Oleh Hana Rifa Saidiyah

Mahasiswi PGMI INISNU Temanggung

Sebuah pendidikan inklusi menjadi hal yang sangat penting bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Dari tahun ke tahun pendidikan inklusi mengalami banyak sekali perkembangan dari berbagai komponennya. Setiap individu atau peserta didik di Indonesia memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan setara dengan peserta didik yang lainnya. Salah satu komponen yang menjadikan peserta didik memiliki dorongan kuat untuk menjalani pendidikan di masa – masa emasnya dalam menimba ilmu.

Seorang peserta didik akan mengalami berbagai perkembangan dalam dirinya terutama saat memasuki usia MI maupun SD. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang akan dialami oleh masing – masing individu. Orang tua menjadi unsur utama yang lebih dahulu memahami karakteristik putra – putrinya. Seorang peserta didik layak mendapatkan pengetahuan dan ilmu yang luas bagi dirinya sendiri dengan segala keistimewaan yang mereka miliki. Adanya sekolah inklusi menjadi solusi tepat dalam menyetarakan pendidikan seorang pesreta didik biasa dan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus atau yang kita sebut dengan peserta didik ABK.

Seorang anak atau peserta didik yang memiliki sebuah keistimewaan dalam dirinya tentu menjadi anugerah dalam kehidupannya. Spon Shevin dalam O’neil, 1994 menjelaskan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memasyarakatkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah – sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman – teman seusianya. Sekolah inklusif adalah sekolah yang memang khusus memberikan layanan pendidikan yang layak, menantang namun tetap disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan dari setiap peserta didik maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak – anak berhasil (Stainback, 1980).

Dukungan dari orang tua dan keluarga terdekat menjadi unsur utama bagi seorang peserta didik ABK dalam melewati segala hal yang berkaitan dengan dirinya maupun lingkungan pendidikannya. Pendidikan dari orang tua menjadi pondasi dasar bagi pendidikan anak, karena orang tua harus benar – benar paham dan mengerti dalam berperan untuk keberlangsungan proses tumbuh kembang anaknya. Orang tua memiliki peran sebagai pengasuh dan pendidik, pembimbing motivator, dan fasilitator. (Nurfadhilla, 2021:71 – 72)

Dengan hal itu dapat kita ketahui bahwa orang tua menjadi komponen pertama dalam mengetahui apa saja yang hal yang telah dialami oleh putra – putrinya. Mungkin jika dengan orang lain, anaknya kurang bisa bercerita dan menuangkan apa yang mereka pikirkan, namun dengan orang tuanya sendiri dia mampu mencurahkan apa yang dia rasakan. Disinilah peran orang tua untuk bisa menjadi pendengar yang baik, memberikan dorongan dan motivasi agar dapat mendorong dirinya untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran yang layak diterima. Terkadang terdapat permasalahan – permasalahan yang timbul begitu saja dan orang tua harus siap dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga peserta didik akan tetap merasa semangat dalam menjalani pendidikannya.

Orang tua atau keluarga dari peserta didik ABK merupakan salah satu pihak yang penting dalam menjalin kerjasama dengan pihak sekolah (Ni’matuzahroh dan Nurhamida, 2016 : 134). Sekolah inklusi tentu sangat membutuhkan dukungan dan kerjasama dari para orang tua dalam mengawasi proses perkembangan peserta didik ABK selama di rumah. Sehingga pihak sekolah dan pihak orang tua saling mendukung dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Terutama dalam tingkat MI maupun SD dimana peserta didik anak mulai memasuki gerbang penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Sejalan dengan hal ini, perlu adanya kesadaran dari kita semua agar tidak memiliki pandangan yang berbeda terhadap anak maupun peserta didik ABK. Hal ini terkadang menjadi sebuah permasalahan yang segera harus teratasi, sehingga peserta didik memiliki rasa percaya diri terhadap apa yang mereka miliki dan menganggap bahwa dirinya sama dengan teman – teman sebanya lainnya. Ketika sudah seperti ini maka pendidikan dalam satuan pendidikan dimanapun akan dapat berkembang dengan maju dan pesat.

Mungkin dalam perjalanan pendidikannya, peserta didik ABK memiliki beberapa rintangan yang harus terlewati. Rintangan tersebut tentu buka menjadi kendala utama dalam proses pembelajaran yang ada dengan keikutsertaan orang tua dalam memberikan dukungan penuh. Ketika peserta didik ABK memiliki rasa percaya diri dalam dirinya, maka akan dengan mudah peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Bagikan :

Tambahkan Komentar