Muh. Syafi', Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) STAINU Temanggung
TABAYUNA.com - Gagasan kampus riset berbasis Islam Nusantara sudah bergelora sejak Workshop Kurikulum KKNI-SNPT bertajuk “Menuju STAINU Temanggung Berwawasan Riset” pada 13-14 Juli 2018 lalu di Hotel Oxalis Magelang yang diisi Dr. Sigit Purnama, M.Pd dan Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diperkuat lagi dengan Studium Generale baru-baru ini dengan tema “Menuju STAINU Temanggung Berwawasan Riset Islam Nusantara dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0” yang diisi Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat DIKTI Kemenag RI, Muhammad Aziz Hakim, M.H. 

Untuk itu, ada beberapa konsep yang disiapkan Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) STAINU Temanggung. Berikut wawancara langsung dengan Ketua LP3M STAINU Temanggung, Moh, Syafi’, M.Hum oleh redaksi BUMI pada 13 September 2018.

Menurut Anda, apa itu kampus riset?
Namanya kampus atau perguruan tinggi pasti berbasis riset. Ada tuntutan wajib berupa Tri Dharma Perguruan Tinggi, tidak boleh ditinggalkan salah satu aspeknya. Ciri kampus berbasis riset tidak hanya tercantum dalam semangat akademisi meneliti atau mengabdi berbasis riset, namun juga dapat dilihat sistem kampus, baik dari kebijakan tentang penelitian atau anggaran tentang penelitian.

Bagaimana konsep kampus riset bagi LP3M?
Konsep penelitian yang akan dilakukan, yaitu kerjasama integral antara lembaga penelitian ini dengan semua prodi di STAINU untuk mendukung penuh penelitian, baik tataran kebijakan sampai teknis. Rencananya, kami bagi menjadi beberapa kluster penelitian. Pertama, penelitian berbasis kompetensi prodi. Tujuannya menguatkan kompetensi dan mengembangkan hasil penelitian berdasarkan kompetensi dosen di prodi masing-masing. Kedua, pengabdian kepada masyarakat berbasis riset. Sebenarnya sudah diterapkan secara integral dalam PPL atau KKN, oleh dosen pembimbing serta mahasiswa. Konsep ini tidak jauh beda dengan konsep riset itu sendiri, hanya berbeda pada partisipatory action research dalam menggali data. Ketiga, mendorong dosen STAINU untuk masuk dalam kualifikasi dan hibah nasional maupun internasional, baik dari Kementerian atau lembaga lain.

Bagaimana langkah konkret LP3M untuk menggenjot riset dosen?
Pertama, memfasilitasi penguatan metodologi dan cara membuat karya ilmiah penelitian melalui workshop untuk dapat dimuat di jurnal bereputasi. Kedua, LP3M akan menentukan arah kebijakan penelitian tiap tahun. Ketiga, menyediakan dana hibah tiap tahun minimal 10 persen anggaran perguruan tinggi. Keempat, kerjasama dengan prodi untuk memfasilitasi dosennya meneliti dengan mengacu pada pedoman dan juknis penelitian LP3M. Kelima, menguatkan kapasitas dosen menulis karya dan mapping jurnal bereputasi, baik dari metodologi, teknis atau substansinya. Keenam, memfasilitasi publikasi internal dosen melalui diskusi dosen (sebulan sekali) dan publikasi ilmiah di Jurnal Ilmiah Cita Ilmu yang sudah OJS, terindeks Acedemia Edu, dan Issuu.

Apa peran mahasiswa bagi perkembangan kampus riset?
Pertama, melalui prodi dan dosen pengampu, mahasiswa harus membuat makalah berbasis mini riset. Kedua, integrasi pembelajaran dengan hasil-hasil penelitian mutakhir dibuktikan dengan mahasiswa mampu mensitasi/mengutip sumber karya ilmiah dengan benar dan baik. Ketiga, melibatkan langsung mahasiswa sebagai peneliti/asisten peneliti dalam penelitian dosen. Keempat, membuat kebijakan, semua skripsi mahasiswa harus sudah dimuat di jurnal berbasis OJS sebagai syarat wisuda yang difasilitasi LP3M baik dari aspek pendampingan sampai pada publikasi.

Harapan apa saja dari wacana besar ini?
Pertama, perubahan pola pikir, dosen berbeda dengan guru. Dosen adalah peneliti dan pengabdi yang mengajar, bahkan yang diajarkan harus berbasis hasil riset. Kedua, saya ingat Prof Amin Abdullah, ciri-ciri mahasiswa yang sudah ngelantur ngomongnya, berarti mereka tidak membaca buku selama tiga hari. Apalagi, mahasiswa tidak punya koleksi satu bukupun di kamarnya. Berarti mereka bukan mahasiswa yang rajin membaca, apalagi menulis. Ketiga, adanya sistem integral antara dosen-mahasiswa serta kampus dalam mendukung terlaksananya penelitian. Sistem integral itu berupa, kebijakan kampus yang riil mendukung adanya penelitian.

Wawancara ini dimuat di Buletin PGMI (BUMI) Prodi PGMI STAINU Temanggung, edisi 1 (Agustus-September 2018).
Bagikan :

Tambahkan Komentar