Temanggung, TABAYUNA.com
- Nyadran adalah suatu budaya leluhur tanah Jawa yang dilakukan tiap tahun, di beberapa wilayah bisa dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam setahun, namun lazimnya dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam setahun, yakni pada bulan Safar dan bulan Sya'ban dalam tahun Hijriah, tak terkecuali warga dusun Bugen desa Geblog Kecamatan Kaloran, Temanggung yang hari ini Jum'at (2/9) melakukan kegiatan tersebut. 


Kegiatan yang terpusat di petilasan makam Kyai Mego Lamat ini bertujuan memberikan penghormatan kepada leluhur yang telah memulai penghidupan di wilayah dusun Bugen ini sendiri, dalam rangkaiannya kegiatan ini dimulai dengan bersih makam serta sungai tempat warga mengambil air. 


Amir Mujiyono selaku ketua panitia menyampaikan kegiatan yang dihadiri puluhan warga ini dilaksanakan selain sebagai wujud menghormati leluhur juga sebagai wujud silaturahim dan syukur kepada Tuhan atas limpahan rejeki yang diberikan. 


"Alhamdulillah, kegiatan saparan ini tetap dilestarikan oleh masyarakat sebagai wujud penghormatan kepada para leluhur yang ada di dusun Bugen, selain itu juga sebagai wujud silaturahim, toleransi, kebersamaan dan syukur atas nikmat serta rejeki dari Allah SWT." Tuturnya. 


Kegiatan yang dimulai dari bersih makam, sungai, sadranan hingga ditutup dengan pentas seni di malam hari nanti diapresiasi baik oleh seluruh masyarakat, tokoh agama bahkan para pengusaha di dusun Bugen, menurut Slamet Sutikno, event yang menghadirkan 4 penampil seni ini harus terus dilestarikan sebagai pengingat untuk generasi penerus mengingat ini adalah awal dari perjuangan lahirnya NKRI. 


"Kegiatan yang memang positif ini harus selalu kita dukung dan apresiasi, selain alasan yang disampaikan ketua panitia tadi ada historis yang tidak boleh dilupakan bahwa generasi hari ini ada lantaran buah perjuangan para leluhur kita semua." Tutur kepala dusun Bugen ini.


Kegiatan yang juga menampilkan 4 kesenian ini diapresiasi penuh oleh para pemuda, Yulian Wahyu Aji menuturkan pentingnya pemahaman tentang bagaimana memaknai sejarah dari para leluhur. 


"Sejalan dengan apa yang disampaikan pak kadus tadi, bahwa kegiatan semacam ini memang cocok untuk merefresh kembali historical value yang dimiliki oleh tiap-tiap wilayah, sementara penampilan kesenian yang malam nanti akan dipertontonkan dalam tajuk Saparan Fast 2022 juga merupakan karya terbaik anak bangsa yang mustinya mendaptkan apresiasi sebagai wujud rumongso melu handarbeni." Pungkas Sekretaris Karang Taruna Kabupaten Temanggung ini. (YWA)

Bagikan :

Tambahkan Komentar