Oleh: Faizal adyanto
Di banyak sudut warung kopi, pos ronda, bahkan ruang kerja, merokok sering kali diasosiasikan sebagai bagian dari gaya hidup laki-laki. Tak sedikit pria yang merasa bahwa sebatang rokok dapat menjadi "teman setia" dalam menghadapi tekanan, mencari ide, atau sekadar menenangkan pikiran. Sebagian dari mereka bahkan percaya bahwa merokok bisa meningkatkan semangat, seolah menjadi pemantik motivasi dan konsentrasi.
Secara psikologis, perasaan semangat yang muncul setelah merokok sebenarnya berkaitan dengan kandungan nikotin dalam tembakau. Nikotin bersifat stimulan ringan yang dapat memberikan efek sementara berupa peningkatan kewaspadaan, rasa tenang, atau fokus. Karena itu, beberapa laki-laki menganggap bahwa merokok membantu mereka lebih bersemangat dalam bekerja, berpikir, atau menghadapi beban sehari-hari.
Namun, penting untuk dipahami bahwa efek “semangat” ini bersifat semu dan sesaat. Dalam jangka panjang, ketergantungan terhadap rokok justru dapat menurunkan performa fisik, mengganggu kesehatan paru-paru, dan meningkatkan risiko penyakit serius. Selain itu, ketergantungan terhadap nikotin bisa memicu stres baru ketika tubuh mulai kekurangan asupan.
Dari sisi budaya dan sosial, di beberapa lingkungan, merokok memang masih dianggap sebagai simbol maskulinitas, kedewasaan, atau bahkan kekompakan sesama pria. Dalam ruang-ruang informal, obrolan sambil merokok seolah mempererat hubungan sosial. Sayangnya, citra ini sering menutupi kenyataan pahit tentang bahaya kesehatan yang mengintai.
Meningkatkan semangat sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang lebih sehat—seperti berolahraga, minum kopi atau teh, bermeditasi, atau mendengarkan musik. Semua itu bisa memberi efek relaksasi atau energi positif tanpa merusak tubuh.
Jadi, jika ada anggapan bahwa merokok bisa meningkatkan semangat laki-laki, itu lebih merupakan persepsi yang terbentuk dari kebiasaan dan budaya, bukan kebutuhan biologis. Sebatang rokok mungkin bisa menenangkan pikiran sejenak, tapi bukan jawaban jangka panjang untuk semangat sejati. Semangat yang tulus lahir dari pikiran yang sehat, tubuh yang bugar, dan niat yang kuat—bukan dari asap yang memudar di udara.
Tambahkan Komentar