Foto Bersama Guru dan Peserta LDK SMK NU 1 Kendal

Kendal, TABAYUNA.com – Penanaman nilai-nilai Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) bagi siswa sekolah di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama perlu diaktualisasikan ke dalam keseharian para anak didik untuk menjawab kebutuhan zaman.

Bagaimanapun, di era web 2.0 sekarang ini, lalu lintas informasi sudah sedemikian massif disebarkan melalui media sosial yang diantaranya bertentangan dengan nilai-nilai Aswaja. Oleh karena itu, penguatan nilai Aswaja perlu dilakukan secara kontekstual agar para anak didik mampu menyaring informasi yang tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai generasi muda NU.

Demikian disampaikan Muhamad Sulhanudin saat mendampingi Kiai Mufthon Samroddin Rois saat menyampaikan materi Aswaja dalam Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) bagi para pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK NU 1 Kendal di Desa Krompakan, Kecamatan Gemuh, baru-baru ini.

“Silakan adik-adik bermedia sosial, namun perlu waspada, karena banyak bahaya mengintai. Tahlilan dianggap bidah, ziarah kubur musyrik, dan dengan mudah menuduh orang lain kafir. Ketika provokasi itu masuk, perlahan adik-adik akan diajak untuk hijrah meninggalkan nilai-nilai dan amaliyah yang sudah diajarkan oleh orang tua dan guru-guru di sekolah,” terang pegiat media sosial Ansor Kendal, yang juga mantan jurnalis ini.

Kiai Samroddin Rois, pengasuh pondok pesantren Safiiyah Salafiyah Desa Gebanganom Wetan Kecamatan Kangkung, mengajak para siswa untuk mengingat-ingat kembali pelajaran ke-NU-an yang sudah diperoleh mereka sampai sejauh ini.

Dikatakannya, bahwa NU lahir dan didirikan untuk melanjutkan tradisi Ahlussunah wal Jamaah yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad, dilanjutkan oleh para sahabat nabi, hingga Wali Songo yang menyebarkan Islam ke tanah air. Karena itu, silsilah ke-Islaman NU itu jelas rujukannya dan tidak asal kembali kepada Al Qur’an dan Hadist sebagaimana klaim dari pihak-pihak yang mengaku paling Islam hingga begitu mudah menuduh kelompok lain sesat.

“NU ada tidak hanya untuk warga NU, tapi untuk bangsa ini. Karena NU lah yang dari awal tegas mendukung Pancasila. NU sepakat dengan Darussalam bukan Darul Islam karena negara ini terdiri dari bermacam-macam agama. Karena itu, tidak ada istilah makar, memberontak pemerintahan yang sah. Setiap perbedaan disampaikan secara terbuka dan sesuai prosedur,” tegas Pembina Pencak Silat NU Pagar Nusa Kendal ini.

Lebih lanjut Kia Mufthon yang juga merupakan tim Densus 99 Banser Kendal ini menjelaskan, sekarang ini NU sedang diserang dari berbagai penjuru oleh mereka yang tidak menghendaki NKRI utuh. Di media sosial, kiai-kiai dan tokoh-tokoh NU difitnah. Banser yang dengan gagah berani mengatakan NKRI harga mati juga tak luput dari sasaran berita hoax.

“Adik-adik patut bersyukur karena hingga hari ini masih bisa bersekolah dengan tenang, menjalankan ibadah dengan nyaman tanpa ada yang melarang. Beberapa tahun ke depan, adik-adiklah yang akan berada di barisan depan menjaga NU, menjaga bangsa ini. Persiapkan sejak sekarang, belajar yang tekun, dan di manapun kelak jangan tinggalkan identitas dan jatidiri adik-adik sebagai anak NU,” tegas Kiai Mufthon.

Kiai Mufthon berpesan agar para siswa dapat meneladani karakter NU dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Diantaranya at-tawasuth, at-tawazzun, al-I’tidal, tasamuh dan amar ma’ruf nahi munkar. Kader NU harus bisa bersikap di tengah-tengah tidak ekstrim ke kiri atau ke kanan, seimbang dalam segala hal dan berkhidmat, berlaku adil, toleran, dan mendorong yang baik dan mencegah yang membawa kerusakan.

Kegiatan LDK diikuti oleh 50-an pengurus OSIS yang berasal dari siswa kelas X dan XI. Selama tiga hari peserta mendapatkan pelatihan yang dirancang untuk melatih jiwa kepemimpinan yang akan berguna bagi para peserta dalam mengemban tugas organisasi. Selain itu peserta juga mendapatkan materi Aswaja dari instruktur berlatar belakang pesantren dan wawasan kebangsaan dari Koramil kota Kendal.

Kepala Sekolah SMK NU 1 Kendal Mokh Izudin, MPd, melalui Waka Kesiswaan Rohmiyati, SPd mengatakan, berorganisasi bagi siswa merupakan media yang tepat untuk mengasah jiwa kepmimpinan. LDK ini menurutnya diadakan untuk membekali pengetahuan dasar tentang kepemimpinan dan bagaimana mempraktekkannya.

“Kami mengetengahkan kepemimpinan ala Ahlussunah wal Jamaah agar para siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai Aswaja dalam berorganisasi dan bahkan bermasyarakat ketika mereka berada di luar sekolah. Kepemimpinan Aswaja ini penting untuk membantengi para siswa dari pengaruh negatif dari luar,” terang Rohmiyati. (tb44/Hms).
Bagikan :

Tambahkan Komentar