Tidak ada tokoh besar tanpa tulisan, adalah pesan yang sangat membekas yang ditulis dalam buku ini. Memang, semua orang pasti ingin nulis dapat uang dengan mudah dan murah. Semua orang juga ingin sekali nulis dapat uang yang bisa menjadi kerjaan sampingan. Namun siapa bilang menulis menjadi pekerjaan sampingan? Justru, banyak orang bisa kaya lantaran menjadi penulis.

Namun uang bukanlah tujuan utama dalam menulis. Sebab ada nilai-nilai sufistik ketika menjadi penulis. Bahkan, menulis merupakan aktivitas "melukis dengan ide" tentang masa depan. Bisa masa depan pribadi, lembaga dan masa depan suatu bangsa.

Hamidulloh Ibda menjelaskan secara rinci dan renyah dalam buku bertajuk "Sing Penting NUlis Terus (Panduan Praktis Menulis Artikel dan Esai di Koran)" bahwa menulis itu menjadi pekerjaan sampingan yang menguntungkan. Bahkan bisa menjadi pekerjaan utama.

Penulis kelahiran Pati ini menceritakan aktivitas menulis di koran sejak 2009 silam. Ia mengakui, bahwa dirinya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja dan kala itu memang tidak bisa membantu bayar semesteran dan biaya hidup selama kuliah S1. Sebab, orangtuanya memaksa untuk mondok lagi menghafal Alquran daripada kuliah.


Namun karena nekat, ia pun bisa kuliah. Ia membeberkan bahwa menulis di koran mampu mengantarkannya lulus sampai S2 dan mendapatkan istri. Mendapatkan istri? Ya, penulis mendapatkan jodoh pada saat kuliah S2 yang kebetulan calon istrinya adalah wisudawan terbaik, pernah menjadi mahasiswa berprestasi yang juga suka nulis. Namun nulisnya di bidang karya tulis ilmiah bukan artikel populer di media massa.

Dalam buku itu, ia menjelaskan singkat bahwa lewat tulisan dalam buku "Stop Pacaran, Ayo Nikah!"mengantarkannya menjadi pengantin pada 1 Juni 2014 silam. Buku itu ternyata menjadi 'mahar pernikahan'. Unik.

Mengapa unik? Karena ternyata, di Indonesia baru ada empat tokoh yang menjadikan buku sebagai mahar. Mereka adalah Moh. Hatta wakil presiden RI. Selanjutnya adalah Prof. Dr. Din Syamsuddin mantan Ketua PP Muhammadiyah dan MUI serta Apung Widadi aktivis ICW dan Fitra. Sedangkan tokoh keempat adalah Hamidulloh Ibda.

Selain itu, buku ini juga mengajak pembaca menghidupkan pilar literasi. Mulai dari membaca, menulis dan pengarsipan. Harap diingat, literasi tidak sekadar urusan membaca, melainkan harus "diludahkan" ke media massa.

Biodata Buku
Judul: Sing Penting NUlis Terus (Panduan Praktis Menulis Artikel dan Esai di Koran)
Penulis: Hamidulloh Ibda
Penerbit: Formaci
ISBN: 978-602-61554-7-4
Cetakan: Pertama, Juli 2017
Tebal: 14x21 cm,  xii + 145 Halaman
Harga: Rp 40.000 (belum termasuk ongkir)
Bagikan :

Tambahkan Komentar