Macam-macam corak tafsir dalam Alquran memang beragam. Apalagi dalam konteks tafsir sufi. Penafsiran sufi dikenal sebagai bentuk upaya mengungkap temuan-temuan yang bersifat hissi. Yang menjadi fokus pada buku ini untuk mengungkap makna organ-organ immateri yang ada di dalam manusia sebagaimana disebutkan oleh Alquran.

"Di antaranya adalah aql, lubb, dan nafs yang memiliki peran primer terhadap nilai kehidupan manusia".

Oleh karena itu dalam buku ini mengantarkan kepada pemahaman bahwa yang disebut lubb adalah akal besar yang fungsinya untuk menyaring informasi-informasi dengan menggunakan pertimbangan tafakur dan tazakur untuk menemukan arti yang lebih dalam. Intinya, lubb merupakan akal komando yang berfungsi penting dalam menentukan makna dalam sebuah informasi. Dan setiap akal itu masuk pada lubb. Namun dia tidak masuk pada bagian akal.

Al-Aql dalam bahasa Arab memiliki arti mengandung seluruh bidang kecerdasan bahkan termasuk nalar, dengan asumsi bahwa nalar ada secara primordial dan sebenarnya tetap ada sampai sekarang, yang cahayanya didistribusikan pada elemen-elemen lain, kemudian merajutnya bersama untuk mencapai keterikatan ilahi. Secara umum fungsi akal lebih pada gambaran dasar. Jika Penulis memberikan simpulan sederhana maka akal berfungsi untuk menyaring informasi sebatas wilayah luarnya saja kemudian masuk pada elemen selanjutnya yang lebih dalam lagi (hlm. vi-viii).

Seiring berkembangnya keilmuan para ulama di bindang ilmu al-Quran khususnya menemukan ragam alat penafsiran atau disebut dengan ilmu tafsir. Dari penemuan tersebut sangat membantu untuk menentukan pada arah mana hasil penafsiran tersebut.

Maka beragam metode serta ekspresi penafsir dapat tercurah sebagaimana tujuan penafsir itu sendiri. Misalnya, di Indonesia belakangan dikenalkan dengan istilah “Membumikan al-Quran”. Tujuan dari istilah tersebut tidak lain hanyalah untuk membawakan pesan al-Quran sehingga bisa dipahami pada kontekstualisasi, dan dapat diserap oleh semua kalangan (hlm. 3).

Oleh karena itu metode penafsiran sangat diperlukan untuk menuntun kualitas tafsir yang akan disajikan kepada manusia. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa tafsir merupakan kunci untuk membuka warisan pengetahuan, maka tanpa tafsir, al-Quran tersebut tidak mungkin akan menyampaikan seseorang menuju pintu perbendaharaan. Walupun orang tersebut telah mengulang-ulang bacaan al-Quran tersebut.

Bentuk penafsiran merupakan pendekatan (approach) dalam proses penafsiran sebagai sarana atau media yang harus diterapkan untuk mencapai tujuan, dan corak penafsiran merupakan tujuan intruksional dari suatu penafsiran. Maka itu berarti apapun bentuk dan metode tafsir yang dipakai, semuanya berujung pada corak penafsiran. Sehingga berkembang dan akan mendapatkan corak-corak penafsiran seperti tasawuf, fikih, filsafat, dan lain-lain (hlm.5).

Buku bagi saya pribadi sangat representatif untuk dibaca semua kalangan. Terutama, bagi mereka yang bergerak di dunia tafir Alquran, hadist dan yang belajar ilmu-ilmu Alquran maupun tasawuf.

Diresensi: Muhammad Dimas Saputro, Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro dan aktivis Formaci Jawa Tengah

Biodata Buku:
Judul: Makna Hati dalam Pendekatan Tafsir Sufi
Penerbit: Formaci
Penulis: Khoirul Anwar Afa
Editor: Kafa. CS
Harga: Rp 35.000
ISBN: 978-602-61554-3-6
Cetakan, Pertama 2017
Tebal: xi + 100 Halaman
Bagikan :

Tambahkan Komentar