Ilustrasi
Oleh : Vinanda Febriani
Penulis adalah Kader IPPNU Magelang

Pagi hari tadi, (Sabtu 12 Agustus 2017) di kantor Kecamatan Borobudur yang letaknya tidak jauh dari area wisata Candi Borobudur ada sebuah kegiatan rutinitas setiap kali menyambut HUT RI. Yakni dengan kegiatan jalan santai berkeliling kompleks candi Borobudur. Rute yang cukup singkat, mungkin jika di tempuh oleh beberapa orang saja hanya sekitar kurang lebih setengah jam dengan cara berjalan kaki.

Pagi tadi, ada beribu peserta yang hadir meliputi siswa-siswi Lembaga Pendidikan Formal dari tingkatan SD hingga SMA. Acara berlangsung dengan sempurna, tanpa ada suatu kendala. Seperti biasanya, sesudah kegiatan jalan santai, panitia mengadakan acara undi doorprize di sebuah panggung kecil di area lapangan depan gedung Kecamatan.

Para guru dan siswa-siswi amat antusias mengikuti acara tersebut. Sebenarnya, tadi siang aku dipanggil karena nomor undianku disebutkan oleh panitia. Akan tetapi, aku tidak mendengarkannya. Sehingga nomor undianku gosong atau sudah tidak berlaku. Yah, sudahlah lagipula kurasa isinya hanya roti dan buku SD, tapi entahlah.

Kegiatan jalan santai ini bertepatan juga dengan kegiatan Polda Jateng di area candi Borobudur. Yakni sepeda santai sepanjang jalur Lapangan Sawitan (Lapangan Kabupaten Magelang) dengan garis finish yang berada di dalam lokasi candi Borobudur. Sayangnya tadi pagi, aku tidak sempat berjabat tangan dengan para Polisi tersebut. Sebenarnya aku ingin sekali berjabat tangan dengan mereka, seperti tahun lalu.

Kemarin sore, aku melihat puluhan anak usia SD pawai dengan menaiki sepeda hiasan hasil karya mereka berkeliling Desa Karangrejo. Pernak-pernik kemerdekaan telah terpasang di sepeda hias mereka. Tinggal menentukan siapa yang pernak-pernik hiasan sepedanya paling bagus, dialah yang berhak menjadi pemenang lomba tersebut. Di beberapa sekolah dan beberapa desa juga mengadakan perlombaan seperti balap karung, makan kerupuk, panjat pinang, pecah air dan perlombaan khas HUT RI lainnga yang tentunya seru dan mengasyikan.

Perlombaan khas HUT RI tersebut sudah jarang aku temui di desa-desaku saat ini dengan alasan tidak ada penyelenggara, dana dan lain sebagainya. Sebenarnya jika dikaji lebih lanjut, kita bisa mengadakan lomba sederhana tanpa adanya biaya atau dana yang mahal. Cukup sederhana saja. Lomba balap karung misalnya, atau lomba makan kerupuk dan perlombaan sederhana yang lain.

Masalah hadiah, nanti kan bisa dirembug dimusyawarahkan bersama. Tidak perlu wow, yang paling penting, bagaimana cara kita untuk memancing antusias warga supaya dapat mengikuti kegiatan "Agustusan" dengan baik. Dengan begitu, masyarakat sedikit banyak akan merasa ingin tahu mengapa pada bulan Agustus selalu ada kegiatan perlombaan, dan begitulah cara menarik antusias warga supaya dapat mengingat kembali bahwasanya bulan Agustus adalah bulan yang sangat Istimewa bagi Bangsa Indonesia. Masyarakat akan merasa ingin tahu, ada apa dengan Indonesia dan ada apa di bulan Agustus?. Begitulah sekiranya.

Dahulu ketika aku masih kecil, aku tidak tahu apa itu kemerdekaan. Namun aku sangat suka mengikuti lomba Agustusan. Dan aku banyak mendapat hadiah karenanya. Bukan karena aku menang dalam lomba, tetapi karena pada tanggal 17 Agustus aku lahir. Jadi, kan lumayan walaupun tidak ikut lomba namun mendapat hadiah.

Hal itulah yang membuatku semakin ingin tahu "Ada apa sih di bulan Agustus?" kira-kira itulah pertanyaan yang tepat untuk menggambarkan keingin tahuan diriku pada waktu kecil. Perlahan-lahan aku mulai mengerti apa yang terjadi pada bulan Agustus. Karena pada waktu itu aku belum lancar membaca, akhirnya aku bertanya kepada kedua orangtuaku, ketiga kakak kandungku dan orang-orang lain. Aku banyak tahu karena aku sering mendengar dari mereka. Mendengarkan sedikit demi sedikit cerita mereka tentang apa itu "Kemerdekaan". Ternyata tidak banyak yang mengatakan bahwasanya dengan merdekanya Indonesia, belum tentu rakyatnya tergolong "Merdeka" dalam bidang ekonomi.

Apalagi, saat ini kebanyakan petani seakan rugi karena Indonesia jauh lebih memilih beras "Impor" daripada beras lokal. Produk asli negeri sendiri seakan teracuhkan dengan produk asing. Lalu, bagaimana nasib para petani yang notabene mendapatkan sesuap nasi dari kerja kerasnya sebagai petani, kemudian bagaimana dengan nasib para buruh tani yang mana gaji mereka tidak seberapa, hanya cukup untuk makan berapa hari saja. Belum jika anaknya merengek meminta jajan, untuk uang sekolah dan lain sebagainya. Bagaimana dengan nasib mereka?

Di negara yang agraris seperti Indonesia ini, apabila pemerintah masih saja egois dengan keputusannya untuk lebih memilih produk impor daripada produk lokal. Maka, lihat saja bagaimana nasib rayat Indonesia kedepannya.

Kembali lagi ke konteks awal ceritaku pada hari ini. Tadi, sepulang dari jalan santai. Aku melihat seseorang "misterius" menyapaku dari balik pagar pembatas candi. Ku kira awalnya dia adalah teman sebayaku, ternyata dia adalah seorang gadis yang lebih tua dari usiaku. Dia menanyakan kepadaku, apa arti kemerdekaan.

"Vin, aku boleh nanya nggak sama kamu?, apa sih arti sebuah kemerdekaan buat kamu?" tanya dia sambil menggeret tanganku untuk bersembunyi dibalik pagar besi pembatas tersebut. "Kemerdekaan adalah segalanya" jawabku singkat. "Bagaimana mungkin kamu bilang segalanya, sedangkan saat ini Indonesia krisis moral, krisis akal sehat, bahkan ekonomi rakyat merosot rendah? Bagaimana mungkin kamu menggambarkan bahwa kemerdekaan adalah segalanya?" tanya dia dengan sedikit heran. "Jadi gini lho cantik, "Merdeka" dalam konteks apa dulu? pertanyaanmu terlalu ambigu.

Indonesia merdeka dari "Penjajah" pada tahun 1945. Bukan berarti setelah merdeka dari penjajah, rakyat indonesia juga makmur dan merdeka dalam bidang ekonomi, pangan dan lain sebagainya secara instan. Ingat, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut berusaha mengubah nasibnya" artinya, perekonomian rakyat Indonesia bisa teratasi ketika rakyatnya tidak mengembangbiakkan budaya "malas-malasan dalam bekerja".

Jadi, meredeka Indonesia itu menurutku merdeka dalam artian terbebas dari "kerja rodi" para kolonial penjajah, dari segala macam ketidak manusiawian penjajah. Merdeka dalam artian, Indonesia sudah tidak terikat lagi dengan "penjajahan". Sejak saat itulah negara Indonesia dikatakan "Merdeka" dari "penjajahan". Jadi gitu cantik".

Dia hanya mengangguk-angguk "Bagaimana menurutmu konsep Khilafah Daulah Googeliyah?" Tanya dia sambil cengengesan. "Aduh, apa lagi itu?. Daulah Islamiyah? atau Daulah Indonesiyah?. Daulah daulah, Kalau daulah Islamiyah, atau negara Khilafah yang dipimpin satu khalifah. Proyek Hizbut Tahrir di Indonesia ini termasuk ambigu. Sebab, apakah kamu tahu siapa pemimpin (Imam/Khalifah) yang akan mereka junjung pada negara yang akan mereka bangun nanti?

Kemudian, konsep khilafah ini, menurutku tidaklah tepat untuk negara demokrasi, negara yang penuh dengan keberbedaan suku, budaya, bahasa bahkan agama seperti di Indonesia ini. Seolah, negara tersebut hanya memihak pada satu corak golongan atau keyakinan saja. Jadi, seakan tidak menganggap golongan yang lainnya".

"Apapun bentuk negaranya, yang penting teh botol sosro minumannya" kataku sambil.cengengesan dengannya. Kemudian kami bercanda sedikit mengenai agenda-agenda Agustusan. Ternyata, dia juga sama denganku. Dia adalah seorang penggemar perlombaan Agustusan sejak kecil. Wah, akankah ini sebuah pertanda. Aduh, jomblo mulai ngaco.

Ya sudah lah, sruput dulu teh manisnya.

Kalaupun ceritaku ini sedikit nyleneh dari judulnya, nikmati saja alurnya. Semoga kau segera tahu apa maksudnya.

Kan aku sudah bilang, ini hanya curhatan anak usia 16 tahun yang masih suka merengek meminta dibelikan jajanan Bakso atau jagung bakar.

Borobudur, 12 Agustus 2017
Bagikan :

Tambahkan Komentar