Oleh Maila Nadhifah

Mahasiswa PAI di STAINU Temanggung 

Berpikir adalah sebuah aktivitas mental manusia yang melibatkan kinerja otak. Dengan berpikir, manusia dapat menentukan atau memutuskan sebuah keputusan atau pilihan dari berbagai alternatif yang ada untuk mengarahkan kehidupan manusia itu sendiri. 

Istilah berpikir menurut KBBI ialah kegiatan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Kemampuan berpikir manusia lah yang menjadikan manusia dianggap sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna di bandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan tidak dikaruniai akal dan pikiran sehingga mereka tidak dapat berpikir layaknya manusia.

Berpikir keras itu perlu namun tidak untuk secara berlebihan atau overthinking. Overthinking merupakan salah satu istilah psikologi yang akhir-akhir ini sering digunakan oleh anak-anak remaja di dunia maya entah itu dalam sebuah cuitan, kiriman ataupun unggahan di media sosial. Apa sih overthinking itu? Overthinking bisa di definisikan sebagai sikap berpikir secara berlebihan tentang segala sesuatu meskipun hanya masalah sepele entah itu terkait tentang sesuatu yang pernah terjadi, belum terjadi atau bahkan tidak akan pernah terjadi. Orang yang sering overthinking biasa disebut dengan istilah overthinker.

Overthinking tentang suatu masalah sepele sebenarnya hanya akan membuat para overthinker menjadi tidak tenang dan stres dikarenan masalah tersebut hanya akan berputar-putar dikepala tanpa menemukan solusinya. Selain itu, para overthinker biasanya juga akan mengalami gangguan susah tidur dan nafsu makan menurun. Apabila nafsu makan terus-terusan menurun dan gangguan susah tidur terus berlanjut maka kemungkinan besar kesehatan fisik kita juga akan terganggu. Karena kurangnya tidur dan makan akan menjadikan daya tahan tubuh kita melemah.

Overthinking jalan pintas menuju suudzon?

Overthinking tentang sesuatu yang belum tentu terjadi dapat mendorong manusia untuk berprasangka atau beranggapan entah itu yang baik atau yang buruk. Berprasangka buruk atau suudzon merupakan salah satu akhlak tercela yang harus dihindari dan dilarang oleh Allah seperti disebutkan dalam kutipan firman Allah Surat Al-Hujurat ayat 12 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa”. Kutipan terjemahan ayat tersebut menunjukkan bahwa kita dianjurkan untuk tidak banyak berprasangka kepada sesama muslim ataupun kepada Allah karena tidak semua prasangka bernilai baik dan prasangka yang buruk hanya akan menjadikan kita berdosa.

Saya termasuk orang yang sering overthinking, dan menurut pengalaman pribadi saya sendiri, overthinking menunjukkan saya jalan untuk berprasangka buruk atau suudzon entah itu suudzon terhadap diri saya sendiri, suudzon kepada orang lain atau bahkan suudzon kepada Allah. Padahal telah jelas bahwa suudzon itu dilarang Allah tapi entah mengapa ketika saya overthinking tentang sesuatu yang belum terjadi, saya selalu merasakan khawatir atau takut yang berlebihan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal tersebut menggiring saya menjadi berburuk sangka atau suudzon kepada Allah padahal saya sendiri tahu bahwa kemungkinan buruk yang saya pikirkan itu belum tentu akan terjadi. Segala sesuatu yang saya rencanakan belum tentu sesuai dengan rencana Allah yang telah dituliskan untuk saya. Saya percaya bahwa Allah itu adil dan saya juga percaya jika Allah akan selalu memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk hamba-Nya. Tapi entah mengapa ketika sedang overthinking kepercayaan tersebut seolah-olah lenyap dan hanya menyisakan pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi dan belum tentu kebenarannya.

“Kok dia bisa gitu ya… aku bisa gitu gak ya… jangan-jangan dia bisa gitu pakai cara curang…” itu adalah sebagian kata-kata yang terkadang tiba-tiba muncul dalam pikiran overthinker ketika melihat seseorang mendapatkan pencapaian yang baik. Hal tersebut secara tidak langsung mengantarkan overthinker untuk berburuk sangka kepada orang lain. Bukankah sebenarnya kata-kata tersebut merupakan hal yang sepele? Iya, memang sepele tapi secara tidak langsung menjadikan kita berdosa karena apa yang dipikirkan tersebut belum tentu kebenarannya.

Sebenarnya saya menulis tulisan ini juga untuk mengingatkan diri saya sendiri agar tidak terus-terusan overthinking dan menjadi sering berburuk sangka entah pada diri saya sendiri, orang lain ataupun pada Allah. Jadi, masihkah ingin terus-terusan overthinking wahai para overthinker?

Bagikan :

Tambahkan Komentar