Oleh : Deby Arum Sari

Di era digital yang serba cepat ini, viral telah menjadi semacam mata uang baru dalam meraih popularitas. Banyak orang berlomba-lomba membuat konten yang menarik perhatian publik, mengejar likes, views, dan followers seolah-olah itu menjadi ukuran nilai diri seseorang. Sayangnya, demi mengejar hal tersebut, tidak sedikit yang rela menyingkirkan etika, norma, bahkan akal sehat. Yang penting kontennya naik dan namanya dikenal banyak orang.


Fenomena ini dapat kita lihat dalam berbagai bentuk. Ada yang berpura-pura kaya lalu membagikan uang di jalanan, menangis di depan kamera untuk meraih simpati, atau membuat prank ekstrem yang bisa membahayakan orang lain. Di tengah dominasi algoritma dan budaya instan, batas antara kreativitas dan manipulasi semakin kabur. Banyak yang lupa bahwa menjadi viral bukan berarti bebas mempermainkan empati atau merendahkan martabat orang lain.


Tujuan utama dari semua ini tidak lagi sekadar mengekspresikan diri. Kini yang dicari adalah eksistensi. Ketika satu video bisa mengubah nasib seseorang dalam semalam, godaan untuk melakukan apa saja terasa sangat besar. Media sosial pun turut memperkuatnya. Algoritma cenderung mengangkat konten sensasional walaupun sering kali tidak bermutu. Ironisnya, justru konten edukatif atau bermakna sering tenggelam di tengah lautan sensasi.


Hal ini patut menjadi refleksi bersama. Nilai apa yang sebenarnya sedang kita tanamkan dalam masyarakat. Jika anak-anak muda tumbuh dengan anggapan bahwa kesuksesan bisa diraih lewat kontroversi dan drama murahan, maka kita sedang menciptakan generasi yang dangkal secara moral dan pemikiran. Alih-alih membangun prestasi yang nyata, kita malah sibuk membentuk citra semu.


Ingin dikenal memang bukan sesuatu yang keliru. Namun masih ada cara yang lebih terhormat untuk mendapat pengakuan. Kita bisa berkarya, menyampaikan ide yang berdampak, dan memberi kontribusi positif kepada masyarakat. Dunia digital seharusnya menjadi tempat untuk tumbuh, bukan sekadar panggung sandiwara. Konten tetap bisa menarik tanpa harus mengorbankan integritas.


Menjadi viral memang bisa membuat seseorang terkenal dalam waktu singkat. Namun untuk menjadi pribadi yang benar-benar bermakna dan dihormati dibutuhkan proses dan kesungguhan. Popularitas yang tidak disertai dengan substansi hanya akan menyisakan kehampaan. Maka sebelum membuat atau menyebarkan sesuatu demi viral, tanyakan pada diri sendiri. Apakah ini pantas. Apakah ini sesuai dengan nilai yang saya yakini.


Sebab pada akhirnya, yang benar tidak selalu viral dan yang viral belum tentu benar.

Bagikan :

Tambahkan Komentar