Kholilur Rokhman
Temanggung, TABAYUNA.com – Kholilur Rokhman, wisudawan terbaik Prodi Al-akwal Al-syakhsiyah (AS) STAINU Temanggung pada wisuda program sarjana XXIII tahun 2018, menceritakan pengalamannya saat kuliah. Hal itu ia jelaskan usai dikukuhkan sebagai wisudawan terbaik saat wisuda di Gedung Pemuda Temanggung, Selasa (13/2/2018).


Selain Kholil, wisudawan terbaik dari prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah Nifta So'if dengan IPK 3,87. Sementara Kholil, mendapatkan IPK 3,84 yang menjadi wisudawan terbaik prodi AS STAINU Temanggung.  Atas prestasi itu, mereka berdua diberi penghargaan dari kampus dan Bank Jateng atas pencapaian selama perkuliahan tersebut. 

“Alasan saya pertama STAINU Temanggung adalah NU. Saya berusaha untuk ikut serta membesarkan NU dengan jalan belajar di instansi tersebut. Di samping itu, biaya saya lebih terjangkau dan juga saya bisa selalu berinteraksi langsung dengan masyarakat desa karena selalu bertatap muka langsung,” kata Kholilur Rokhman wisudawan terbarik prodi Al-akhwal Al-syaksiyah (AS) STAINU Temanggung.



Dia menegaskan, meski lahir dari bapak seorang wiraswasta dan ibu petani, namun tak mematahkan semangatnya belajar. "Bapak kerja wiraswasta dan ibu tani. Motivasi kuliah dari saya sendiri dan dorongan orang tua," beber dia.



Untuk pembiayaan untuk semesteran saya dibantu orang tua, kata dia, tapi untuk kesehariannya saya cari sendiri dan kadang-kadang dapat beasiswa dari kampus. “Saya dapat beasiswa semester 3 dan 5,” beber pria kelahiran 20. Oktober 1995 tersebut.





STAINU itu unik, kata dia, karena orang-orangnya banyak yang dari kalangan orang-orang yang di masyarakatnya selalu mengurus kehidupan masyarakat. “Sehingga apabila mahasiswa STAINU dihadapkan langsung dengan masyarakat dia tidak akan merasa kesusahan,” kata dia.



Diskusi dengan Dosen

Dijelaskan dia, bahwa banyaknya suatu kegiatan di luar tidak memengaruhi intensitas belajar. “Intinya, perbanyak membaca selalu update materi atau berita kekinian. Di samping itu, di sela-sela kesibukan, saat di luar selalu bawa buku bacaan agar menambah wawasan kita dan literasi,” tegas dia.



Tapi yang paling penting, kata dia, kita selalu dekat dengan dosen dan jangan takut untuk membantah atau mendebatnya. “Karena dari hal tersebut akan timbul pemikiran yang radikal dan kritis,” ujar pria asal Maguwo 01/04 Samiranan, Kandangan, Temanggung itu.



 Dijelaskan dia, banyak sekali deratan nama dosen yang menjadi kolega debatnya dalam melakukan pengembaraan intelektual di kampus. “Ada Pak Heri, Pak Jamal, Pak Joko, Bu Eko, Bu Aisah, Pak Farid dan banyak lagi. Mereka adalah dosen-dosen saya yang membimbing untuk bisa sampai lulus ini,” lanjut dia.



Dalam kesempatan itu, hadir perwakilan LPTNU, PWNU Jawa Tengah, PCNU Temangggung, BPPPTNU Temanggung, Prof Dr H Muhibbin Noor, MA Koordinator Kopertais Wilayah X Jawa Tengah, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga yang mewakili Bupati Temanggung, tamu undangan dari Kodim, Polres, SKPD dan pejabat Temanggung yang hadir. Hadir pula para anggota Senat, kiai, alim ulama, orang tua dan wisudawan, civitas akademika STAINU Temanggung.
Bagikan :

Tambahkan Komentar