ilustrasi
Oleh : Vinanda Febriani
Penulis merupakan aktivis IPPNU Magelang

Aku telah banyak membaca isi berita di portal-portal media yang tidak "kredibel". Mereka menyajikan berita-berita yang tidak sebenarnya terjadi, Hoax, sara, provokasi, mereka mencari "tumbal" doktrinannya yang amat meresahkan melalui jaringan portal tersebut. Ketika aku membaca dari segi kebahasaan judulnya saja, heboh seakan berita tersebut Valid dan sedang trending topic. Namun ketika dibaca, isinya biasa saja. Kebanyakan opini pribadi yang sengaja dibuat untuk memanaskan alur cerita supaya bisa dikatakan valid. Lagi pula dari teknik kejurnalistikannya, judul sudah tidak sesuai dengan "SPOK" dalam jurnalistik.

Jika ada berita yang menghebohkan, maka pertamakali yang harus kita lakukan adalah mengecek portal yang menyediakannya seperti misal Abc.co memberitakan "Heboh !! Terungkap sebenarnya A.." Kedua, yang perlu kita ketahui, judul dari berita yang disajikan portal tersebut terlalu berlebihan, ambigu atau hoax?. Kemudian cek lagi apakah portal tersebut pernah memposting berita-berita Hoax, Provokasi, Sara dan lain sebagainya sebelumnya?. Jika iya, maka bisa dipertimbangkan bagaimana "Keshahihan (Kevalidan)" berita tersebut.

Selain dengan cara-cara tersebut, kita juga wajib mengimbanginya dengan memperbanyak bertabayyun, mencari klarifikasi benar atau tidaknya berita tersebut. Karena belakangan ini banyak sekali portal yang berisikan berita Kebaikan namun berujung kenafsuan (semisal politik dan lain sebagainya).

Hal itu sudah banyak terjadi. Bahkan ada beberapa portal tidak kredibel yang sukanya memelintirkan berita. Misalkan yang sebenarnya terjadi adalah A, namun yang di siarkan adalah Z. Tidak mau mengklarifikasi, seolah ingin benar sendiri. Bahkan dengan bangganya menyebut sebuah kebohongan seagai kebenaran dan menutupi kebenaran dengan berbagai macam kebohongan.

Bukankah menyuarakan suatu kebaikan atau kebenaran itu tidak harus dengan cara mengada-ada ataupun dengan berbohong? Namun, kenapa masih saja ada oknum yang menyukai teknik tersebut?. Bukankah Allah SWT tidak menyukai hal yang mengada-ada, Rosulullah tidak pernah mengajarkan ummatnya untuk berbohong.

Semakin heran saya, mengapa manusia yang merasa dirinya paling benar malah menebar berita yang salah dan bahkan tidak pernah terjadi, berita pelintiran, Hoax dan lain sebagainya. Berapa sih, gaji setiap satu konten Hoaxnya?. Mengapa orang tersebut bangga dengan cara yang dilakukannya. Bangga, namun ketika tertangkap polisi merengek ketakutan. Itulah gambaran manusia yang mengaku paling benar, namun dia tidak memahami apa itu "kebenaran". Sehingga dia memaknai sebuah kebenran dengan cara yang salah.

Sebagai salah seorang pelajar penggiat literasi dan jurnalistik digital pada media sosial, saya merasa sangat terganggu dan merasa sangat dirugikan dengan adanya portal penebar hasad, hasud, provokasi, sara, Hoax dan semacamnya. Selain tidak bermanfaat, berita yang disajikannya juga menurutku terlalu berlebihan.

Opini yang dianggap berita, sehingga judulnya tidak sesuai dan cenderung "Lebay". Saya menghimbau kepada admin atau siapapun yang bertanggung jawab atas portal semisal di sini saya sebutkan panjimas.co , Islamedia.id dan lain sebagainya untuk dapat bertanggungjawab atas berita-berita yang di uploud pada portal tersebut.

Apakah berita tersebut valid, benar terjadi atau tidak, asli atau hanya rekayasa tulisan palsu yang sengaja di tulis supaya publik seakan kaget, gencar dan lain sebagainya?. Silahkan, itu adalah tanggungjawab anda di dunia maupun di akhirat kelak. Mungkin saya tidak tahu bagaimana karakteristik berita atau opini yang anda sajikan di portal anda berdasarkan kebenaran yang ada. Namun saya percaya Tuhan maha tahu segalanya. Jadi, apa yang dirasa anda benar, Tuhan lebih Maha Tahu dibanding anda.

Ingat ! Menyuarakan kebenaran bukan berarti dengan cara menebar tulisan yang mengada-ada, kebohongan, sara, Hoax, fitnah dan lain sebagainya. Perlu di ingat juga, tulisanmu menjadi tanggungjawab di dunia maupun di akhirat kelak.

SAVE AKAL SEHAT !!

Borobudur, 12 Agustus 2017.
Bagikan :

Tambahkan Komentar