![]() |
Sumber gambar (lim corporation) |
Oleh Miftakhur Rosidah
Buah ranti, atau yang lebih dikenal di beberapa daerah sebagai leunca,adalah salah satu tanaman khas Nusantara yang meskipun kecil dan sederhana, memiliki tempat istimewa dalam budaya kuliner dan pengobatan tradisional masyarakat. Ranti termasuk dalam keluarga Solanaceae, satu famili dengan terung, tomat, dan kentang. Tanaman ini sering dijumpai tumbuh liar, namun khasiat dan kehadirannya dalam berbagai hidangan membuatnya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Secara bentuk, buah ranti berbentuk bulat kecil dengan diameter sekitar setengah hingga satu sentimeter. Buah ini tumbuh bergerombol di ujung tangkai tanaman yang bercabang. Ketika muda, buahnya berwarna hijau mengilap dan akan berubah menjadi ungu kehitaman saat sudah matang. Warna gelap dan ukuran mininya memberikan kesan lucu, membuatnya mudah dikenali bagi yang pernah melihatnya.
Selain enak diolah, buah ranti juga menyimpan sejumlah manfaat kesehatan. Ranti diketahui mengandung antioksidan alami, vitamin C, serta senyawa solanin dalam kadar rendah yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menurunkan peradangan. Dalam pengobatan tradisional, daun dan buahnya sering digunakan untuk meredakan demam, batuk, dan gangguan pencernaan. Namun, konsumsi berlebihan tidak disarankan karena kandungan alkaloidnya bisa menjadi toksik jika tidak diolah dengan baik.
Tanaman ranti sangat mudah ditemukan di Indonesia, terutama di lahan terbuka seperti pekarangan rumah, kebun, ladang, atau bahkan pinggir jalan. Ia tumbuh liar tanpa perawatan khusus, namun tetap mampu menghasilkan buah dalam jumlah cukup banyak. Ketangguhannya beradaptasi di berbagai jenis tanah menjadikan ranti sebagai tanaman yang tidak rewel namun tetap bermanfaat.
Keunikan ranti bukan hanya pada rasanya, tetapi juga pada fleksibilitasnya dalam masakan dan budidaya. Ia tidak membutuhkan banyak air atau perawatan rumit, dan bahkan bisa tumbuh dari biji yang tersebar oleh angin atau burung. Selain itu, ranti termasuk tanaman yang cepat panendalam waktu sekitar 2 bulan setelah tanam, buah sudah bisa dipetik. Ini menjadikannya sumber sayur yang ekonomis bagi masyarakat pedesaan.
Buah ranti memiliki nilai tersendiri, terutama di daerah Jawa Barat. Ranti sering muncul dalam hidangan tradisional dan menjadi bagian dari identitas kuliner lokal. Hidangan seperti oseng leunca, sambal leunca, atau pecel leunca sering disajikan dalam acara keluarga atau kenduri sebagai simbol kesederhanaan dan kedekatan dengan alam.
Sayangnya, meskipun memiliki banyak manfaat dan mudah ditemukan, buah ranti belum banyak dilirik untuk dikembangkan dalam skala industri. Kurangnya promosi dan riset mendalam membuat ranti lebih dikenal sebagai sayuran kampung daripada komoditas unggulan. Padahal, jika diolah dan dikemas dengan baik, ranti bisa menjadi produk kuliner sehat yang bernilai jual tinggi di pasar modern.
Secara keseluruhan, buah ranti adalah salah satu bukti bahwa kekayaan alam Indonesia tidak selalu datang dari tanaman yang besar dan mencolok. Ranti menunjukkan bahwa sesuatu yang kecil, sederhana, dan tumbuh di pinggir jalan sekalipun bisa memiliki rasa, manfaat, dan keunikan yang luar biasa. Ia bukan sekadar buah liar, tapi bagian dari warisan pangan lokal yang patut dilestarikan dan dibanggakan.
Tambahkan Komentar