Oleh : Siti Munadah

Mahasiswi PGMI STAINU Temanggung 

Kita lihat fenomena yang ada disekitar lingkungan kita, karena sekarang kita sudah memasuki era revolusi industri dan zaman sudah semakin maju, teknologi sudah semakin berkembang. Peserta didik zaman sekarangpun sudah banyak yang pandai bermain smartphone atau hp sejak di usia dini, banyak peserta didik  yang sudah mampu dan hebat dalam memperoleh dan  mengunduh informasi apapun dari dunia maya tapi sangat disayangkan kebanyakan dari mereka hanya mampu mengunduh tapi tidak mampu untuk menuliskan atau mengunggahnya, kebanyakan dari mereka kesulitan untuk menyampaikannya secara ilmiah. 

Dengan adanya masalah masalah seperti itu guru masa depan diharapkan mampu membelajarkan siswa untuk menulis dan berbicara sebagai implementasi dari kurikulum 2013 ini, guru juga harus selalu mengupgrade kemampuan, kreatif, dan inovasinya dalam proses pembelajaran agar guru tidak ketinggalan zaman, dam mampu menciptakan suasana dalam proses pembelajaran menjadi aktif, efektif, dan menyenangkan, dan tentu siswa akan sangat paham ketika metode yang digunakan guru begitu efektif untuk siswa.

Mengapa sih KTSP harus di ganti dengan kurikulum 2013 ? Menurut pemerintah mengambil tindakan dengan mengganti kurikulum terdahulu adalah hal yang benar karena menurut mereka kurikulum tahun 2006 atau KTSP tersebut sangat memberatkan siswa karena terlalu banyak materi yang mereka ampu, sehingga malah membuat mereka terbebani. Ketika mengambil keputusan untuk mengganti KTSP menjadi kurikulum 2013 pemerintah juga melihat dari kondisi yang ada selama beberapa tahun ini. KTSP memberi kebebasan kepada para pendidik atau guru utnuk membuat kurikulum secara mandiri untuk masing-masing sekolah akan tetapi kebijakan itu tidak berjalan dengan lancar.

Kurikulum 2013 sebagai harapan tinggi untuk membentuk karakter (identitas bangsa) Indonesia dan menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sewajarnya saja kurikulum baru yang diterapkan dan masih dalam taham sosialisai ini dapat sambutan pro dan kontra dari masyarakat. Pertanyaan yang sering diajukan dan paling mendasar yang timbul dari benak masyarakat adalah: apakah kurikulum 2013 ini mampu membawa perubahan dan solusi bagi sistem pendidikan di Indonesia, Atau malah akan menimbulkan masalah-masalah baru dan menambah keributan pada dunia pendidikan di indonesia? Banyak yang menilai adanya ketergesa-gesaan dalam pembuatan kurikulum ini. Serta dampak yang diberikan tidak terlalu merata dan terlalu singkat. Waktu uji publikpun juga singkat, hanya sekitar sekian bulan, tanpa sosialaisasi yang menyeluruh, sehingga menimbulkan banyak pihak yang merasa tidak diikut sertakan di dalamnya. Pendidik atau guru-guru yang ada di daerah terpencil kemungkinan besar malah baru beradaptasi dengan KTSP, dan sekarang mereka juga mendadak harus beradaptasi dengan rancangan kurikulum yang baru.Akan tetapi tidak sedikit juga dari pihak guru yang terima dan menyetujui  oleh kebijakan kurikulum 2013 ini. Seperti yang kita ketahui, guru agar mendapatkan sertifikat professional, guru harus dan juga dituntut untuk mengajar dalam jumlah jam tertentu. Tentu guru akan merasa keberatan jika jam pelajarannya harus dikurangi. Apalagi ada sebagian guru yang mata pelajarannya dihapus. Bagaimana pula nasib guru-guru Bahasa Inggris yang telah lama dan bertahun-tahun telah mengabdikan ilmunya SD (Sekolah Dasar).

Walaupun kadang apa yang sudah dirancang dan disusun dengan cermat dan apik oleh pemerintah tapi terkadang dalam pelaksanaan yang ada dilapangan tida sesuai dengan apa yang telah di sosialisasikann, buktinya masih banyak guru yang hanya menggunakan kurikulum 2013 sebagai formalitas saja. Banyak dari mereka hanya menerapkan sebagian dan lebih banyak kembali pada kurikulum KTSP dimana guru yang lebih banyak berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dimana dianjurkan di kurikulum 2013 siswalah yang harus lebih aktif daripada guru. Banyak juga dari pihak sekolah tidak memiliki fasilitas-fasilitas untuk menunjang tercapainya kurikulum 2013 ini.

Merdeka Belajar menjadi salah satu program inisiatif Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia, baik bagi murid maupun para guru. Merdeka Belajar ini konon dilahirkan dari banyaknya keluhan orangtua pada sistem pendidikan nasional yang berlaku selama ini. Salah satunya ialah keluhan soal banyaknya siswa yang dipatok dengan nilai-nilai tertentu. Tujuan Merdeka Belajar ialah agar para guru, siswa, serta orangtua bisa mendapat suasana yang bahagia. Merdeka Belajar itu bahwa pendidikan harus menciptakan suasana yang membahagiakan, bahagia buat guru, bahagia buat peserta didik, bahagia buat orangtua, untuk semua umat.

Secara keseluruhan, Merdeka Belajar yang diluncurkan Nadiem terdiri atas empat isu penting, yakni penggantian format ujian nasional (UN), pengembalian kewenangan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) ke sekolah, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang hanya satu lembar, dan naiknya kuota jalur prestasi pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) dari sebelumnya 15% menjadi 30%. Ujian nasional yang selama ini menjadi pintu gerbang bagi para pelajar di tanah air untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi akan ditiadakan pada 2021 dan digantikan dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Pemberlakuan UN dianggap kurang tepat karena lebih mendorong siswa untuk menghafal bahan pelajaran, bukan memahaminya. Ujian nasional juga dianggap bisa menjadi sumber stres bagi pelajar, bahkan orangtua dan guru karena ada tuntutan pencapaian nilai yang tinggi. Keberadaan UN yang lebih mengedepankan capaian nilai akademis dinilai bertentangan dengan prinsip pendidikan itu sendiri yang juga membutuhkan aspek psikologis dan perkembangan kepribadian siswa.

Akan tetapi jika semua itu dibebankan semua kepada lembaga untuk melakukan semua itu, saya kira lembaga akan sedikit kualahan dalam melaksanakannya. misalnya saja penghapusan Ujian Nasional yang akan diganti dengan Asesmen Ketuntasan Minimum (AKM) ini tentunya akan sangat memberatkan guru dan lembaga pendidikan karena Terkait wacana penerapan asesmen kompetensi minimum sebagai pengganti UN, hal ini tentu membutuhkan pedoman yang matang. Jika diterapkan, sistem ini akan sangat tergantung pada kreativitas guru. Sejauh ini guru belum memahani betul apa yang dimaksud asesmen kompetensi minimum sehingga perlu ada penjelasan yang rinci terkait hal itu. Hal ini penting dilakukan, agar tak ada “penyimpangan” antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan. Di lapangan, sepanjang dilaksanakan UN, setiap daerah memiliki permasalahan yang beragam.Keberhasilan program Merdeka Belajar akan sangat ditentukan oleh kompetensi guru yang kondisinya saat ini belum merata. Hasil uji kompetensi guru (UKG) menunjukkan lebih dari 50% guru yang mengikuti UKG tidak mencapai skor kelulusan. Mengurai permasalahan pendidikan di Indonesia salah satunya harus dimulai dengan membereskan masalah kompetensi guru ini.

Kurikulum dalam perjalanannya harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kemajuan ipteks, dan tuntutan masyarakat. Dengan kata lain, kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi di masa depan harus diantisipasi lewat pengembangan kurikulum secara terus menerus,seperti halnya kurikulum K13 yang akan berubah menjadi Program Merdeka belajar. Kaitannya dengan pengembangan kurikulum, masa depan harus dilihat dari dua sudu pandang. Pertama, masa depan merupakan suatu kajian yang penting bagi siswa. Kedua, kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi di masa depan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan wawasan kependidikan untuk mempersiapkan anak-anak didik memasuki abad masa depan. Mempersiapkan untuk masuk ke masa depan berarti pengembangan kemampuan intelektual dan sosial. Dasar pemikiran perlunya mengkaji masa depan ialah bahwa masa depan tidak dapat diramalkan, kita menciptakannya dengan apa yang kita kerjakan sekarang, masa depan lahir dari masa sekarang, karenanya masa sekarang merupakan dasar yang penting bagi kajian masa depan, perencanaan masa depan bukan diperuntukkan bagi perbaikan masa sekarang, tetapi difokuskan pada kemungkinan- kemungkinan dan akibat-akibat dan apa yang kita rencanakan untuk masa depan yang lebih baik. Intinya apapun kurikulumnya gurulah yang harus menghadapinya serta menerapkan tentunya butuh  kesiapan-kesiapan yang matang.

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar