Oleh Usman Mafrukhin
Penulis Aktivis Muda NU dan Komisariat PMII Temanggung

Popularitas istilah Islam Nusantara memang relatif baru. Sebelumnya kita mengenal gagasan pribumisasi islam di era Gus Dur. Islam Nusantara ini merupakan perwujudan nilai-nilai Islam yang sudah berakulturasi dengan budaya lokal. Indikasi ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai penanda, pertama relasi yang kuat antara islam dan budaya lokal itu sendiri. Karena itu ajaran islam ala ulama islam nusantara bukan bak gelombang tsunami yang mengikis tradisi yang sudah mengakar di masyarakat.

Namun menciptakan ruang ruang dialog negoisasi yang berujung pada kesepakatan bersama untuk saling berasimilasi dan menerima dengan lapang dada. oleh karena itu munculah ritual-ritual agama yang sudah kawin dengan budaya masyarakat, seperti tahlilan, selametan, wetonan, sadranan, dan seterusnya.


Seperti halnya kelompok Masyarakat Desa Margolelo yang penulis contohkan. Disini terdapat karakteristik budaya ala Islam Nusantara yang melekat pada Masyarakat, banyak ritual keagamaan yang dapat di temukan disini apalagi setiap bulan sya'ban kalender islam. Tradisi seperti halnya sadranan dan selametan di gelar tidak cukup satu kali melainkan beberapa kali, di gelar di makam kiyai desa, juga di gelar di lapangan.

Saya juga sempat mewawancarai salah satu dari sesepuh atau tokoh desa disana beliau berpendapat, dari zaman dahulu sampai sekarang ritual ini tidak pernah kita lalaikan artinya ini merupakan perekat silaturahim dalam masyarakat Indonesia khususnya. Dan ini adalah jantung dari negeri kita yang namanya selametan itu bentuk rasa syukur kita terhadap para pejuang penjajah zaman dahulu kalau di katakan menyimpang dan juga sesat toh ritual ini juga di sisipi pembacaan ayat suci al-quran seperti tahlil dan lain-lan jadi kesimpulanya yang mengatakan ini sesat dan bid'ah itu mereka harus datang kesini saya kasih ingkung sembari tertawa. pangkasnya


Kegiatan ini yang merekatkan bahwa di bumi Nusantara ini ada suatu mutiara berupa banyaknya kreasi dari tradisi dan budayanya  dan itu pun berbeda-beda di suatu tempat. Kalau di Masyarakata Desa Margolelo Kandangan Temanggung ini mereka berbondong-bondong dengan menggunakan Tennong sebagai wadah atau tempat membawa makanan jamuan yang akan di jadikan kepungan nantinya. Singkatnya tradisi budaya dan kearifan lokal ini jika tidak di lestarikan oleh kita dan anak-anak muda mau siapa lagi.

Dan pada singkatnya karakterisrik tersebut menjadi roh islam nusantara. Karena itu dalam aktualisasinya. Islam Nusantara memunculkan wajah yang ramah, damai, santun dan menyejukan. Sebab misi dan ajaranya sangat selaras dan senapas dengan konteks sehingga teradapat akulturasi dengan kultur sosiaal di masyarakat sekitarnya.

Lenturnya Islam Nusantara dengan lingkungan masyarakat,  menjadikan Islam Nusantara dinamis dan sumber inspirasi umat. Bukan islam yang menyuguhkan kearabanya apalagi yang sedang familiar dewasa ini Islam dengan budaya Puritan Radikalisme artinya bertentangan dengan ideologi tanah air tercinta. Islam Nusantara tidak seperti itu.
Bagikan :

Tambahkan Komentar