Ilustrasi IDN Times
Oleh Nur Rokhim

Orang Indonesia punya slogan yang sangat khas, "NKRI Harga Mati". Slogan tersebut sangat besar pengaruhnya bagi geliat perjuangan rakyat Indonesia. Tak tanggung-tanggung, puluhan ribu nyawa pahlawan gugur di medan peperangan membela tegaknya NKRI, baik itu yang beragama  Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, semuanya punya peran yang sama dalam perjuangan berdirinya negara ini.

Realita kemajuan zaman, seringkali orang banyak memasalahkan urusan kebangsaan dan urusan keagamaan tanpa alasan yang pasti. Sebab bagi sebagian orang, konsensus negara ini berdiri bukan karena dasar dalil naqli yang berdasarkan pada al-Qur'an dan al-Hadits, tetapi lebih berdasarkan pada daya pikir dan kemampuan akal saja.

Bagi orang yang memahami bahwa NKRI seutuhnya bukan harga mati, patut dipertanyakan nasionalismenya. Alasan yang mencatut nama Tauhid seringkali menjadi bahwa kebangsaan dan nasionalisme tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tetapi, sebelum kita membahas lebih rinci mengenai "NKRI Harga Mati", terlebih dahulu kita simak dalil berikut ini.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ....... وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ .


Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Badr Al-Din Al-Aini (wafat 855 H) dalam kitabnya 'Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari menyatakan:

وَفِيه: دَلَالَة عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الوَطَنِ وَاْلحِنَّةِ إِلَيْهِ

Artinya; “Di dalamnya (hadits) terdapat dalil (petunjuk) atas keutamaan Madinah, dan (petunjuk) atas disyari’atkannya cinta tanah air dan rindu padanya.” (Badr Al-Din Al-Aini, Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, Beirut, Dar Ihya’i Al-Turats Al-Arabi, Juz 10, hal. 135)

NKRI Harga Mati atau Tauhid Harga Mati. Dua slogan tersebut sering  kali dipertentangkan oleh kelompok-kelompok tertentu. Sebenarnya memang tidak berseberangan, toh memang asas tauhid bisa dikaji secara prespektif budaya.

Tauhid melambangkan penyatuan dan kemanunggalan tekad untuk mengakui bahwa Tuhan alam semesta ini hanya satu, yaitu Allah SWT. Tidak ada yang patut disembah kecuali hanya Dia Yang Maha Esa.

Tauhid dan ibadah bisa diamalkan ketika adanya keamanan suatu negara. Pernyataan ini sangat berdasar. Logikanya, seseorang bisa beribadah dengan khusyuk, berdzikir dengan penuh kenikmatan ketika ada kedamaian. Dan untuk mewujudkan kedamaian itu dengan adanya negara yang mampu menaunginya. Itulah konsep dakwah wa haadzal baladil amiin yang dikomparasikan dengan konsep rahmatan lil alaamiin.

Mengenai dalil diatas, wajar saja Rasulullah SAW merindukan Madinah sebagai kota dengan konsep baladil amin. Semua kalangan, baik itu Islam, Yahudi, Nasrani, Majusi, dan sebagainya merasa mendapatkan keamanan. Dan karena keamanan itulah pengamalan tauhid bisa dilaksanakan.

Cinta tanah air bukanlah bentuk ashabiyah, tetapi bentuk ukhuwah. Karena ashabiyah dipenuhi dengan prinsip individual sementara ukhuwah dihiasi dengan gotong royong dan kebersamaan. "Wa ta'awanu alal birri" tolong menolong dalam kebaikan yang banyak sekali cabangnya.

Semarang, 12 Desember 2018
Bagikan :

Tambahkan Komentar