Jepara, TABAYUNA.com - Ada cerita menarik, mengapa Guru besar ilmu manajemen pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag yang bangga menjadi lulusan madrasah. Hal itu dijelaskannya saat menjadi narasumber Seminar dan Bedah Buku “Madrasah Menatap Masa Depan, Mencari Format Sekolah Unggul” memantik guru madrasah se-Kabupaten Jepara agar bangga dengan madrasah.

Motivasi itu Prof Fatah uraikan dalam kegiatan yang dihelat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Jepara yang bertempat di Aula Kampus Undip desa Teluk Awur kecamatan Tahunan kabupaten Jepara, Selasa (30/1/2018) kemarin.

Madrasah jelasnya milik kita. Madrasah juga sebutnya adalah diri kita. “Saya bangga menjadi lulusan madrasah,” akunya seraya disambut tepuk tangan ratusan peserta.

Pandangan madrasah menjadi “kelas dua” memang terus berlaku dari dulu hingga sekarang. Sehingga waktu itu banyak tetangga yang mencibir. “Sekolah arab (madrasah, red.) mau jadi apa?” begitu cibiran tetangga yang dilontarkan kepadanya.

Meski cibiran tak kunjung usai tetapi lelaki kelahiran Kudus, 12 Desember 1968 itu kini telah membuktikan. Dalam kurun tahun 1970 – 2016 satu-satunya lulusan Doktor dari Fakultas Tarbiyah UIN Walisongo (dulu, IAIN) adalah dirinya yang merupakan lulusan dari sekolah arab (madrasah, red.).

Dalam kesempatan itu dirinya menegaskan meski madrasah dikatakan pinggiran, no problem, tidak masalah, kata dia. “Madrasah bisa kalau kita bisa,” tandasnya.

Madrasah itu Menarik
Dalam pandangannya madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang menarik. Karena dilahirkan dari pesantren sekitar abad 18 maka madrasah, jelasnya jangan meninggalkan ruh pesantren.

“Madrasah perlu melakukan terobosan lebih jangan hanya sesuai dengan regulasi sekolah saja,” paparnya.

Kemenag Jawa Tengah tahun 2014 – 2015 merilis data madrasah di Jawa tengah sebanyak 10.740. 10.441 atau 95.21 % adalah swasta dan 229 madrasah 4.79 % adalah sekolah negeri.

Dari data itu setiap tahun kata dia selalu ada penambahan madrasah baru sekitar 100 pemohon izin. Tetapi ada minusnya akreditasi C 12.36 % setara 1.327 dan belum terakreditasi 12.36 % sebanyak 2.036. Adapun yang terakreditasi A 1.796 16.72 % dan B sejumlah 5.581 atau 51.96 %.

Masih menurutnya dari data tersebut madrasah harus punya terobosan baru yakni bukan hanya investasi fisik tetapi juga invest Sumber Daya Manusia (SDM).

Hadir juga dalam kesempatan itu Drs. M. Asyhari, S.H. M.SI (penulis buku), KH Hayatun Abdullah Hadziq (Ketua PCNU Jepara) dan H Fatkhul Huda (Ketua LP Maarif Jepara). (tb44/sm).
Bagikan :

Tambahkan Komentar