Prof Sumanto Al Qurtuby, Ph.D
Semarang, TABAYUNA.com – Selama ini, konflik di Arab Saudi selalu dibaca dan dipahami dari aspek agama saja. Padahal, menurut Prof Sumanto Al Qurtuby, Ph.D Pengajar Antropologi Budaya dan Kepala General Studies Scientific Research, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, semua itu hanya “gombal” saja.

Baca juga: Sumato Al Qurtuby: Ternyata di Arab Saudi Juga Banyak Orang Ateis

“Konflik Arab selalu dibaca dari perspektif agama, kata dia, Itu semua gombal. Kalau kita baca adalah geopolitik secara dominan. Di saudi banyak syiah. Dan mereka bisa hidup berdampinagn. 5persen di saudi adalah syiah. Di beberapa tempat banyak suni syiah kawin karena berasal dari suku yang sama. Iran kelompok sunni juga banyak,” kata Prof Sumanto dalam dalam Diskusi Publik FISIP Unwahas yang bertema “Konstelasi Agama Dan Politik di Timur Tengah” dan peluncuran buku Era Baru Fiqih Indonesia yang bertempat di kampus Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Kamis (9/11/2017).

“Masyarakat Arab antiperempuan. Ada 22 negara anggota liga Arab. Arab Saudi hanya sebagian dari masyarakat Arab. Oman adalah menarik, dinamis.  Hanya Arab Saudi yang cukup membatasi perempuan,” lanjut dia.

Tapi sekarang beda, kata dia, Raja Abdullah memelopori perempuan sebagai anggota konsul. “Mereka banyak menelurkan kebijakan publik. Banyak CEO. Pengacara, pemred juga banyak dari perempuan,” katanya.

Sebelum Diskusi Publik FISIP Unwahas yang bertema “Konstelasi Agama Dan Politik di Timur Tengah” dan peluncuran buku Era Baru Fiqih Indonesia itu, diawali dengan sambutan  Prof Mahmutarom Rektor Unwahas.

Usai penyampaian materi, banyak peserta yang datang dari berbagai daerah bertanya soal eskalasi politik di Arab. Mereka tidak hanya datang dari Unwahas, namun juga dari UNNES, Undip, Udinus, dari Kendal, Demak, Pekalongan dan beberapa daerah yang lain. (TB44/Jun).

Bagikan :

Tambahkan Komentar