Oleh: Munajin, S.Ag., S.Pd., M.Pd.I
Pengasuh Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar Puncel

Zikir merupakan syarat yang paling utama dalam ibadah. Karena ibadah pada dasarnya merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seorang hamba, sebagai bentuk pengabdian dan pengakuan adanya Sang Penguasa (Al-Maalik). Ibadah sebagai sarana untuk mengingatNya (zikir). Dengan demikian, Ibadah tidak mempunyai tujuan lain kecuali menuntun seseorang agar selalu ingat (berzikir) kepadaNya. Ini artinya, seseorang tidak akan sampai kepada Allah al-Malik, kecuali dengan melanggengkan berzikir.

Baca Juga: Alhamdulillah, Muhammadiyah Sekarang Anjurkan Tahlilan, Ini Buktinya!

Zikir ada dua macam, yaitu zikir lisan dan zikir hati. Zikir lisan, akan dapat menuntun pada kemantapan zikir hati. Syech Abu Ali Ad-Daqad mengatakan, “Zikir akan menjadikan dirinya dicintai Allah (Wali atau Kekasih Allah), Barang siapa rajin dan tekun berzikir, maka dia akan dianugerahi sebagai wali Allah, jika dia lalai dan tidak lagi pernah berzikir, maka anugerah sebagai wali Allah tersebut akan dicabut darinya.”

Para sufi senantiasa berzikir kepada Allah di setiap situasi dan kondisinya. Dengan zikir itu dadanya menjadi lapang, hatinya menjadi senang, dan rohnya (jiwanya) menjadi luhur. Sebab, dia meraih keuntungan dengan menjadi teman duduk Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT., dalam sebuah hadis qudsi,
أَهْلُ ذِكْرِيْ أَهْلُ مُجَالَسَتِيْ
“Ahli zikir kepadaKu adalah teman dudukKu.” (HR.Ahmad)

Hadis qudsi yang lain,
اَنَا مَعَ عَبْدِيْ إِذَا هُوَ ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ
“Aku bersama hambaKu selama dia berzikir kepadaKu dan kedua bibirnya bergerak menyebutKu.” (HR. Abu Hurairah)

Dalam Alqur’an Allah SWT., berfirman,
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ 
“Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu.” (Q.S Al-Baqarah: 15)

Orang yang mengenal Allah adalah orang yang senantiasa tekun berzikir, hatinya selalu ingat kepadaNya, sehingga Allah menjaganya dan melindungi dalam segala urusannya. Hatinya tentram karena segala urusannya akan dicukupi Allah SWT.

Majelis zikir merupakan surga bagi orang-orang yang berzikir. Artinya, kedudukan di surga yang akan diperoleh oleh seseorang kelak di akherat, dapat diukur dari sejauh mana hatinya selalu ingat (zikir) kepada Allah SWT, pada setiap tempat dan waktu, situasi maupun kondisi. Begitu pula, majelis zikir dapat menghantarkan seseorang menuju surgaNya. Rasulullah SAW., bersabda:

يَا أَيُّهاَ النَّاسُ، إِرْتَعُوْا فِيْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ، قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا رِيَاضُ الْجَنّةِ؟ قَالَ: مَجَالِسُ الذِّكْرِ. قَالَ: اغْدُوْا وَرُوْحُوْا وَاذْكُرُوْا، مَنْ كَانَ يُحِبُّ أَنْ يَعْلَمَ مَنْزِلَتَهُ عِنْدَاللهِ تَعَالَى، فَلْيَنْظُرْ كَيْفَ مَنْزِلَةُ اللهِ تَعَالَى عِنْدَهُ، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُنْزِلُ الْعَبْدَ حَيْثُ أَنْزَلَهُ مِنْ نَفْسِهِ
"Hai manusia, merumputlah kalian di Kebun Surga, Kami bertanya, Wahai Rasulullah, apa kebun surga itu?”Beliau menjawab:”Majelis Zikir”Kalian makan pagi dan makan sore dengan berzikir, Barang siapa ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka pandanglah bagaimana kedududukan Allah di hatinya. Sesungguhnya Allah menempatkan seorang hamba, tergantung pada bagaimana dia menempatkan Allah di hatinya.” (HR. Turmuzi dari Anas bin Malik)

Jadi, mengikuti majelis-majelis zikir, seperti majelis Yasin,Tahlil maupun Istighasah termasuk memenuhi panggilan perintah Allah SWT. Semoga kita bisa selalu bersama berzikir kepadaNya. Amiin.

Tulisan ini pernah dimuat di BULLETIN ISTIGHATSAH Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar Puncel EDISI 1- Jum’at Kliwon, 20 Januari 2017.
Bagikan :

Tambahkan Komentar