Oleh : Mustofa
Peresensi adalah Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung

Sosial merupakan pangkal, dasar dari kehidupan didunia, karena kata sosial berkaitan dengan manusia dalam sekelompok masyarakat, seperti kehidupan perkotaan, kehidupan didesa dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Sosial dalam setiap kelompok masyarakat mempunyai ciri khas yang berbeda-beda dari satu kelompok ke kelompok lainnnya. Dalam kehidupan masyarakat yang jauh dari kecepatan kota besar biasanya masyarakatnya sangatlah dekat dan saling mengontrol satu sama lain. Kehidupan saling menghargai, saling mengenal itulah ciri dari kehidupan didusun-dusun salah satunya Dusun Soroyudan di desa ini, budaya dan tradisi tidak dapat di pisahkan dari kehidupan sosial masyarakatnya karena merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu.

Desa Soroyudan terletak di daerah Magelang, dalam sejarah desa ini nama soroyudan diambil dari nama seorang kiai yang bernama soroyudo, beliau mempunyai prajurit perang pada masa penjajah, suroyudan memiliki arti “surowani yudha perang” yaitu berarti masyarakat berani berperang dalam mengusir penjajah, dalam hal ini sang kiai meninggal pada saat perang. Dusun suroyudan memiliki berbagai budaya untuk menyatukan dan mengumpulkan masyarakatnya salah satunya “kethoprak”, kethoprak berdasarkan pendapat penulis merupakan suatu seni bermain peran yang isinya berupa hal=hal yang lucu dan menghibur, serta dalam akhir ceritanya biasanya mengandung makna yang dapat diambil oleh masyarakat. Kethoprak merupakan alat yang dapat menyatukan masyarakat karena dalam proses pagelarannya mereka gotong royong setelah jadi mereka bersama-sama menikmati pagelaran.

Kencintaan kepada Negara masyarakat suroyudan sangat antusias dalam penyabutan hari kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus mereka mengadakan acara acara syukuran yaitu “genduren” syukuran ini berupa makan bersama-sama baik muda dewasa semuanya berkumpul dan saling tukar makanan, setelah itu masyarakat mengikuti kegiatan upacara.

Masyarakat suroyudan masyoritas beragama Islam, dalam menyabut Ramadhan masyarakat disini menyabut dengan “padusan” yaitu mandi bersama-sama. Setelah memasuki bulan ramdhan setelah sholat terawih masyarakat membaca Al-Qur’an dan setelah itu makan bersama, dalam menyabut idul fitri masyarakat silahturahmi dengan semua penduduk di dusun. (Hlm 259-270)

Kekurangan / kritik  :
Kekurangan di dalam buku yang berjudul Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang pada sub judul “Asal-usul Dusun Soroyudan, Tegalrejo Magelang” dalam penelitian ini pembahasan yang diangkat terlalu melebar dari judul, pembahasannya kurang mendetail.

Kelebihan/pujian       :
Buku yang berjudul Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang dalam sub judul “Asal-usul Dusun Soroyudan, Tegalrejo Magelang” memberikan semua informasi tentang kehidupan masyarakat dari kegiatan sosial agama, kecintaan Negara dan lain sebagainya

Biodata Buku :
Judul: Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang
Nama Penulis  : Tim PAI IB STAINU Temanggung
Nama Editor   : Hamidulloh Ibda, M.Pd
ISBN   : 978-602-53552-7-1
Penerbit: CV. Pilar Nusantara
Tahun Penerbit:2019
Cetakan: Kesatu, Januari Tahun 2019
Tebal   : 301 halaman
Harga: Rp. 55.000

Bagikan :

Tambahkan Komentar