Oleh Farhatul Handona

Dalam menjalankan aktivitas bisnis, tentunya di lakukan untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyak berupa harta, dan ini di benarkan dalam Islam. Karena di lakukannya bisnis memang untuk mendapatkan keuntungan materi (qimah madiyah). Dalam konteks ini hasil yang di peroleh, di miliki dan dirasakan, memang berupa harta.

Dewasa ini, dalam realitas masyarakat di sekitar kita kepemilikan atas harta merupakan standarisasi dalam menentukan kebahagiaan hidup seseorang, harta yang melimpah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berbahagia. Sehingga dengan asumsi tersebut,  cukuplah menjadi sebuah alasan mengapa manusia cendrung berlomba-lomba untuk memperbanyak harta

Dari kasus di atas, mungkin akan muncul pertanyaan sederhana tentang bagaimana kedudukan harta dalam Islam ? Dan Seperti apa mekanisme ber mu’amalat atas harta yang dikehendaki dalam aktivitas Bisnis yang Islamy ?. Serta bagaimana peran harta dalam kehidupan manusia sebagai “alat” untuk mencapai kebahagian dunia akhirat ?.

 Harta dalam bahasa arab disebut al-mal, yang merupakan akar kata dari lafadzمال  – يميل – ميلا    yang berarti condong, cenderung, dan miring.

Dalam al-Muhith  ) dan Lisan Arab  ), menjelaskan bahwa harta merupakan segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Dengan demikian unta, sapi, kambing, tanah, emas, perak dan segala sesuatu yang disukai oleh manusia dan memiliki nilai (qimah), ialah harta kekayaan.

Sesungguhnya kaidah pertama dalam membangun ekonomi Islam adalah menghargai nilai harta benda dan peranannya dalam kehidupan manusia. Karena asumsi yang beredar sebelum datangnya Islam, baik sebagai pemahaman agama atau aliran, telah menganggap harta sebagai keburukan, sedangkan kemiskinan dianggap sebagai kebaikan, bahkan menganggap segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan materi merupakan kotoran bagi ruhani dan penghambat bagi peningkatan kemuliaan ruhani. Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut.Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah Untuk meningkatkan keimanan kepada Allah ,meneruskan kehidupan dari satu,  menyeleraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat, menegakkan dan mengembangkan ilmu-ilmu,karena menuntuk ilmu tanpa modal akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak bisa kuliah, bila ia tidak memiliki biaya,Untuk  memutarkan (men-tasharruf) peranan-peranan kehidupan.


Bagikan :

Tambahkan Komentar