Wonosobo, TABAYUNA.com - Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif (PORSEMA) XIII Tahun 2025 berbeda dengan sebelumnya. Sebab, penyelenggaraannya menerapkan pendekatan inklusif. Hal itu diungkapkan Ketua LP Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah, Fakhruddin Karmani, M.S.I., dalam pembukaan Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif (PORSEMA) XIII Tahun 2025 Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) PWNU Jawa Tengah pada Rabu malam (10/9/2025) di Gedung Sasana Adipura Kencana Kabupaten Wonosobo.
"Dalam Porsema XIII ini kami menerapkan pendidikan inklusif karena
di dalam rangkaian lomba ada festival peserta didik berkebutuhan khusus,"
kata Fakhruddin.
Sesuai arahan Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, kata Fakhruddin, tidak ada
boleh ada anak yang tertinggal satupun di dalam kelas.
Terkait fasilitasi, Fakhruddin mengatakan bahwa di LP. Ma'arif NU PWNU
Jateng sudah ada madrasah dan sekolah yang didampingi dalam pelaksanaan
pendidikan inklusif. "Rata-rata tiap satuan pendidikan memiliki sepuluh,
dua puluh, bahkan tiga puluh PDBK. Yang kita bangun sekarang adalah membangun
mindset pendidikan inklusif, sembari memfasilitasi afirmasi dan bantuan ruang
sumber. Yang utama sebenarnya adalah ruang sumber, di mana ini menjadi ruang
utama bagi PDBK, sarana prasaranya, akses jalan, toilet, dan lainnya yang
mengakomodasi pendidikan inklusif ramah anak. Kemudian juga media pembelajaran
untuk anak-anak tuna rungu, autis, dan lainnya sedang diupayakan terus untuk terus
diperbaiki," kata dia.
Pihaknya juga menyampaikan untuk mendukung visi itu menggandeng
sejumlah pihak dari unsur Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
psikolog, untuk mendampingi layanan PDBK dengan melibatkan pula akademisi dari
UNWAHAS, UNISSULA, untuk memastikan layanan pendidikan inklusif sudah
maksimal," lanjut dia.
Di Jawa Tengah, kata Fakhruddin, sudah ada 36 madrasah yang dibentuk,
mendaklarasikan diri sebagai lembaga pendidikan inklusif dan resmi mendapatkan
Surat Keputusan oleh Kementerian Agama RI.
"Kita juga punya tiga Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menjadi pusat
layanan anak disabilitas. "Ada SLB Ma'arif Cilongok, SLB Ma'arif Muntilan,
dan SLB Ma'arif Suruh yang menjadi ruang sumber, ruang belajar bagi
madrasah-madrasah atau sekolah yang ingin mengembangkan pendidikan
inklusif," kata dia.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar
Rozin (Gus Rozin), mengatakan bahwa prinsip yang diterapkan adalah no one left behind.
“Kita memegang teguh prinsip no one left behind, berarti tidak
ada yang tertinggal,” katanya.
“Kita (PWNU Jateng), di Jawa Tengah mempunyai konsen dan perhatian pada
ABK. Di dalam Porsema ini, ABK juga difasilitasi melalui Festival PDBK,” lanjutnya.
Terkait PDBK, telah mendapatkan penghargaan dari pemerintah daerah,
PWNU Jawa Tengah, dan dari LP. Ma’arif NU PWNU Jateng sendiri. “Melihat Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK),
menangani mereka adalah panggilan kemanusiaan. Prinsipnya no one left behind
di dalam pendidikan, dan no one left behind di dalam kompetisi-kompetisi
yang sifatnya multiskills. Jadi PDBK itu selalu mendapatkan tempat dan
penghargaan di LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah. Banyak peran dan kiprah LP. Ma’arif
NU PWNU Jateng dalam pendidikan. Sudah banyak pelatihan digelar, memang belum
seratus persen. Namun, pendampingan untuk menyuntikkan kesadaran terhadap PDBK
sudah banyak dilakukan,” lanjut dia.
“Harapannya dari Porsema I, dan Porsema ke, kita bisa meningkatkan
kualitas lomba. Misalnya lomba catur, dulu peringkat berapa, maka di Porsema
XIII ini harus meningkat lagi dari Porsema I sampai ke Porsema XII. Outpunya,
kita berharap kader-kader NU yang terbaik bisa naik ke level yang lebih tinggi.
Syukur-syukur bisa naik ke level nasional di Porsemanas,” katanya.
“Yang penting lagi bagi guru itu adalah agar tidak salah mendiagnosis.
Kadang-kadang dianggap autis, atau apa, itu harus melewati tahapan-tahapan
sendiri,” lanjut dia.
Kegiatan ini berlangsung pada Rabu 10 September 2025 – Sabtu 13
September 2025 di Kabupaten Wonosobo dengan tema “Kolaborasi membangun generasi
yang sehat, hebat dan prestasi dahsyat untuk Nusantara yang kuat.”
Dikatakan Fakhruddin, bahwa PORSEMA merupakan ajang rutin yang digelar
untuk memperkuat mutu pendidikan sekaligus menjadi wadah pengembangan minat,
bakat, dan potensi pelajar di bawah naungan Ma’arif NU. Tahun ini, PORSEMA XIII
diikuti 5.577 peserta, 1.794 official, serta lebih dari 4.000 partisipan.
Fakhruddin menegaskan PORSEMA bukan sekadar ajang kompetisi. “PORSEMA
adalah media pembinaan karakter generasi muda NU. Melalui kegiatan ini, kami
ingin melahirkan pelajar yang sehat jasmani, kuat rohani, berprestasi, serta
berkarakter Aswaja An-Nahdliyah. PORSEMA juga menjadi sarana silaturahmi,
kolaborasi, sekaligus upaya membangun budaya sportivitas,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, hadir Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI Prof. Dr. Suyitno, M.Ag., Ketua LP Ma'arif NU PBNU Prof.
Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T., Kepala Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Jawa Tengah, H. Saiful Mujab,
Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah KH. Ubaidullah Shodaqoh, Ketua Tanfidziyah
PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin), Bupati Wonosobo H. Afif Nur
Hidayat, S. Ag., Wakil Bupati Wonosobo Amir Husein., seluruh Ketua LP. Ma’arif
NU PCNU Kab/Kota se Jawa Tengah, dan sejumlah pejabat lain akan menghadiri
kegiatan pembukaan Porsema XIII di Kabupaten Wonosobo.
PORSEMA XIII menghadirkan maskot “Si Dombos”, ikon khas Wonosobo yang
melambangkan semangat, ketangguhan, dan kehangatan. Maskot ini menjadi
representasi persahabatan dan kebersamaan antarpelajar NU. Sementara logo
PORSEMA XIII menggambarkan energi kolaborasi, sportivitas, dan prestasi yang
membara.
Dilaporkan Fakhruddin, bahwa Porsema XIII menghadirkan 29 cabang lomba,
terdiri atas 11 cabang olahraga dan 18 cabang seni dengan jumlah 29 cabang
lomba. Cabang Olahraga Porsema XIII terdiri atas catur, Lari Jauh, Lari Sprint,
Tenis Meja Beregu, Bulutangkis, Bola Voli, Futsal, Sepak Takraw, Senam
Nahdlatul Ulama (SNU), Lompat Jauh, Basket. Sedangkan Cabang Seni terdiri atas
Pencak Silat NU Pagar Nusa Seni Wiraloka, Debat Bahasa Inggris, Debat Bahasa
Arab, Kaligrafi, Desain Poster Digital, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Puisi
Religi, Qasidah Religi, Pidato Bahasa Inggris, Pidato Bahasa Arab, Pidato
Bahasa Indonesia, Pidato Bahasa Jawa, Pidato Empat Bahasa, Film Dokumenter NU,
Penulisan Biografi Kiai Lokal, Rebana, Video (Vlog) Reportase Kegiatan, Festival
Talenta PDBK.
Dengan ragam cabang lomba tersebut, PORSEMA XIII bukan hanya panggung
kompetisi olahraga, melainkan juga ruang untuk menghidupkan seni, budaya,
literasi, serta kreativitas pelajar NU.
Kegiatan PORSEMA XIII tersebar di 24 venue utama di Kabupaten Wonosobo.
Beberapa lokasi strategis telah disiapkan panitia. Pertama, MAN 2 Wonosobo:
Catur (semua jenjang), Bola Voli Putri, dan cabang seni tertentu. Kedua,
Stadion Kalianget: Lari Jauh, Lari Sprint, Lompat Jauh.
Ketiga, GOR Tobong Kertek & GOR Sanera Ketinggring: Bulutangkis.
Keempat, GOR Watu Gong & Gedung Golkar: Sepak Takraw. Kelima, Lapangan
Futsal Kejiwan, Bhayangkara, dan Andongsili: Futsal. Keenam, Pendopo Kabupaten:
Rebana. Ketujuh, Alun-Alun Wonosobo: Qasidah Religi dan panggung hiburan.
Kedelapan, UNSIQ Wonosobo: Berbagai cabang seni (Debat, MTQ, Kaligrafi, Poster,
Biografi Kiai, Vlog, Festival PDBK, Pencak Silat, Puisi Religi, Pidato 4
Bahasa, dan lain-lain).
Sejumlah agenda kegiatan telah disiapkan panitia. Pertama, Rabu, 10
September 2025: Registrasi, rapat koordinasi pimpinan kontingen, dan Opening
Ceremony di Hall Sasana Adipura Kencana. Kedua, Kamis–Jumat, 11–12 September
2025: Pelaksanaan seluruh lomba olahraga dan seni di venue masing-masing.
Ketiga, Sabtu, 13 September 2025: Penutupan di Pendopo Kabupaten Wonosobo,
pengumuman juara umum, penyerahan medali, dan sayonara.
Selain lomba, panitia juga menyiapkan panggung hiburan di Alun-Alun
Wonosobo yang menampilkan kreasi seni budaya pelajar NU dan menjadi pusat
keramaian masyarakat.
PORSEMA XIII tidak hanya sekadar ajang lomba, melainkan juga momentum
silaturahmi, ukhuwah Islamiyah, dan penguatan karakter. Dengan melibatkan 5.577
peserta, 1.794 official, serta lebih dari 4.000 partisipan dari 4.241 lembaga
Ma’arif NU se-Jawa Tengah, kegiatan ini menjadi bukti nyata kontribusi LP
Ma’arif NU dalam membangun peradaban pendidikan berbasis Aswaja. (Ibda).
Tambahkan Komentar