Oleh: Khoirin Masfufah

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Di masa lalu, istilah ini digunakan dalam industri olahraga.  Sehubungan dengan pemahaman ini, sehubungan dengan dunia pendidikan, ini menjadi "lingkaran bimbingan", yaitu lingkaran pendidikan di mana pendidik dan siswa terlibat. Kurikulum dalam bahasa Arab disebut dengan manhaj, yaitu jalan terang yang ditempuh manusia melalui berbagai bidang kehidupan. Jika konsep ini dikaitkan dengan pengajaran, manhaj atau rencana pendidikan menyiratkan jalan yang diambil oleh guru atau pendidik dengan orang-orang yang diajar untuk mengembangkan wawasan, keterampilan, dan mentalitas mereka.

Kurikulum merupakan sekumpulan rencana dalam proses persekolahan konvensional yang akan disampaikan dalam memahami dan mewujudkan tujuan instruktif yang ideal. Untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan zaman, maka kurikulum selalu sering di revisi. Oleh sebab itu, kurikulum harus selalu berkembang.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum adalah landasan bagi pendidik untuk membimbing peserta didiknya menuju tujuan pendidikan yang diinginkan dengan menghimpun berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan melainkan harus merujuk pada transformasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang harus ditata dalam kurikulum pendidikan Islam menjadi konsep manusia seutuhnya, baik sebagai khalifah maupun abd. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang disusun menurut rancangan yang metodis dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, definisi kurikulum di atas dianggap ketinggalan zaman mengingat kemajuan ilmiah dan kemajuan pendidikan.

Menurut Saylor dan Alexander, kurikulum tidak hanya mencakup sejumlah mata pelajaran tetapi juga segala upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk mencapai hasil yang diinginkan, baik upaya tersebut dilakukan di dalam lingkungan sekolah maupun di luarnya.

Berhubungan dengan perkembangan kurikulum, tugas pendidik dalam perkembangannya sangat bergantung pada perkembangan pengalaman yang akan dilakukan baik di tengah jalan maupun secara desentral, yang keduanya memerlukan penerapan dan peningkatan pekerjaan pendidik.  Pendidik memegang peranan penting baik dalam menyusun maupun melaksanakan rencana pendidikan. Dia bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kurikulum untuk kelasnya. Guru adalah penerjemah kurikulum yang masuk, meskipun dia tidak menemukan konsep untuk itu. Dialah yang memproses dan menyusun kembali kurikulum pusat untuk dipresentasikan di kelasnya. Guru selalu mengevaluasi dan menyempurnakan kurikulum karena dialah yang terdepan dalam pengembangan kurikulum. Sebagai pelaksana kurikulum, guru juga menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi siswanya.

Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab atas kemajuan siswanya. Dalam Islam individu yang paling perhatian adalah wali (ayah dan ibu) dari siswa. Orang tua ditakdirkan untuk menjadi orang tua dari anak-anaknya, dan mereka juga ditakdirkan untuk bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Tanggung jawab ini muncul dari alam karena kepentingan kedua orang tua, khususnya orang tua yang peduli terhadap perkembangan anaknya. Ada banyak istilah yang digunakan untuk menyebut guru dalam literatur pendidikan Islam, antara lain ustadz, muallim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan muaddib. Secara umum, semua istilah ini memiliki arti yang sama. Adapun fungsi dan karaktersitik guru adalah sebagai berikut:

A.  Ustadz adalah orang yang berkomitmen pada profesionalisme. Ia juga memiliki sikap berdedikasi, komitmen terhadap kualitas pekerjaan dan proses, serta sikap perbaikan terus-menerus.

B.  Muallim adalah seorang ahli dalam ilmu, mampu mengolahnya, dan mampu menjelaskan dimensi teoretis dan praktisnya.

C.   Murabby adalah orang yang mengajar dan mempersiapkan siswa untuk kreatif dan menjaga kreasi mereka tetap teratur dan mutakhir sehingga tidak merugikan diri sendiri, masyarakat, atau lingkungan.

D.   Mursyid adalah orang yang bisa menjadi panutan, pusat identifikasi diri, atau konsultan bagi murid-muridnya.

E.   Mudarris memiliki kepekaan intelektual dan informasional, terus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, serta berupaya mendidik murid-muridnya.

F.   Muaddib adalah sosok yang mampu mempersiapkan mahasiswa untuk bertanggung jawab dalam membangun kemajuan manusia yang berkualitas sejak saat ini.

Karena kurikulum tidak dapat diimplementasikan tanpa seorang guru, jelas bahwa seorang guru memainkan peran penting dalam penciptaannya. Harus ada fasilitator, mediator, dan penerima pesan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Kualitas dan profesionalitas seorang guru tentunya akan menentukan berhasil tidaknya suatu kurikulum. Pengembangan kurikulum dari segi pengelolaanya dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan sentral desentral, yaitu:

A. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi.

Sementara guru terlibat dalam kurikulum mikro, mereka tidak terlibat dalam desain dan evaluasi kurikulum makro.  Guru menyusun kurikulum makro dalam waktu satu tahun, atau satu semester.  Kurikulum makro disusun oleh tim khusus.  Kurikulum yang disusun secara sistematis dan terperinci akan memudahkan guru dalam mengimplementasikannya karena merupakan tanggung jawab guru untuk memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tahapan perkembangan anak peserta didik.

B.  Peranan guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi.

Program pendidikan terdesentralisasi disiapkan oleh sekolah tertentu atau pertemuan sekolah dalam suatu ruang.  Karakteristik, kebutuhan, perkembangan wilayah, dan kemampuan sekolah menjadi landasan pengembangan tersebut.  Akibatnya, ada berbagai macam konten dan kurikulum di semua sekolah.  Tugas pendidik lebih besar dari yang terlihat di tengah jalan, guru mengambil bagian, tidak hanya dalam kerangka program tahunan / semester / unit pertunjukan, tetapi dalam menyusun rencana pendidikan yang menyeluruh untuk sekolah mereka.  Dalam skenario ini, instruktur tidak hanya berfungsi sebagai pengguna tetapi juga sebagai perencana, pemikir, penyusun, pengembang, pelaksana, dan evaluator kurikulum.

C. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentral desentral

Peran yang dimainkan guru dalam penciptaan kurikulum terdesentralisasi terpusat Kombinasi dari dua bentuk desentralisasi sentral dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan kurikulum.  Peran guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar pada kurikulum yang dikelola secara terpusat dibandingkan dengan kurikulum yang dikelola secara desentralisasi yang juga memiliki keterbatasan.  Selain menerjemahkan kurikulum utama ke dalam program tahunan, semester, atau satuan pelajaran, guru juga berperan dalam pembuatan kurikulum sekolah secara keseluruhan.  Setiap aspek kurikulum juga dikembangkan dengan masukan dari guru.  Mereka merasa menjadi bagian dari kurikulum dan didorong untuk belajar lebih banyak tentang pengembangan kurikulum melalui kegiatan semacam itu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sertifikasi tenaga pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di atas.

 

Daftar Pustaka

Ali, Muhammad. 2007. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Daulay, Haidar Putra. 2005. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Kencana.

Djamarah, Syaiful. 2000. Prestasi Belajar Mengajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha

Nasional.

Syaodih, Nana. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar