Ilustrasi Orami

Oleh Afrokha Zulfa Renanda

Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung

 

Abstrak

Di Indonesia, penyandang tuna daksa di Indonesia menduduki jumlah terbanyak dibanding kecacatan yang lain. Penyandang tuna daksa biasanya memiliki self-eksteem yang rendah, self-eksteem berguna untuk kebahagiaan seseorang. Penyandang tuna daksa diharapkan untk lebih produktif dan tidak memiliki perasaan rendah diri.

 

Pendahuluan

Menurut Nugroho (2004), data WHO menyebutkan bahwa terdapat 3%-5% penduduk Indonesia yang menyandang cacat. Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1997 mengatakan bahwa penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, dan atau mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan saceara selanyaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan mental.

Penyandang tuna daksa di Indonesia menduduki jumlah terbanyak dibanding kecacatan yang lain. Para penderita tuna daksa biasanya bersikap apatis, malu, rendah diri sensitive bahkan egois (Carolina, 2006). Hal ini dikarenakan sulitnya mereka untuk melakukan aktivitas yang berdampak pada terganggunya psikologis.

Penderita tuna daksa biasanya mempunyai self-esteem yang rendah karena pada pendertita tuna daksa biasanya akan lebih senang dengan dunianya sendiri (Soetjiningsih,1995). Tanggapan masyarakat yang cenderung mengasihi dan menagnggap bahwa mereka kurang beruntung menyebabkan para penderita ini menjadi rendah diri yang menyebabkan adanya gangguan konsep diri.

 


 

Isi

Definisi Self-eksteem

Self-eksteem adalah perasaan atas keberhargaan yang kita miliki atas diri kita sendiri (Jacoby, 1996).

Self eksteem merupakan aspek evaluasi yang berhubungan dengan keseluruhan tilikan atas diri berharga atau tidak ((Baumeister, 1998).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa self-eksteem adalah keberhargaan yang kita miliki atas diri kita sendiri yang merupakan aspek evaluasi seluruh tilikan apaa diri kita berharga atau tidak.

 

Sumber Self-eksteem

Terdapat 4 sumber self-eksteem yaitu power (kekuatan) yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, significance yaitu harapan seseorang untuk dihargai oleh orang lain, virtue yaitu ketaatan terhadap standar dari moral yang ada di lingkungan, dan competence adalah kesuksesan kinerja terhaap tujuannya (Coopersmith, 1967 dalam Mruk, 2006). Adapun 2 komponen utama yang terpenting menurut Murk dalam self-eksteem yaitu kompetisi dan keberhargaan.

Branden (1999) menggunakan istilah self-efficancy dan self-respect dalam menyebutkan komponen self-eksteem. Self-afficancy adalah adalah kepercayaan seseorang untuk menghadapi kehidupan yang mendasar sdangkan self-respect adalah perasaan berharga dan berhak untuk memiliki kebahagiaan.

 

Dampak Self-eksteem

Seseorang yang memilki self-eksteem tinggi biasanya akan bahagia karena akan melihat dirinya apa adanya dan lebih positif. Sedangkan seseorang dengan self-eksteem rendah akan bersikap rendah diri bahkan depresi (Branden 1994).

 

Komponen Self-eksteem

Ada 3 komponen utama dalam self-eksteem yaitu performance self-eksteem atau kinerja yaitu perasaan seseorang atas kompetisinya, social self-eksteem atau bagaimana kepercayaan seseorang atas dirinya, dan physical self-eksteem yaitu bagaimana pandangan orang lain terhadap fisik mereka (Heatherton & wyland, 2003).

 


 

Program Pengembangan Self-eksteem

Frey & Carlock mengorganisasikan 4 tahap self-eksteem untuk mengembangkan self-eksteem dimana tahap-tahap tersebut sebenarnya adalah satu kesatuan.

Tahap pertama self-eksteem menurut Frey & Carlock adalah “identy phase”, individu mengenali dirinya. Selanjutnya, individu bisa mengembangkan dirinya dengan keterbatasan yang ada.

Tahap kedua, individu diharapkan fokus pada kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. Dalam tahap ini, fasilitator menawarkan umpan balik positif secara konsisten. Kedua, dengan menyaring informasi yang didapatkan dari informasi yang didapatkan.

Tahap ketiga, “nuturance phase”. Pada tahap ini, individu focus pada kekuatan daripada kelemahan yang ada pada dirinya. Tujuannya, untuk membantu peserta untuk mencapai kesadaran dan fokus pada kelebihan yang dimiliki pada dirinya.

Pada tahap keempat, individu diharapkan fokus dan mempertahankan self-eksteem yang dimiliki. Keempat tahap diatas berkesinambungan sehingga terapi hanya dilakukan pada tahap awal.

 

Penutup

Kesimpulan :

Self-eksteem adalah keberhargaan yang kita miliki atas diri kita sendiri yang merupakan aspek evaluasi seluruh tilikan apaa diri kita berharga atau tidak. Terdapat 4 sumber self-eksteem yaitu power (kekuatan), significance, virtue, dan competence. Adapun 2 komponen utama yang terpenting menurut Murk dalam self-eksteem yaitu kompetisi dan keberhargaan. Ada 3 komponen utama dalam self-eksteem yaitu performance self-eksteem, social self-eksteem, dan physical self-eksteem. 4 tahap self-eksteem yaitu identy phase, fokus pada kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, nuturance phase, dan fokus dan mempertahankan self-eksteem yang dimiliki.

 

Daftar pustaka

 

Branden, Nathaniel. 1994. Honoring The Self. Lost Angeles: Nash Publishig Corporation.

Branden, Nathaniel. 1999. The Six Pillars of Self-Eksteem. New York: Bantam Books.

Jacoby, Mario. 1996. Shame and The Origin of Self-Eksteem, A Jungian Approach. New York : Routledge.

Mruk, Christoper J. 2006. Self-Eksteem Research, Theory and Practice: Toward a Positive Psychology of Self-Esteem. New York: Springer Publising Company.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Bagikan :

Tambahkan Komentar