Semarang, TABAYUNA.com - Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang melakukan silmulasi blended learning pada Jumat 28 Mei 2021. Kegiatan ini dilakukan sebagai persiapan rencana perkuliahan secara tatap muka pada Agustus nanti.


Simulasi blended learning ini dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Mulai dari cuci tangan, pengecekan suhu, hingga pengaturan jaga jarak yang memenuhi standard protokol kesehatan.


Simulasi blended learning ini diikuti oleh 20 mahasiswa yang tatap muka langsung, dan 20 mahasiswa yang mengiktui secara daring pada tiap kelas.


Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Prof. Dr. Syamsul Ma’arif, M.Ag., menyatakan bahwa blended learning adalah salah satu upaya FPK untuk memfasilitasi kerinduan mahasiswa dan dosen. Blended learning ini dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.


“Kami sudah siapkan semuanya, mulai dari peralatan daring, protokol kesehatan, hingga pada metode perkuliahan yang mampu menfasisltasi mahasiswa yang datang langsung maupun yang daring, tanpa mengurangi esensi dan efektivitas perkuliahan” lanjut Prof. Syamsul.


Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal UIN Walisongo dalam menjajaki kemungkinan perkuliahan tatap muka pada Agustus nanti. Kita akan evaluasi dan perbaiki semua aspek yang mendukung perkuliahan blended learning.


Mulai dari sarana prasarana, kesiapan dosen, hingga pada pemenuhan standard protokol kesehatan untuk skala besar. Ini menjadi harapan yang mulia untuk seluruh civitas akademika UIN Walisongo Semarang.


“Kita akan terus pantau dan perbaiki hal hal yang masih dirasa kurang, semoga pandemi ini segera berakhir dan kita bisa beraktivitas secara normal. FPK telah melaksanakan simulasi perkuliahan blended learning ini dengan baik. Ini menjadi langkah yang bagus untuk kemajuan UIN Walisongo.” Tegas Prof. Imam.


Pada simulasi blended learning kali ini, Fitria Susilowati, M.Sc., selaku dosen Prodi Gizi FPK mengaku senang. Perkuliahan blended learning seperti ini diakuinya menjadi alternatif solusi atas kebosanan mahasiswa mengikuti perkuliahan selama pandemi.


Selain itu, dosen dituntut untuk senantiasa mengembangkan kemampuan pedagogiknya beradaptasi dengan keadaan. Jangan sampai membuat mahasiswa jenuh dengan pekuliahan.


Pada kelas lainnya, Wening Wihartati, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Abnormal sekaligus Kajur Prodi Psikologi FPK menyatakan bahwa perkuliahan blended learning ini menjadi istimewa karena mahasiswa terlihat sangat antusias dan bersemangat.


Semangat ini sangat terlihat pada keaktifan mereka bertanya dibandingkan dengan perkuliahan daring sebelumnya.


“Menyenangkan, kerinduan perkuliahan tatap muka terobati. Kami juga menjadi lebih paham akan materi yang dijelaskan dosen. Harapannya pandemi segera selesai dan perkuliahan tata muka segera bisa dilaksanakan” ungkap salah satu mahasiswa FPK. (Tb55).

Bagikan :

Tambahkan Komentar