TABAYUNA.com
- Empat perwakilan pengurus FPMI Pusat memantau praktik baik pembelajaran inklusif di MAN 2 Sleman pada Jum’at (06/10/2023). Selama ini, Praktik penerapan pembelajaran inklusif bagi sebagian pendidik dan tenaga kependidikan hanya ditemukan melalui berita di media masa maupun tulisan karya ilmiah. Jarang diantara mereka yang secara langsung menyaksikan proses pembelajaran yang menggabungkan antara siswa dfabel dan siswa non difabel dalam satu lingkungan madrasah.

Menurut ketua FPMI Pusat, Supriono saat ditemui reporter MAN 2 Sleman menyampaikan bahwa kedatangan FPMI ke MAN 2 Sleman ini dalam rangka silaturahmi sekaligus melihat secara langsung bagaimana penerapan pembelajaran inklusif di madrasah. “selama ini kita melihat praktik penerapan pembelajaran inklusif pada acara yang bersifat formal yang tentunya sudah didesain oleh panitia atau penyelenggara. Disana kita hanya melihat praktik yang baik-baik saja. Jadi kita tidak bisa menggali praktik yang riil dan sekaligus mengevaluasi kekurangannya. Kalau Sidak seperti ini kita dapat menemukan suasana belajar yang natural seperti yang kita jumpai pagi ini di sini interaksi yang alami antara siswa difabel dengan siswa non difabel, siswa difabel dengan guru benar-benar menginspirasi bagi kami. Harapan kami praktik baik semacam ini nantinya dapat kita tularkan pada madrasah-madrasah yang lain. tuturnya”.

Guru Akuntansi sekaligus Guru Pendamping Khusus, Suratini, S.Pd menjelaskan bahwa sebagai guru dari peserta didik berkebutuhan khusus memiliki tantangan untuk berinovasi dalam memberikan akses pembelajaran.

PDBK pada hambatan netra kelas XII pada mata pelajaran ekonomi akuntansi akan lebih akses apabila memiliki kemampuan mengoperasikan excel. Tantangannya bagaiman siswa bisa IT. Melalui layanan kompensatoris IT difabel MAN 2 Sleman memberikan bekal agar PDBK memiliki kemampuan IT seperti mengoperasikan word, excel, ppt, dll.

Adapun guru mapel Bahasa Indonesia, Dwi Wahyuni, M.Pd menyampaikan bahwa teknologi benar-benar menjadi nyawa belajar anak difabel netra di madrasah ini. “selama ini kami menerapkan kurikulum akomodatif yang tidak membedakan siswa berkebutuhan khusus dengan siswa normal lainnya, misalnya kalau materi yang berbentuk word itu kurang akses untuk siswa kami yang berkebutuhan khusus, maka sebagai guru kami akan mengubah materi tersebut dalam bentuk PDF yang dapat diakses oleh handpone siswa kami yang berkebutuhan khusus. Selain itu siswa kami yang non difabel juga dengan penuh mensuport teman-temannya yang berkebutuhan khusus, misalnya dengan memoto materi yang ada di buku  kemudian mengirimkannya ke handpone temannya yang berkebutuhan khusus lalu secara mandiri mereka mengubah foto tersebut menjadi tulisan yang dapat diakses handpone mereka  jelasnyanya. ”Perwakilan dari FPMI mendekati salah satu siswa difabel yang sedang mengikuti ulangan harian dengaan soal berupa Google Form, rasa penasaran mendorong untuk meminjam salah satu kabel headset untuk  mendengarkan suara HP yang sudah terinstal aplikasi screenreader, dan terdengar soal telah berubah menjadi suara yang bisa diakses oleh siswa difabel. Demikian juga matapelajaran lainnya, guru mata pelajaran matematika membuatkan kerangka bangun, guru mata pelajaran  olah raga membuatkan peta timbul lapangan sepak bola dst.

Diakhir kunjungan rombongan melakukan kunjungan untuk mengetahui sarana prasarana yang dimiliki dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusif mulai dari ruang ULD,  guidingblok, ram, kamar mandi khusus, papan nama braille pada setiap ruangan dll.

Apresiasi diberikan oleh pengurus FPMI Pusat bahwa MAN 2 Sleman madrasah inspirasi bagi madrasah inklusi lainnya

Bagikan :

Tambahkan Komentar