Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Bahasa Indonesia Lanjutan
Dosen pengampu: Hamidulloh Ibda, M.Pd.


Oleh :
Mohammad Ichsan Fikri
Isro’i

Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyah Jurusan Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
2018
BaB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya.
Keterampilan Berbahasa meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis. Dalam makalah kali ini akan dijelaskan tentang membaca sebagai keterampilan berbahasa.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis paparkan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan membaca nyaring?
3. Apa yang dimaksud dengan membaca dalam hati?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu:
1. Mengetahui tentang keterampilan berbahasa
2. Mengetahui tentang membaca nyaring
3. Mengetahui tentang membaca dalam hati

BAB II
Pembahasan
A Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (Language arts, Language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu :
Keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skills);
Keterampilan berbicara (speaking skills);
Keterampilan membaca (reading skills);
Keterampilan menulis (writing skills);

Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melaului suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara; sewsudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur-tunggal (Dawson, (et al) 1963: 27). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.[1]
Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa seperti yang telah diutarakan pada Subbab A. Berikut ini akan dijelaskan apa sebenarnya pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca, serta jenis-jenisnya.
Pengertian Batasan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960: 43-44).

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding proses) Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) denagn makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan /cetakan menjadi bunyi bermakna. (Anderson 1972:209-20). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya merupakan alat mengekspresikan pesan. (Anderson 172 : 3).[2]

Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoeh informasi, mecakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekaliberhubungan debgan maksud tujuan, atu intensif kita dalam membaca. Berikut ini , kita kemukakan beberapa yang penting
Membaca untuk menemukan/mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh.
 Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik dan menarik.
 Membaca untuk menemukan atau mengetahui yang terjadi pada setiap cerita.
 Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan hal seperti apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada pembacanya.
 Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa.
 Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil/hidup dengan ukuran-ukuran tertentu.
 Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, hidupnya berubah dari yang kita kenal.

Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu:
a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda baca;
b. Korelasi aksara terhadap tanda-tanda baca dengan unsur linguistic formal
c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Brouhton1978 :90)[3]

 Aspek-aspek Membaca
Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada pada urutan lebih rendah (lower orde)
Aspek ini mencakup:
1) Pengenalan bentuk huruf
2) Pengenalan unsur-unsur linguistic
3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
4) Kecepatan membaca ke taraf lambat
Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill) yang dianggap berad pada urutan yang lebih tinggi (high order). Aspek ini mencakup:
1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,retrorikal).
2) Memahai signifikan /makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang)
3) Evalusi/penilaian
4) Kecepatan membaca yang fleksibel.(Broughton (et al) 1978 : 211).

Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skill) aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring (reading aloud; oral reading) keteramapilan pemahaman (comprehension skill), yang palin tepat adalah degan membaca dalam hati (silent reading), yang terdiri dari:
Membaca ekstensif (extensive reading)
 Membaca intensif (intensive reading).

Membaca ekstensif mencakup:
1). Membaca survey (survey reading)
2). Membaca sekilas (skimming)
3). Membaca dangkal (superficial reading).
 Membaca intensif dibagi atas:
1) Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup:
a) Membaca teliti (close reading)
b) Membaca pemahaman (comprehension reading)
c) Membaca Kritis (critical reading).
d) Membaca ide (reading for ideas).
2) Membaca telaah bahasa (language study reading) , yang mencakup
Membaca bahasa asing (foreign language reading)
Membaca sastra (literary reading).

Mengembangkan Keterampilan Membaca
Usaha yang dapat dilaksanakn untuk meningkatkan keterampilan membaca yaitu:
Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka 
Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur kta, kalimat dan sebagainya.
Guru dapat mmberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran ,ungkapan, pepatah , peribahasa, dan lain-lain.
Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar.
Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.[4]

Tahap-tahap Perkembangan Membaca
Tahap I
Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka pelajari 
Tahap II
Guru/ kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata struktur yang telah diketahui untuk dijadikan bahan dialog/ paragraph yang beraneka ragam.
Tahap III              
Para pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing
Tahap IV
Penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan /majalah sebagi bahan bacaan 
Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku terbuka bagi para siswa.[5]

Membaca Nyaring
PENGERTIAN
Ditinjau dari segi terdengar / tidaknya suara pembaca waktu dia membaca, prosesnya terbagi atas:
Membaca nyaring, membaca bersuara dan membaca lisan (reading out load, oral reading, reading aloud);
Membaca dalam hati (silent reading).
Pada membaca dalam hati hanya menggunakan visual (visual memory); yang aktif adalah
pandangan mata dan ingatan. Sedangkan membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan,
juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengar) dan motor memory (ingatan yang
bersangkut paut dengan otot kita). (Moulton 1970 : 15).
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas /kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid,
ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain/ pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran, dan perasan seorang pengarang. Orang yang membaca nyaring
pertama-tama harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Oleh karena itu dalam mengajarkan membaca nyaring guru harus memahami proses komunikasi dua arah.
Oleh Karena itu, khusus dalam pengajaran bahasa asing aktivitas membaca nyring lebi
dekat/lebih ditujukan pada ucapan (pronounciation) daripada ke pemahaman
(comprehension).Mengingat hal tersebut , bahan bacaan haruslah dipilh yang mengandung isi
dan bahasa yang realtif mudah dipahami. (Broughtoun (et al) 1978 : 91).

Keterampilan Yang Dituntut Dalam Membaca Nyaring
Berikut daftar membaca nyaring untuk menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk memcapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring, antara lain:
Kelas I :
1) Mempergunakan ucapan yang tepat
2) Mempergunakan frase yang tepat
3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami
4) Memiliki perwatakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik
5) Menguasai tanda-tanda baca sederhana: titik ( . ) koma( , )tanda Tanya (?), tanda seru(!)[6]
Kelas II:
1) Membaca dengan terang dan jelas
2) Membaca dengan penuh perasaan; ekspresi
3) Membaca tanpa terteun-tegun, tanpa terbata-bata
Kelas III:
1) Membaca dengn penuh perasaan; ekspresi
2) Mengerti serta memahami bhan bacaan
Kelas IV:
1) Memahami bhan bacaan pada tingkat dasar
2) Kecepatan mata dan suara : 3 patah kata dalam satu detik
Kelas V:
1) Membaca dengan pemahaman dan perasaan
2) Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan 
3) Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan
Kelas VI:
1) Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi
2) Membaca dengan penuh kepercayaan diri dan mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.
(Barbe and Abbott 1975 : 156 – 167; Dawson (et al) 1963 : 216).

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring
Agar dapat membaca nyaring dengan baik, sang pembaca haruslah menguasai keterampilan-keterampilan persefsi (penglihatan, dan daya tangkap) sehingga dia mengenal/memahami kata-kata dengan cepat dan tepat.[7]
Untuk membantu para pendengar menagkap serta memahami maksud pengarang, pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara antara lain:
Dia menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas.
Dia menjelaskan perubahan dari satu id eke ide lainnya.
Dia menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik
Menghubungkan ide-ide yang baertautan dengan jalan menjaga agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.
Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.

Keterampilan-keterampilan membaca nyaring akan berkembang secar wajar. Secara alamiah dalam membaca drama. Membaca drama menambahi sejumlah nilai pada pembaca, antara lain:
Memperoleh kesenangan dalam dramatisasi yang terlihat pada penumpukan keyakinan anak-anak.
Memperkaya daya khayal, imajinasi dalam membaca fiksi
Menambahkan disiplin yang tidak terdapat pada jenis-jenis membaca lainnya.
Mempertinggi pemahaman, pengembangan kosakata, membaca frase,/ paragraph, ekspresi/perasaan, serta keterampilan-keterampilan berbicara secara umum.[8]

Apabila seorang anak masih merupakan “someone else” masih asing bagi kita, tetapipada saat membaca suatu drama , maka aspek-aspek yang baru dan yang sangat menyenangkan dari pribadinya akan terlihat jelas. Daya dorong situasi penonton yang sebenarnya selalu dijumpai dalam membaca drama peningkatan /pemantapan ekspresi melalui penekanan, jeda, serta interprestsi suasana hati dan perasaan merupakan hasil atau pencerminan. Bacaan elementer modern biasanya memuat drama-drama yang disusun untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Akan tetapi jangan dilupakan bahwa anak-anak membutuhkan lebih banyak pengalaman dengan bentuk sastra seperti ini daripada yang disediakan dalam suatu seri bacaan. (Anderson 1992 : 98 – 99).

Membaca Dalam Hati
Pada saat membaca dalam hati kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati ( silent reading) adalah untuk memperoleh informasi.

Pada membaca dalam hati ,anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase frase, memperkaya kosa katanya, dan memeperoleh keuntungan dalam hal keakraban dengan sastra yang baik.  Setelah membaca dalam hati guru dapat menyuruh serta mendorong para pelajar mengutarakan yang telah mereka baca, dan hal ini memudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman dan apresiasi mereka (cole; 1950 : 244-245). Sebagian besar dari kegiatan membaca dalam masyarakat selama kita hidup adalah kegiatan membaca dalam hati. Dibanding dengan membaca nyaring, membaca dalam hati ini jauh lebih ekonomis, dapat dilakukan disegala tempat. Membaca secara perorangan menurut selera masing masing disebut dengan “personalized reading membaca perseorangan/personalized reading instruction merupakan suatu falsafah pengajaran; merupakan suatu pendekatan terhadap organisasi kelas.

Berdasarkan atas konsef bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri, memilah sendiri, melangkah sendiri, maju sendiri, program membaca perorangan ini merupakan suatu bagian program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa. (Barbe and abbott 1975 : 23). Demikianlah dalam membaca perorangan ini “how to red” haruslah disejjarkan atau diimbangi dengan perkembangan “love for reading” dan menuntut agar pembaca dalam hati dilaksanakan seefektif mungkin . Program pengajaran membaca perorangan menganut suatu falsafah yang mengatakan “your learn to ready by reading” Anda belajar membaca dengan (jalan) membaca”. (Barbe and abbott 1975 : 26).[9]
Dalam garis besarnya membaca dalam hati dapat dibagi atas:
1. Membaca ekstensif
2. Membaca intensif
3. Keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati

Berarti membaca secara luas objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesimgkat mugkin.
a.       Membaca Ekstensif ini meliputi:
1). Membaca survei (survey reading)
2). Membaca sekilas ( skimming)
3). Membaca dangkal (superficial reading)

1). Membaca survei; adalah menyurvei bahan bacaan yang akan dipelajari.
memeriksa, meneliti, indeks, indeks daftar kata-kata yang terdapat dalam buku buku.
Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat  dalam buku-buku yang  bersangkutan.
Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

2). Membaca Sekilas;
Sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat memihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan.
Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas;
Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku/ artikel, tulisan singkat.
Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
Untuk menemukan/ menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakann. (Albert (et al) 1961 : 30-32).[10]

3). Membaca Dangkal/ Suferficial reading
Pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal     yang bersifat luaran yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. 
Membaca superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan. Membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan diwaktu senggang, misalnya; cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. alam membaca seperti halnya membaca karya-karya ilmiah dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenagkan. ( Broughton (et al) 1978 : 92).
Membaca ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan diluar kelas; tugas-tugas diberikan oleh guru beberapa kali secara teratur dan didalam kelas diperlukan sekelumit waktu untuk mengejek/memeriksa apakah para pelajar mengerti cirri-ciri utama cerita tersebut. ( Brooks : 1964:173).
Membaca Intensif
Membaca intensif atau intensive reading adalah study seksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yng dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuisioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kat-kata, dikte, dan diskusi umum, merupakan bagian dan teknik pembaca intensif.

Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru , baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para pelajar/mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualiatasserta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut. (Brooks 1964 : 172- 173).

Yang termasuk kedalam membaca Intensif:
1) Membaca telaah isi (content study reading)
2) Membaca telaah bahasa( linguistic study reading).

Membaca intensif, pada hakikatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata ; yang dapat dibaca dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam 1 detik untuk memperoleh pemahaman penuh terhadap argument-argumen yang logis, urutan-urutan retoris/pola-pola teks, pola-pola simbolisnya; nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosia, pola=pola sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapi tujuan. Membaca dalam hati yang lancar sungguh sangat berguna bagi setiap orang yang ingin mencapai jenjang setiap pendidikan yang lebih tinggi (Broughton 1978 : 92-94).[11]

Keterampilan Yang dituntut Pada Membaca Dalam Hati :[12]
Kelas I :
Membaca tanpa bersuara , tanpa gerakan-gerakan bibir dan tanpa berbisik.
Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala

Kelas II :
1) Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir / kepala.
2) Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.

Kelas III :
10 Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa geraka bibir.
2) Memahami bahan bacaan yang dibaca
3) Lebh cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.

Kelas IV :
1) Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar
2) Kecepatan mata dalam membaca 3 kata/ detik.

Kelas V :
1) Membaca dalam hati jauh lebih baik 
2) Membaca dengan pemahaman yang baik
3) Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir/kepala/menunjuk-nunjuk dengan jari tangan

Menikmati bahan bcaan yang dibaca dalam hati itu; senang dalam hati.

Kelas VI :
1) Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir; tanpa komat-kamit
2) Dapat meneyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan, 

Dapat membaca 180 ptah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi  pada tingkat dasar. ( Barbe and Abbott 1975 : 156 – 167).[13]











BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu:
Keterampilan berbahasa (Language arts, Language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu :
Keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skills);
Keterampilan berbicara (speaking skills);
Keterampilan membaca (reading skills);
Keterampilan menulis (writing skills);

Ditinjau dari segi terdengar / tidaknya suara pembaca waktu dia membaca, prosesnya terbagi atas:
Membaca nyaring, membaca bersuara dan membaca lisan (reading out load, oral reading, reading aloud);
Membaca dalam hati (silent reading).

Pada saat membaca dalam hati kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati ( silent reading) adalah untuk memperoleh informasi.

Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat menyadari benar bahwa membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan Henri Guntur, 1979, MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA. Bandung; Percetakan Angkasa



[1]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.1.
[2] Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.8.
[3]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.12.
[4]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.16. 
[5] Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.20. 
[6] Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.26. 
[7]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.27.  
[8]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.28.  
[9]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.31.  
[10]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.35.
[11]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.38.  
[12]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.38.  
[13]Henry Guntur Tarigan,MEMBACA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA, (Bandung: Percetakan Angkasa,1979), hlm.39.  

Bagikan :

Tambahkan Komentar