Jepara, TABAYUNA.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Nasional tahun 2017 di Pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang desa Gemiring Lor kecamatan Nalumsari kabupaten Jepara, Jumat (01/12/2017).

Tampak hadir dalam pembukaan MQK Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI H. Nur Ahmad, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta jajarannya, Pengasuh Pesantren Balekambang KH Makmun Abdullah Hadziq, para Bupati dan Walikota di Jawa Tengah, para Kakanwil Kemenag Provinsi, Dewan Hakim, santri peserta MQK dari masing-masing wilayah, serta ribuan santri dan masyarakat sekitar pesantren.

Mengawali sambutannya, Menag Lukman menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo. Menag juga menyampaikan permohonan maaf Presiden karena takbisa hadir menyapa para santri.

Menag menegaskan bahwa pesantren merupakan miniatur Indonesia. Pesantren jadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa.

Bisa jadi tanpa pesantren, lanjut Menag, belum tentu negara ini ada. Untuk itu sudah sepatutnya pemerintah pusat dan daerah membuktikan kepeduliannya membantu pesantren.

"Kami akan terus meningkatkan alokasi APBN untuk pesantren. APBD juga sudah sepatutnya menyediakan alokasi yang cukup untuk pesantren yang ada di daerahnya masing-masing," kata Menag sebagaimana rilis humas Kemenag yang diterima redaksi.

Pemerintah Daerah sambungnya sudah seharusnya peduli dengan layanan pendidikan di daerahnya termasuk pesantren dan madrasah diniyah.

Menag minta agar aturan yang membatasi keberpihakan Pemda terhadap pesantren dan madrasah diniyah bisa segera dibenahi. Demikian juga pemerintah pusat akan melakukan harmonisasi lintas kementerian dan lembaga guna membangun sinergi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Menag menyampaikan selamat kepada para santri yang akan mengikuti  musabaqah. Menurutnya, MQK adalah ajang olimpiade-nya pondok pesantren.

Menag juga menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Jepara yang telah memberikan dukungan bagi kelancaran MQK ini. Apresiasi juga disampaikan kepada pengasuh pesantren  KH Makmun Abdullah Hadziq.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan selamat datang kepada seluruh peserta. Ganjar mengapresiasi rangkaian acara MQK tahun ini yang tidak hanya menjadi ajang lomba baca kitab kuning tapi juga lomba pidato bahasa Inggris dan Arab.

"Saya lebih tertarik lagi ada debat konstitusi berbasis kitab kuning. Inilah kalau Menagnya itu orang yang tekun mensosialisasikan konstitusi kita waktu masih di MPR," tuturnya.

"Debat konstitusi ini akan lebih  memantapkan kehidupan  kita dalam  berbangsa dan bernegara," harapnya.

Revitalisasi Kitab Kuning
Dirjen Pendidikan Islam, Zayadi dalam laporannya mengatakan MQK menjadi ajang silaturrahim. Kehadiran ribuan santri pada acara ini dalam rangka merevitalisasi kajian kitab kuning dan pesantren.

Melalui kajian kitab kuning, pesantren mendapat pemahaman yang moderat. Kiai dan ustad sering merujuk kitab kuning. Tradisi kajian kitab kuning jadi roh keagamaan.

MQK sendiri diinisiasi oleh sejumlah kiai pesantren dan dimotori KH Said Aqil Munawwar yang saat itu menjabat sebagai Menteri Agama. Tradisi itu terus dipelihara dengan beberapa peningkatan. MQK mulai tahun depan diselenggarakan dua tahun sekali.

MQK 2017 ini diikuti 1.456 santri dari 34 provinsi. Selain itu, ada ratusan official dan ribuan masyarakat yang hadir memeriahkan gelaran ini.

Ada tiga perlombaan pokok dalam MQK, yaitu: Pertama, lomba membaca, menerjemahkan dan memahami kitab kuning. Total ada 25 bidang yang akan dikompetisikan dan terbagi dalam tingkatan yaitu dasar, menengah, dan tinggi.

Untuk marhalah ula (tingkat dasar), lanjut Zayadi ada lima bidang lomba, yakni: Fiqh, Nahwu (gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (sejarah), dan Tauhid.

“Marhalah ula diikuti santri yang sudah berada di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal lima belas tahun kurang sehari,” ujarnya.

Untuk marhalah wustha (tingkat menengah), ada sembilan bidang lomba, yakni: Fiqh, Nahwu (gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (sejarah), Tafsir, Hadis, Ushul Fiqh, Balaghah, dan Tauhid.

“Bidang ini diikuti para santri yang sudah menetap minimal 1 (satu) tahun di pondok pesantren dengan usia maksimal 18 tahun kurang sehari,” imbuhnya.

Sedang untuk marhalah ulya (tingkat tinggi), ada 11 bidang lomba. Selain sembilan bidang lomba seperti yang dilombakan pada tingkat menengah, dua lainnya adalah bidang Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadis.

“Marhalah ulya ini akan diikuti santri yang sudah mukim di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal 21 tahun kurang sehari,” tandasnya.

Kedua, lomba debat konstitusi berbasis kitab kuning. Lomba ini akan menggunakan Bahasa Arab dan Inggris. Diikuti oleh mahasiswa Ma'had Aly.

Lomba ini merupakan ikhtiar Kemenag untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tentang nasionalisme dalam Islam. Kalau merujuk pada sumber literatur yg otoritatif, dijumpai bahwa nasionalisme bagian dari Islam.

Ketiga, Eksibisi, yaitu pertunjukkan atraktif tentang nazham kitab populer di pondok pesantren yang diisi oleh Tim (maksimal 5 orang) dari setiap kafilah. Nazham yang akan ditampilkan antara lain dari kitab  Alfiyah Ibn Malik (kitab berisi 1000 bait syair tentang ilmu gramatika Bahasa Arab).

Selain kegiatan pokok tersebut, ada sejumlah kegiatan penunjang yang dihelat di lokasi MQK. Kegiatan penunjang sifatnya tidak dilombakan. Kegiatan sersebut adalah Halaqah Pimpinan Pondok Pesantren, Sarasehan dan Musyawarah MQK, Bazar dan Pameran Produk Pondok Pesantren, Diskusi Kepesantrenan dan Kitab Kuning, Pentas Seni kaum santri.

Pembukaan MQK N VI ini dimeriahkan dengan penampilan tarian ratu Kalinyamat. (tb54/sm).

Bagikan :

Tambahkan Komentar