yang baik, akhlak yang baik dan menjadi contoh dari pengamalan Amal Ma’ruf Nahi Mungkar. Dari hal tersebut tentu dapat menjadi suatu kebanggaan baik bagi orang tua maupun pihak Madrasah. Nilai-nilai karakter yang sudah ada tersebut dikembangkan lebih lanjut melalui visi, misi dan tujuan Madrasah. Yaitu menciptakan generasi yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan nilai-nilai ajarran Ahlussunnah Wal Jama'ah sehingga dapat terwujud lingkungan belajar yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan serta meghasilkan generasi yang dapat berkembang secara maksimal.
Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif mampu meningkatkan ilmu pengetahuan anak, selain itu, membantu siswa memahami moral, meningkatkan karakter peserta didik, kedisiplinan, produktivitas, keuletan, jiwa sosial, ketrampilan, kreativitas, jiwa kepemimpinan, integritas, tanggung jawab, keutuhan, kecerdasan, jiwa aswaja. Selan itu,Mengembangkan kemampuan akademik, minat dan bakat mahasiswa melalui layanan pengajaran dan bimbingan serta kegiatan UKM dapat meningkatkan prestasi akademik siswa
Pada dasarnya manusia mempunyai kesadaran untuk mencintai kebaikan. Namun, jika kemampuan ini tidak diajarkan dan disosialisasikan sejak lahir, seseorang bisa berubah menjadi seperti halnya sifat binatang, bahkan lebih buruk lagi. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan peserta didik yang dilandasi nilai-nilai luhur, baik di rumah, di perguruan tinggi, maupun di lingkungan luas, sangatlah penting dalam pengembangan karakternya. MI A-Huda Kedungmpul mengajarkan keutamaan perilaku rutin(istiqomah), spontanitas, dan keteladanan. Nilai keutamaan sehari-hari mengacu pada kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terprogram dalam hubungannya dengan kebaikan, seperti istigosa, dakwah, kegiatan keagamaan berjamaah, menjaga dan memelihara kebersihan dan kesehatan diri. Untuk mengetaui seberapa jauh peserta didik mengamalkan nila-nila Nadlatul Ulama penulis melakukan wawancara dengan peserta didik dan tenaga kependidikan, diantaranya Muhammad putra akifuhunna(12 tahun). Siswa kelas 6 : mengatakan para siswa-siswi MI Al-Huda kedungumpul Jika tidak menghadiri salat Dzuhur berjamaah maka akan dikenakan ta’zhir (hukuman).Setelah melaksanakan shalat Duhur berjamaah wajib melakukan Wiridan yaitu sebagai berikut, membaca Subhanallah x33, baca Alhamdulillah x33, membaca Allahu Akbar x33, lalu baca La Illaha Illalluwahdalu Laa Syarikalah, Lahulmulku walahulhamdu yuhyii wayumiitu wauwa Alaa kulli syai ing Qodiin. Dan diakhiri dengan doa (Wawancara 19 Oktober 2024) Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa penanaman nilai-nilai pendidikan karakter religius diwujudkan di lingkungan MI Al-Huda Kedungumpul yaitu terciptanya budaya keagamaan vertikal yang praktis Melalui kegiatan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT. baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Implementasi di MI Al-Huda Kedunggumpul bersifat Ubudiyah, Sholat berjamaah, berdzikir dan munajat kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya (taqarrub), Membaca beberapa ayat Al-Qur'an, berdzikir dan berdoa, Menciptakan budaya keagamaan yang baik.
Beberapa peserta didik tida hanya melulu berasal dari wilaya setempat, akan tetapi terdapaat pula peserta didik yang berasal dari luar daerah, hal tersebut tidaklah berpengaruh, sebab di sini penerapan nila Aswaja seperti membangun hubungan antar manusia. Hubungan yang setara atau sukarela berdasarkan nilai-nilai agama seperti persaudaraan, toleransi, kejujuran, dan saling menghormati. Hal ini memungkinkan piha sekola untuk lebih mengembangkannya dan membekali mahasiswanya dengan pendidikan karakter berdasarkan ajaran al-Susunnah wal Jama’Ah (aswaja). Pada kesempatan lain penulis menyampaikan bahwa dengan meningkatkan taqarrub terhadap Allah melalui kegiatan pembiasaan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan kegiatan belajar sehari-hari mengena pengenalan nilai Aswaja, Hothmil Quran, Istigatsa dan Mujahadah maka siswa akan terbiasa mengamalkan nila-nila Aswaja bersama, termasuk di dalamnya Asmaul Husna.Selain itu juga terdapat langkah-langkah dalam pembentukan karakter “semangat kebangsaan” dan “cinta tanah air”. Fokusnya adalah pada kepentingan bangsa dan negara, bukan pada kepentingan individu atau kelompok.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pernyataan diatas maka peserta didik MI Al-Huda Kedunggumpul merupakan peserta didik yang hidup dengan nilai-nilai agama yang kuat. Nilai-nilai agama yang dimiliki seorang peserta berlaku pula bagi siswa lainnya. Nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh para peerta didik sebagaimana disebutkan sebelumnya adalah nilai-nilai Aswaja Annahdliyyah . Nilai-nilai Aswaja ini ditanamkan sebagai ilmu kepada peserta didik baru melalui metode yang berbeda-beda di setiap lingkungannya.Tasamuh, Tawasuth, Tawazun, i'tidal merupakan bagian dari nilai-nilai Aswaja Bentuk pendidikan karakter berbasis aswaja di MI Al-Huda Kedunggumpul dapat dirangkum sebagai berikut.Pertama, pembiasaan kepribadian yang religius. Hal ini dikarenakan para peserta didik mengamalkan nilai-nilai karakter berdasarkan aswaja, seperti al-Mujahada (mujahadah), Mahabatullah (cinta kepada Allah) dan Mudarasatul Qur'an (membaca Al-Qur'an sebagai puji-pujian Allah). Hal ini selaras dengan pengembangan karakter bangsa seperti karakter religius, disiplin, dan ramah. Kedua, pendidikan karakter ``semangat kebangsaan'' dan ``cinta tanah air'' artinya peserta didik mempunyai karakter kebangsaan, cara berpikir dan bertindak.
Tambahkan Komentar