Kebumen, TABAYUNA.com -  Dialog interaktif digelar sebagai rangkaian dari deklarasi pendidikan inklusif di IAINU Kebumen dengan tajuk “Dialog Interaktif dalam Rangka Kampanye dan Deklarasi Pendidikan Inklusi”, 20 Juli 2019. Dialog tersebut merupakan tindaklanjut dari dari kegiatan yang diadakan oleh LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah pada bulan Maret 2019 di IAINU dengan tema “Menggagas Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi”.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I yang juga Plt Rektor, Fikria Najitama menyampaikan bahwa IAINU kebumen siap bersama dan membantu sekolah dan madrasah semakin dekat dengan pendidikan inklusi dan berharap gerakan pendidikan inklusi di Kebumen semakin masif. "IAINU Kebumen akan terus memperbaiki diri menjadi kampus yang benar-benar ramah terhadap disabilitas. kita akan menjadikan teman-teman disabilitas mempunyai akses yang luar biasa dalam merebut mimpi-mimpi mereka", sambut Fikria.
Perwakilan LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah, Miftahul Huda, dalam paparannya menyampaikan progres program pendidikan inklusi yang dilaksanakan LP Ma’arif dan Unicef di empat Kabupaten (Brebes, Semarang, Banyumas, dan Kebumen), dengan mendampingi madrasah-madrasah, MI dan MTs, untuk persiapan menuju madrasah inklusi, serta mengadakan inisiasi ke tiga perguruan tinggi di Jawa Tengah, meliputi IAINU Kebumen, UNU Purwokerto, dan UIN Walisongo Semarang. “kami sangat berterima kasih IAINU merespon dengan cepat program pendidikan inklusi yang kami tawarkan. Bulan Maret lalu kami inisiasi di IAINU, saat ini di kampus sudah proses dibangun masjid inklusi dan deklarasi menjadi kampus inklusi. IAINU hebat”. Katanya.
Miftahul Huda menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus sama dengan anak yang lainnya. Mereka mempunyai untuk belajar dan mendapatkan pelayanan yang sama baiknya oleh lembaga pendidikan apapun, tidak harus di SLB. “ABK maupun non ABK memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan terbaik, belajar di ruang yang sama, waktu yang sama, dan dari guru yang sama. Setelah ini semoga tidak ada lagi pengabaian terhadap mereka”. Tegasnya.
Narasumber yang lain, Supriyono, menjelaskan bahwa sekolah dan madrasah nantinya perlu menggunakan standar khusus untuk mengukur hasil belajar siswa difabel. Guru juga harus memperhatikan kekhususan yang dibutuhkan oleh ABK. “tentu akan berbeda jika guru mengukur kemampuan lompat jauh anak berkebutuhan khusus, ada masalah di kakinya misalnya, dengan anak yang tidak bermasalah dengan kakinya” jelasnya.
Pada dialog interaktif tersebut LP Ma’arif mengirimkan 2 narasumber yaitu Miftahul Huda, pengurus Ma’arif dan program officer pada program pendidikan inklusi kemitraan LP Ma’arif Jawa tengah dan Unicef, dan Supriyono, kepala MI Keji Ungaran Barat kabupaten Semarang, madrasah inklusi sasaran program pendidikan inklusi LP Ma’arif dan Unicef.
Hadir dalam dialog interaktif, Ahmad Muzammil, Abdullah Muchib, dan Miftahul Huda dari LP Maarif NU Jawa Tengah, dan Supriyono dari MI Maarif Inklusi Keji Semarang. Hadir juga Drs H Mahar Mugiono Ketua LP Maarif NU Kebumen, Fikria Najitama MSI Warek I Plt. Rektor IAINU Kebumen, Faishal, M.Ag Warek II, para dekan, para kaprodi, dan dosen dan staf IAINU Kebumen. Hadir juga utusan khusus dari MI dan MTs Inklusi Kebumen, para guru, aktivis inklusi, dan sejumlah mahasiswa. Ada sekitar tigaratusan peserta memenuhi lokasi. (Tb77/Huda/Ibda).
Bagikan :

Tambahkan Komentar