Oleh Dania Rizky Mafaza

Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung

Bagi anak, berteman merupakan salah satu cara untuk bersosialisasi. Dengan berteman anak dapat bertukar cerita, bahkan saling berbagi ilmu. Banyak diantara para ibu yang mempercayakan mereka para anak untuk bebas bermain dengan teman siapapun, sehingga anak akan dengan sendirinya memilah mereka yang akan dijadikan sebagai teman. Namun tidak sedikit anak yang malah menjadikan teman sebagai ajang percobaan mental. Dengan kata lain anak tersebut menjadikan anak lain sebagai manusia yang tertindas seperti diperbudak/disusruh-suruh, dan bahkan sampai di olok-olok dan juga dicaci maki.

 Nah hal tersebut bisa terjadi apabila para orangtua tidak mengontrol siapa saja yang menjadi teman anaknya, bisa juga karena orangtua terlalu acuh dan juga terlalu percaya pada anak. Perlakuan anak yang seperti itu terjadi mulai anak usia sekolah dasar hingga menengah atas banyak kita jumpai. Nah tidak menutup kemungkinan perlakuan seperti itu dikarenakan anak merasa bahwa dirumah dia tidak diperhatikan, bisa jadi dia merasa bahwa dia akan selalu dipercaya oleh orang tuanya sehingga apa yang akan dia lakukan tidak akan mempengaruhi kepercayaan orangtuanya. Hal tersebut tentunya malah akan berdampak besar terhadap anak yang di tindas/ dibuli.

Kasus-kasus pembulian yang ada di Indonesia sangatlah banyak bahkan itu terjadi dilingkungan sekolah. Sebenarnya kasus pembulian ini bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja dengan circle pertemanan yang menurut para orangtua adalah circle yang sehat.  Kegiatan buli ini bisa terjadi antara teman dengan teman atau bahkan antara beberapa teman dengan satu teman. Dan tentunya perlakuan seperti itu akan mengakibatkan sesuatu yang membekas dalah diri anak yang tertindas/ terbuli. Ada beberapa jenis penindasan diantaranya yaitu penindasan secara kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non verbal langsung, dan juga pelecehan seksual. Dampak yang terjadi dikarenakan perilaku buli ini diantaranya adanya luka pada tubuh korban dikarenakan terjadi penganiayaan, perasaan rendah diri yang muncul pada diri korban, dan yang paling parahnya lagi yaitu kesehatan mental yang terganggu seperti strees /depresi bahkan sampai bunuh diri.

Kesehatan Mental

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin atau perasaan kita tenang dan tentram sehingga ita bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan nyaman untuk kita nikmati. Dengan kesehatan mental yang baik kita dapat menghargai orang lain, tidak hanya itu kita juga bisa menggali dan memanfaatkan potensi diri kita secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup yang akan datang. Dengan mental yang sehat kita juga bisa menjalin hubungan positif dengan teman. Lain halnya dengan anak yang mentalnya terganggu, mereka tidak akan bisa atau sulit untuk berfikir postif dan bersosialisasi dengan baik. Mereka cenderung memendam apa yang ada dalam pikirannya dan tertutup. Mereka juga memiliki pemikiran yang negatif pada setiap hal terutama mengenai lingkungannya. Mereka cenderung hanya percaya pada diri mereka sendiri. Mental yang terganggu akan merusak hubungan interaksi dengan orang lain. Dengan keadaan mental terganggu ini juga tentunya dapat menggangu prestasi akademik yang pastinya akan menjadi turun.

Anak korban penindasan/buli akan mungkin juga mengalami hal-hal seperti itu. Macam-macam gangguan mental yang bisa terjadi yaitu stres, seseorang yang mengalami gangguan stres ini biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Orang yang mengalami stres biasanya berperilaku menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain. Gangguan mental yang kedua yaitu gangguan kecemasan yang berlebihan. Orang-orang pada umumnya juga mempunyai kecemasan akan tetapi hanya terjadipada hal tertentu saja seperti contoh cemas ketika akan menghadapi perlombaan dan mengikuti ujian. Namun tidak dengan orang yang mengalami gangguan kecemasan berlebih ini, mereka akan merasa cemas pada setiap saat sehinga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Penderita ini juga akan sering marah, tidak percaya diri, stres, dan menyendiri. Gangguan mental yang ketiga yaitu sampai pada titik depresi. Gangguan ini menyebabkan penderita mengalami perasaan sedih setiap hari. Depresi bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Selain mempengaruhi perasaan, penderita ini juga akan berpengaruh pada pola berfikirnya, hingga pada suatu titik penderita ini tidak menemukan titik terang dalam pemikirannya maka penderita ini akan bunuh diri. Itulah kemungkinan yang akan terjadi.

Nah mulai sekarang marilah kita menjaga kesehatan mental kita dan orang-orang sekitar kita. Dengan cara selalu berfikir positif terhadap apaun. Selalu berinteraksi sosial dengan orang yang menurut kita bisa memunculkan perasaan positif pada kita. Dan selalu berfikir rasional.

Circle Yang Sehat

Pertemanan yang sehat adalah sebuah hubungan yang dilandasi dengan rasa saling menghargai. Dengan menghargai maka akan memunculkan sikap menghormati, disamping itu rasa kejujuran dan rasa percaya akan muncul dengan sendirinya. Dengan pertemanan yang sehat ini juga memiliki manfaat yang besar diantaranya teman merupakan sarana interaksi dengan orang lain, sebagai kebutuhan dasar seorang manusia yaitu berkomunikasi. Nah pertemanan yang sehat juga memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu merasa aman, merasa nyaman, salling mendukung, tidak posesif, privasi masih terjaga, itu beberapa ciri-ciri pertemanan yang sehat.

Lalu bagaimana kita membuat lingkungan pertemanan kita menjadi sehat ?dan bagaimana cara kita menjaga kesehatan mental kita dan juga lingkungan kita ?

Lingkungan pertemanan yang sehat dibentuk dengan kita memilah teman yang kita anggap aman untuk kita, yang kita nyaman jika bersama dengannya, tidak saling menghakimi dan yang saling mendukung. Disamping itu kita juga haru selalu berfikir positif terhadap orang lain, menjauhi orang yang memberikan dampak negatif bagi kita, dan jangan lupa selalu libatkan orang tua dalam pemilihan teman. Setidaknya kita harus terbuka kepada orangtua.

Bagikan :

Tambahkan Komentar