LOMBA ESAI HARI SANTRI (HASAN) 2017
PIMPINAN PUSAT RABITHAH MA’AHID ISLAMIYAH
NAHDLATUL ULAMA

A.    LATAR BELAKANG
Latar belakang pentingnya Hari Santri, selanjutnya disingkat Hasan, adalah untuk menghormati sejarah perjuangan bangsa ini. Hasan tidak sekadar memberi dukungan dan apresiasi terhadapa kelompok santri. Justru, inilah penghormatan negara terhadap sejarahnya sendiri. Barangkali ini sesuai dengan ajaran Bung Karno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, “Jas Merah!”, begitu kata Bung Karno.
Kaum santri merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang membawa bangsa ini menegakkan kemerdekaan melalui Resolusi Jihad 22 Oktober yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Resolusi Jihad bukan hanya sekedar jihad membela Islam namun lebih jauh membela tanah air, bangsa dan Negara Indonesia. Kang Said –sapaan akrab K.H. Said Aqil Siradj- Ketua Umum PBNU, mengatakan bahwa Resolusi Jihad mewajibkan setiap muslim berjihad melawan siapapun yang akan kembali menjajah Indonesia.

Baca juga: Inilah Logo Baru Hari Santri Nasional 2017

Resolusi Jihad 22 Oktober membakar darah juang santri dan warga negara lainnya. Maka 10 November adalah puncak pertempuran santri dan para pejuang lainnya dalam mewujudkan Resolusi Jihad. Indikasi betapa berpengaruhnya Resolusi Jihad adalah teap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hingga pasukan sekutu dibuat kewalahan. Tanpa Resolusi Jihad, tidak akan pernah ada pertempuran 10 Nopember.
Begitu pun menurut Gugun El Guyanie dalam bukunya Resolusi Jihad Paling Syar’i bahwa Resolusi Jihad berperan penting dalam mengobarkan semangat nasionalisme warga NU dalam peristiwa 10 November 1945. Semangat pemuda dan santri NU saat itu merupakan sesuatu hal yang tidaklah aneh karena Islamnya orang NU adalah Islam yang Indonesia. Kita masih ingat apa yang selalu Gus Dur katakan bahwa kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang tinggal di Indonesia. Pernyataan Gus Dur tersebut sepintas memang sederhana, tapi jika kita memahaminya lebih jauh maka kita akan menemukan jawaban bahwa selama ini NU telah membuktikannya dengan semangat Resolusi Jihad yang berangkat dari nilai-nilai nasionalisme dan keislaman saat itu. Bagi orang NU, menjadi Islam seratus persen berarti menjadi nasionalis seratus persen karena Hubbul Wathan Minal Iman (mencintai negara adalah sebagian dari iman). Sikap nasionalisme dan anti penjajah inilah yang melatarbelakangi lahirnya Resolusi Jihad.
Dalam konteks Resolusi Jihad, NU menjadikan pengertian jihad yang sering dikutip Gus Dur dari Kitab Fathul Mu’in sebagai rujukan, yakni, “daf’u dlarar ma’sumin musliman kana au ghaira muslim” (melindungi kehormatan orang-orang yang perlu dibela, baik Muslim maupun non Muslim). Dengan kata lain, berjihad melindungi kehormatan seluruh bangsa Indonesia, baik yang muslim maupun non muslim, asalkan satu bangsa, satu nasib, seperjuangan adalah sebuah kewajiban setiap warga negara.
Bukti Resolusi Jihad bukan sekedar persoalan agama namun juga persoalan bangsa dan negara, adalah bunyi Fatwa Jihad KH. Hasyim Asy’ari seperti berikut: (1) Hukumnya memerangi orang kafir yang merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi tiap-tiap orang Islam yang mungkin, meskipun fakir (2) Hukumnya orang yang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotannya adalah mati syahid (4) Hukumnya orang yang memecahkan persatuan kita sekarang ini, wajib dibunuh.
Lomba esai ini memiliki tujuan untuk memproduksi narasi-narasi dalam perspektif “kaum sarungan” mengenai nasionalisme, sebagaimana diuraikan di atas.

B.     TEMA
“Dalil-Dalil Nasionalisme Pesantren”
Topik/Sub tema:
1.      Sejarah dan Peran Kiai Menumbuhkan Nasionalisme Santri.  
2.      Membincang Nasionalisme Kitab Kuning. 
3.      Nasionalisme Ulama Nusantara dalam Karya.

“Kontroversi Five Days School (FDS) dalam Sorotan”
1.      Santri Mandiri ya Mondok!
2.      Ayo Mondok atau Five Days School (FDS)
3.      Menakar Aswaja dalam Kebijakan Five Days Scholl (FDS)

Baca Juga: Inilah Tema Hari Santri Nasional 2017

C.    KATEGORI PESERTA
Kategori peserta dibagi menjadi tiga:
1.      Umum
2.      Santri/Pelajar
3.      Mahasiswa

D.    KONTEN NARASI
Konten narasi yang dinilai:
1.      Esai merupakan hasil bedah dokumen (buku, catatan sejarah), wawancara dari para pelaku sejarah baik pemikiran, ide, gagasan, dan konsep yang mencerahkan terkait santri mandiri dan nasionalisme.
2.      Sejarah atau kasus faktual yang menyinggung tema di atas agar menjadi i’tibar dan gagan memunculkan ide dan inspirasi kreatif.
3.      Ketiga, gagasan, menyodorkan pandangan baru penulis seputar tema di atas, baik tentang pengalaman, temuan baru, langkah-langkah strategis, dan solusi alternatif.

E.     KETENTUAN
1.      Lomba terdiri dari tiga kategori yaitu umum, santri/pelajar, dan mahasiswa. Dibuktikan dengan pelampiran Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Santri/Pelajar atau Kartu Mahasiswa.
2.      Karya bersifat orisinil dan belum pernah dipublikasikan di media manapun, serta tidak sedang diikutkan dalam perlombaan yang serupa.
3.      Peserta hanya diperbolehkan mengirim satu naskah terbaiknya.
4.      Hak publikasi semua naskah yang telah dikirim menjadi milik panitia dan akan dipublikasikan di website www.harisantri.com.  
5.      Peserta wajib share tiap esai yang dimuat ke Facebook, Twitter, Instagram atau lainnya. Bukan ke blog.
6.      Banyaknya komentar di bawah esai yang dimuat di www.harisantri.com menentukan 30 persen penilaian juri.

F.     PANDUAN DAN SYARAT
1.      Naskah esai terdiri atas 1000-3000 kata/karakter,
2.      Judul naskah bebas, disesuaikan dengan tema dan topik lomba,
3.      Font Time New Roman (TNR) ukuran 12, spasi 1,5, kertas A4,
4.      Naskah esai dikirim dalam format MS Word,
5.      Melampirkan KTP, Kartu Santri/Pelajar, atau Kartu Mahasiswa sesuai kategori yang diikuti.
6.      Sertakan link url akun medso penulis dan nomor kontak yang mudah dihubungi (kalau bisa nomor WhatsApp).
7.      Peserta mengirim naskah ke alamat email: naskahlomba@gmail.com dengan subjek “Lomba Esai Hasan 2017 PP RMI PBNU

G.    WAKTU
Waktu pelaksanan dibagi menjadi tiga tahap, mulai pengiriman naskah hingga pengumpulan, pengumuman tiga esai terbaik di masing-masing kategori dan presentasi penentuan nomor urut terbaik.

Pengiriman naskah esai lomba:                              
17 Agustus – 29 September 2017

Pengumuman tiga karya terbaik masing-masing kategori:
10 Oktober 2017

Presentasi tiga karya terbaik masing-masing kategori di Bandung:
25 Oktober 2017

H.    HADIAH LOMBA
Hadiah untuk semua kategori:
Juara I             : Rp. 5.000.000, sertifikat, trofi
Juara II            : Rp. 3.000.000, sertifikat, trofi
Juara III          : Rp. 2.000.000, sertifikat, trofi
Total hadiah semua kategori adalah Rp. 30.000.000,-

Baca juga: Hari Santri 2017, Kemenag Gelar Lomba Komik Dan Kartun Strip

I.       DEWAN JURI
1.      Zainul Milal Bizawi (Penulis Buku Masterpice Islam Nusantara)
2.      Muhammad Bakir (Redaktur Pelaksana Kompas)
3.      Izzul Mutho’ (Redaktur Ahli Indopos)

J.      NOMOR KONTAK
Wahyono An-Najih: 087729003236 (Telp/WA). 

Silakan download pengumuman di bawah ini:

Bagikan :

Tambahkan Komentar