Ponpes Futuhiyah Mranggen, Demak.
Demak, TABAYUNA.com - Menjelang Reuni Akbar Pondok Pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak, Jawa Tengah yang akan dilaksakan pada hari Minggu (30/7/2017), pengasuh pondok KH Hanif Muslih Lc menugaskan tim khusus melacak dan mencari kitab-kitab karya KH Muslih bin Abdurrohman. Tim tersebut antara lain dipimpin Ahmad Faizurrahman Hanif, salah satu cucu Kiai Muslih.


Faiz bersama Mukromin Birry, sudah menemui beberapa ulama alumni Futuhiyyah untuk mendapatkan karya-karya kitab tersebut. “Menurut informasi, jumlahnya puluhan bahkan mungkin ratusan. Namun karena belum diterbitkan secara massal, masih dibawa para santri senior, ini yang sedang kami kumpulkan,” kata Faiz dalam siaran pers yang diterima Tabayuna.com, Kamis (27/7/2017).

Misalnya mereka menemui KH Shodiq Hamzah, pengasuh pondok pesantren As-Shodiqiyyah, Sawah Besar, Kaligawe, Semarang dan keluarga KH Khumaidi Umar Kendal (alm).

Karya-karya monumental dari Kiai Muslih bin Abdurrohman rencananya akan dipamerkan dalam reuni akbar tersebut. Kiai Shodiq Hamzah yang akrab disapa Kiai Shodiq Thowil itu, membenarkan tentang banyaknya kitab karya Mbah Muslih. Dia menyebut antara lain Kitab Uqud al-Juman, Ilmu Tafsir, Syarah Alfiyah Ibn Aqil, Nurul Burhan, Umdatus Salik, Hizib Shohihul Bukhori, Hizib Shohihul Muslim lengkap dengan sanad-sanadnya, Hidayatul Wildan, Munajat dan puluhan kitab-kitab Thoriqoh.

Menurut Kiai Shodiq, kitab-kitab yang telah dimaknai oleh Mbah Muslih banyak yang dibawa murid-muridnya. “KH Muslih memberikan kitab-kitab yang sudah dimaknai beliau kepada santri yang mengaji di kampung-kampung,” kata Kiai Shodiq yang cukup lama menjadi juru tulis Kiai Muslih. Kiai Shodiq sebagai alumni Futuhiyyah sudah menerbitkan 33 kitab lebih. Yang paling populer adalah Alqoidah Samiyah tentang Nahwu.

“Kalau sudah 33 kitab berarti profesor ya,” katanya sambil tertawa ngakak.

Di kediaman Alm KH Khumaidi Umar Kendal tim juga mendapatkan beberapa kitab karya Kiai Muslih. Sama dengan Kiai Shodiq, almarhum KH Khumaidi Umar adalah salah satu juru tulis (katib) KH Muslih saat mondok. KH Khumaidi Umar mempunyai beberapa koleksi klasik kitab yang beliau tulis dari Mbah Muslih antara lain Kitab Yawaqit al-Asaniy Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan sekarang sudah tercetak. Juga kitab tasawuf Wasail al-Wushul yang sudah ditulis ulang.

Saat mondok, KH Khumaidi memang sudah terkenal dengan tulisan tanganya yang bagus dan rapi. Tidak heran bila Mbah Muslih meminta Kiai Khumaidi Umar untuk menjadi katibnya.

Muhammad Musta’in memberikan beberapa kitab karangan KH Khumaidi untuk meramaikan pameran buku-buku alumni Futuhiyyah, di antaranya kitab yang berisi seribu bait-bait akidah ahli sunnah wal jama’ah, berjudul Aqidah Munirah. Maraqi al-Ikhlash yang membahas ilmu fikih, dan kitab-kitab lain yang membahas ilmu gramatikal bahasa Arab, Tauhid dan Tasawuf.

Sebagaimana diketahui nama KH Muslih Abdurrahman Al-Maroqibagi kaum thariqah di Indonesia, khususnya pengikut Thariqah Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) sudah sangat masyhur. Bahkan ulama-ulama di Timur Tengah dan China juga mengenal Mbah Muslih. “Buktinya belum lama ini ada ulama-ulama dari Tiongkok yang mencari makam Mbah Muslih,” kata Kiai Hanif Muslih.



Kiai Muslih selain sebagai mursyid Thariqah Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah, dia juga sekaligus aktif dalam mengembangkan dan membesarkan Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (Jatman) hingga akhir hayat pada tahun 1981. Oleh para murid Thoriqoh, Mbah Muslih dijuluki sebagai Abul Masyayekh dan Syeikhul Mursyidin. Dia wafat saat menunaikan ibadah haji dan dimakamkan di Ma’la Makkah. (TB4).
Bagikan :

Tambahkan Komentar