Oleh: Haniel Tambun

Menurut pengamatan dan analisa saya, Kasus Habib Rizieq sepertinya sengaja digantung. Mari kita perhatikan baik-baik alurnya.

Apakah menurut kalian pemerintah melalui kepolisian tidak sanggup memulangkan Rizieq dari pelariannya?

Apakah menurut kalian pemerintah Indonesia tidak sanggup mencabut paspor Rizieq seperti yang terjadi kepada Zakir Naik oleh pemerintah India?

Apakah menurut kalian terlalu susah polisi untuk menuntaskan kasus Rizieq sedangkan begitu banyak kasus-kasus terosis dengan mudahnya mereka kalahkan?

Lalu mengapa terkesan kasus Rizieq jalan ditempat? Pasti banyak diantara kalian termasuk saya gemas dengan situasi ini. Kadang kita geram dan mengeluarkan umpatan-umpatan kekesalan akibat kasus Rizieq yang terlihat tidak ada perkembangannya.

Apakah menurut anda semua kasus ini buntu  dan jalan ditempat?

Jokowi bukan tipe orang yang suka membiarkan sebuah pekerjaan tertunda atau sampai mangkrak tetapi ingat baik2 Jokowi adalah tipe orang yang cermat dan detail dalam mengerjakan sesuatu. Jokowi bukan orang yang sembarangan. Langkah Jokowi selalu penuh perhitungan dan pertimbangan yang matang.

Lalu apa hubungannya dengan kasus Rizieq yang terkesan lambat?

Ketahuilah bahwa kasus Rizieq bukan jalan di  tempat tetapi Jokowi adalah seorang yang sangat pandai memainkan sebuah ritme. Seperti sebuah mobil kapan harus injak pedal gas supaya laju kapan harus mengendorkan pedal gas supaya kecepatan mobil tersebut turun, tetapi ingat baik-baik mobil tersebut tetap berjalan bukan berhenti.

Mobil tersebut tetap berjalan dengan kecepatan yang diatur oleh sang pengemudi. Mobil tersebut tetap dijalankan dengan target sampai ditujuan  dengan selamat. Soal mau sampainya ditempuh 1 jam atau 2 jam lamanya atau bahkan lebih itu hak sang pengendara. Karena sang pengendara pasti sudah memperhitungkan semuanya ketika perjalanan tersebut ditempuhnya dengan mobil tersebut. Jokowi bukan orang yang gegabah dan sembrono. Dia orang yang sangat teliti.

Jadi, dengan kasus Rizieq yang seakan-akan digantung dan berjalan lambat seperti ini, sebenarnya Rizieq lah yang tersiksa.

Jokowi sedang melancarkan perang mental. Seperti orang bermain catur. Tekanan besar seperti air bah sebenarnya sedang dilepaskan  Jokowi. Siapa yang lebih kuat mentalnya dalam bertahan.

Situasi Rizieq menjadi seperti buah simalakama. Pulang tidak bisa, status tersangka sudah 2 kasus, bertahan lebih lama logistik semakin menipis dengan harus membiayai satu keluarga besar yang sudah 100 hari lebih berada di Arab, belum lagi ijin tinggal yang juga tentu akan menjadi sorotan imigrasi setrmpat.

Tetapi lihat efeknya sekarang negara jauh lebih aman karena penggerak utama yang menjadi motor dan provokatornya tidak berada disini.

Paling-paling akhirnya Rizieq menunggu ajal datang menjemput di tanah arab.  Coba bayangkan apa tidak tersiksa batin si Rizieq? Apa tidak stress si Rizieq? Rizieq sekarang seperti orang yang bisa bergerak bebas tetapi ada tali yang mengikat  atau pinggangnya, sehingga dia menjadi sangat terbatas.

Kelihatannya dia baik-baik saja tetapi anda tahu kan bagaimana rasanya menjadi orang yang terbatas dimana ingin melakukan ini itu rasanya sanggup tetapi tidak bisa dijalankan. Itu sangat menguras emosi dan membuat tekanan  balik kedalam diri sendiri.

Itulah perang mental yang dijalankan Jokowi dan itulah cara jitu pemerintah membuat Rizieq menjadi kropos dan tinggal tunggu waktu akan rubuh sendiri.

Langkah Mentri, Benteng, Perwira  Lompatan2 Kuda  yang mengepung Raja lawan sampai terpojok dan SKAK MAT.

Coba perhatikan baik-baik selama Rizieq tidak ada sudah 100 hari lebih, apa ada 1 demo pun yg bisa berjalan? Mau digerakin kayak apa juga atas nama umat dan agama, mana bisa seperti dulu lagi.
Para pendananya juga sekarang jadi diam tidak berkutik  karena kalau mereka bergerak akan ketahuan. Mereka menjadi sia-sia mengeluarkan uang untuk membayar pasukan otak-otak onta buat demo karena jadi tidak ada artinya. Jadi tumpul.

Lihat si Harry Tanu yang dulu ada dikelompok mereka tiba-tiba berbalik arah mendukung Jokowi.

Sabar, pemerintah tidak bodoh. Semua perlu strategi. Jokowi tidak bodoh.

Mengorbankan Ahok itu cara paling tepat walau kelihatannya menyakitkan karena justru sekarang terbalik, walau Ahok dipenjara tetapi situasi Ahok sendiri jauh lebih baik keadaannya daripada si Rizieq.

Ahok tidak lama lagi selesai dengan masa hukumannya tetapi Rizieq satu pun belum ada yang selesai proses hukumnya.

Saat Ahok selesai dan dia kembali dengan kekuatan penuh sementara Rizieq kalau kembali sudah semakin tdk berdaya. 17 kasus sudah siap menanti dia dengan 2 kasus sudah menjadi status tersangka.

Termasuk kasus makar, digantung seperti ini justru membuat mereka-mereka ini seperti disuntik mati pelan2. Lihat efeknya, mereka semua diam tdk ada lagi koar-kora seperti dulu.

Ratna sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, Sri Bintang Pamungkas, Ahmad Dhani dkk tidak terdengar lagi suara mereka dengan status tersangka yang mereka sandang seperti ini membuat langkah mereka ekstra hati-hati karena sewaktu-wakty tinggal dijadikan terdakwa.

Keadaan sekarang jauh lebih baik. Jauh lebih stabil.

Kita justru harus mendukung Pemerintah, Polri, TNI, KPK  semua yang Nasionalis Pancasila didalam naungan NKRI yang Bhineka Tunggal Ika. Diluar itu jangan didukung.

Biarkan skenario besar ini berjalan sampai tuntas. Kita tonton saja bagaimana para pecundang itu hancur dengan sendiri karena kebodohan dan keserakahan mereka.

Mari kita rakyat Indonesia yang cinta negeri ini, kita bersatu, bergandengan tangan merapatkan barisan.
KITA PERTAHANKAN NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, UUD 45 SERTA PANCASILA.

Menikmati Indahnya Indonesia sambil ditemani sepiring nasi goreng pedas dan segelas teh manis panas.
MERDEKA !!!⁠⁠⁠⁠

Tonton sampai selesai video di bawah ini:
Bagikan :

Tambahkan Komentar