Suasana Kopi Darat (Kopdar) Majelis Cyber Duta Islam (MaCDI) ke 1 di Pondok Pesantren Putra Putri Al-Asror, Jalan Kauman 1 Patemon, Gunungpati, Kota Semarang, Minggu malam (3/9/2017).
Semarang, TABAYUNA.com – Mohamad Syafi' Ali (Savic Ali), Direktur NU Online mengatakan jika ada umat Islam yang suka menggongong seperti anjing, suka menghina kiai, ulama dan membid’ahkan tradisi, maka perlu dilempar sendal.

Ia menjelaskan bahwa saat ini tidak sekadar perang gagasan, melainkan perang psikologis.

Baca juga: NU Garis Lurus itu ASRABI (Aswaja Rasa Wahabi) 

"Kalau perang gagasan, kita pasti menang lah. Meskipun mereka tidak mengakui. Maka saat ini itu zamannya perang psikologis. Sama kayak perang dengan anjing. Kalau kita takut, dia akan semakin berani. Tapi kita pakai batu atau sendal, si anjing pasti takut. Meskipun kita hanya menggertak dan tidak boleh menyakiti anjing itu," urai Savic Ali dalam kegiatan Kopi Darat (Kopdar) Majelis Cyber Duta Islam (MaCDI) ke 1 di Pondok Pesantren Putra Putri Al-Asror, Jalan Kauman 1 Patemon, Gunungpati, Kota Semarang, Minggu malam (3/9/2017).

Saat ini, kata dia, zamannya bukan lagi perang wacana dan gagasan. "Tapi perang psikologis dan pekerjaan kita masih besar," beber dia.

Saat ini, 20 media online yang Islam yang paling banyak dikunjungi adalah salafi wahabi. "Kita jangan terbawa dengan konflik dengan Islam sendiri," beber dia.

Media Harus Meniru Akhlak Kiai
Selaku Direktur NU Online, Savic Ali menjelaskan bahwa media harus melihat miror online yang bagus. "NU online itu memang taat pada PBNU dan  berakhlak seperti kiai," beber dia.

Islam di Indonesia, kata dia, itu mayoritas. "Kalau Islamnya intoleran, wajah Indonesia akan terlihat intoleran. NU sebagai ormas Islam sebelum Indonesia merdeka, sudah mensyiarkan Islam. Dan NU sejak dulu tidak pernah mengganggu tetangganya," beber dia.

Seperti contoh di Pati, kata dia, kalau dulu ada ketoprak, ada dadu itu para kiai tidak pernah membubarkan kegiatan itu.

"Tapi belakangan, banyak kelompok merasa besar sendiri, antitradisi, tidam suka tahlilan. Juga patung dirobohkan, padahal di Mesir itu patung malah dijaga," beber dia.

Di internet, kata dia, semua orang punya media. "Semua punya speaker dan merasa paling besar. Maka sudah saatnya kita bangkit melawan kelompok-kelompok puritan itu," beber dia.

Sebenarnya kalau kita lawan, ujar dia, mereka pasti melempem. "Lihat saja HTI, dibubarkan pemerintah kan melempem," beber dia. (Tb4/HI).
Bagikan :

Tambahkan Komentar