Oleh Hamidulloh Ibda*

Mau menulis artikel ilmiah saja sudah baik, daripada tidak mau mentradisikan budaya literasi. Ya, demikian simpulan saya ketika diskusi dengan rekan dosen. Namun, sebarnya bukan sekadar soal mau atau tidak, tapi ketika sudah menulis artikel di jurnal Scopus tentu yang namanya manusia tidak bisa terhindar dari dosa. Saya pun terpaksa menulis judul ini agar jelas, dengan tujuan agar semua dosen yang membaca tulisan saya tidak terjebak pada dosa-dosa intelektual.

 

Penulisan artikel jurnal yang terindeks di Scopus merupakan prestasi yang diidamkan oleh banyak peneliti. Namun, dalam upaya mencapai tujuan ini, beberapa penulis mungkin tergoda untuk melanggar etika dan integritas penelitian ilmiah. Idealnya, penulisan artikel jurnal terindeks Scopus merupakan bagian penting dari aktivitas ilmiah. Sebagai peneliti atau akademisi, publikasi artikel dalam jurnal yang terindeks Scopus merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dan dampak karya ilmiah. Namun, seperti halnya dalam segala bidang, penulisan artikel jurnal juga dapat diwarnai dengan sejumlah dosa yang dapat mengurangi kualitas dan integritas ilmiahnya.

 

Dosa-dosa

Dengan demikian, penting untuk mengidentifikasi dan menghindari dosa-dosa yang mungkin dilakukan oleh penulis artikel jurnal Scopus. Dari hasil kajian, bacaan, dan pengalaman penulis, terdapat dosa-dosa intelektual yang sering dilakukan oleh penulis artikel jurnal yang terindeks Scopus. Pertama, plagiasi, jiplak-menjiplak, salin tempet, atau copy paste. Plagiarisme merupakan dosa yang paling sering dilakukan dalam penulisan artikel jurnal. Ini terjadi ketika penulis menggunakan ide, kata-kata, atau karya orang lain tanpa memberikan atribusi yang sesuai. Plagiarisme tidak hanya merugikan integritas penulis, tetapi juga merugikan kepercayaan pembaca dan komunitas ilmiah secara keseluruhan. Penulis harus selalu mengutip sumber dengan benar dan memberikan kredit kepada peneliti atau penulis yang telah berkontribusi pada ide atau temuan yang digunakan dalam artikel mereka.

 

Kedua, fabrikasi dan falsifikasi. Intinya memabrik data seolah temuannya, dan memalsukan data. Manipulasi atau pemalsuan data adalah dosa serius dalam penulisan artikel jurnal. Ini mencakup mengubah, mengedit, atau membuat data palsu untuk mendukung hipotesis atau kesimpulan tertentu. Praktik ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga melanggar prinsip-prinsip dasar penelitian ilmiah. Penulis harus selalu memastikan bahwa data yang disajikan dalam artikel mereka adalah akurat dan tidak dimanipulasi dengan cara apa pun.

 

Ketiga, duplikasi temuan, data, dan informasi dalam artikel. Praktik duplikasi temuan, data, dan informasi dalam artikel yang terindeks Scopus merupakan salah satu bentuk pelanggaran etika penelitian dan publikasi ilmiah yang serius. Duplikasi semacam itu dapat merugikan integritas ilmiah, membingungkan pembaca, dan merusak kepercayaan pada proses penelitian.

 

Keempat, publikasi ganda atau redundan. Publikasi ganda terjadi ketika penulis memublikasikan artikel yang sama atau serupa dalam jurnal yang berbeda tanpa memberikan informasi yang jelas tentang keterkaitan antara artikel tersebut. Hal ini dapat menyesatkan pembaca dan mengarah pada duplikasi publikasi yang tidak perlu. Penulis harus selalu menjaga transparansi dan mengungkapkan secara jelas jika ada tumpang tindih antara artikel yang mereka publikasikan.

 

Kelima, ketidakjelasan atau ambiguitas penulisan. Ketidakjelasan atau ambiguitas dalam penulisan dapat membuat pembaca kesulitan memahami pesan atau temuan yang disampaikan dalam artikel. Hal ini dapat mencakup penggunaan frasa yang tidak jelas, definisi yang kabur, atau penyajian data yang tidak lengkap. Penulis harus memastikan bahwa tulisan mereka mudah dipahami oleh pembaca dan menyajikan informasi dengan jelas dan akurat.

 

Keenam, penyalahgunaan citra atau grafik. Penyalahgunaan citra atau grafik sering kali terjadi dalam upaya untuk memperkuat atau memperindah presentasi data. Ini dapat mencakup pengeditan yang tidak jujur ​​atau manipulasi citra untuk menyajikan hasil yang lebih menarik atau menonjol. Penulis harus menggunakan citra dan grafik dengan jujur ​​dan hanya menyajikan data yang sesuai dengan temuan mereka.

 

Ketujuh, ketidakpatuhan pada pedoman etika penulisan. Setiap jurnal memiliki pedoman etika penulisan yang harus dipatuhi oleh penulis yang mengirimkan artikel. Ini mencakup hal-hal seperti pengutipan sumber, perlindungan privasi subjek penelitian, dan pengungkapan konflik kepentingan. Penulis harus selalu mematuhi pedoman yang ditetapkan oleh jurnal yang mereka tuju dan memastikan bahwa artikel mereka memenuhi standar etika yang berlaku.

 

Kedelapan, waste of resources. Penulis di sini melakukan penelitian yang sama dan memublikasikan temuan yang sama dalam beberapa artikel adalah pemborosan sumber daya ilmiah yang berharga. Hal ini dapat menghambat kemajuan pengetahuan dan menghambat perkembangan bidang tersebut.

 

Kesembilan, dengan sengaja menjadi “joki Scopus” dan bahkan menjadi profesi. Kegiatan ini menurut penulis sangat jauh dari integritas keilmuan. Meski kaya, misalnya lo ya, ini juga saya yakin tidak berkah.

 

Penulisan artikel jurnal yang berkualitas adalah hasil dari upaya yang jujur, teliti, dan etis. Para penulis harus berkomitmen untuk menghindari dosa-dosa yang telah disebutkan di atas dan berusaha untuk mematuhi prinsip-prinsip integritas ilmiah dalam setiap langkah penelitian dan penulisan mereka. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa publikasi ilmiah tetap menjadi landasan yang kuat bagi kemajuan pengetahuan dan inovasi dalam masyarakat. Begitu!

 

*Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., penulis lahir di Pati, 17 Juni. Saat ini menjadi dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah 2018-2023, Kabid Media, Hukum, dan Humas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah 2020-sekarang, pengurus Lembaga Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) PCNU Kabupaten Temanggung 2019-2024, aktif menjadi reviewer 18 jurnal internasional terindeks Scopus, reviewer 9 jurnal internasional, editor dan reviewer 25 jurnal nasional.

Bagikan :

Tambahkan Komentar