Oleh M. Yudhie Haryono
Direktur Eksekutif Nusantara Centre, Indonesia

Perpustakaan berjalan. Begitulah kami menjuluki salah seorang profesor kajian islamic studies tersohor seantero dunia. Dialah Philip K. Hitti, orang Libanon (1886-1978) yang diaspora dan mengembara ke pusat-pusat universitas dan forum-forum dunia.

Membacanya adalah menikmati temuan-temuan lezat dan bergisi soal sejarah bangsa arab dan geneaologi kaum muslim. Mengapa keren? Karena ia profesor sastra semit terbaik yang mengajar dan menduduki berbagai posisi di beberapa kampus semisal Harvard, University of Utah, George Washington University dan University of Minnesota.

Buku-bukunya merentang dahsyat dari riset-riset yang keren, menusuk dan tak terduga. Beberapa yang kukoleksi adalah, The Syrians in America (1924), The Origins of the Druze people and religion: with extracts from their sacred writings (1928), An Arab-Syrian Gentlemen in the Period of the Crusades: Memoirs of Usamah ibn-Munqidh (1929).

Ia juga meriset soal konflik di Libanon, Israel dan Palestin dalam buku, History of Syria: including Lebanon and Palestine (1957). Kemudian secara keren lahir riset-riset yang lainnya semisal, The Arabs (1960), Lebanon in History (1967), Makers of Arab History (1968), The Near East in History (1961), Islam and the West (1962), Islam: A Way of Life (1970), Capital cities of Arab Islam (1973).

Yang terdahsyat menurutku, The History of Arab (1937). Mengapa? Karena ini merupakan karya komprehensif soal kemunculan Islam dan perkembangannya hingga abad pertengahan, gerak penaklukannya, kerajaannya, serta masa kejayaan dan kemundurannya sekaligus. Ia menyingkapkan seluruh kekayaan panorama historis yang mengesankan dan menakjubkan.

Dari buku-buku Hitti, aku merasakan bahwa Islam (tepatnya arabisme) telah membunuh ummat sebelum kematian yang sesungguhnya datang pada mereka. Sedangkan Barat (tepatnya kolonialisme) telah memerangkap ummat sebelum kebodohan yang sesungguhnya datang pada mereka.

Tetapi, Indonesia (tepatnya elite pemerintahan) telah memiskinkan kita semua sebelum perbudakan yang sesungguhnya datang pada kita sebagai warga bangsa. Kini, islam, barat dan indonesia berkolaborasi menyesatkan semua tanpa kita mampu menemukan "martabat" kemanusiaan sepanjang waktu tersisa.

Dus, yang tersisa dari Islam kini tinggal arabisme bin ontanisme. Ciri-cirinya tiga: 1)Memastikan orang lain di neraka. 2)Merasa cukup membaca satu buku (alquran) bisa menjawab semua hal-ikhwal. 3)Berkeluh kesah soal-soal asesoris (sampul) bukan isi: jilbab, cungkringisme dan jenggotisme. Ini menjengkelkan karena temuan Philip K Hitti adalah sebaliknya: "islam adalah perdaban gigantik yang punya tiga warisan besar: lahir, jihad dan syahid."

Menggunakan pembacaan Hitti, aku sampai pada tesis bahwa, "Alquran merupakan buku yang muncul sebagai hasil refleksi hibrida. Muhammad melakukan hibridasi dari lingkungannya terutama agama-agama sekitar dan local wisdom."

Dus, arabisme, yahudisme dan nasranisme sangat berpengaruh dalam pembentukannya. Karenanya, Alquran tak lahir dari ruang kosong: buktinya kadang ia mengkritik, menghardik, mengkopi, menyanjung, memuji, memeluk, memerangi, mengedit ulang dan kadang mengetik tesis dan anti tesisnya secara berulang-ulang.

Tesis dalam bukunya jelas mengatakan bahwa Hitti menyebut, "sumber-sumber Alquran itu jelas orang-orang kristen, yahudi dan beberapa suku arab. Sebab, Hijaz sendiri terdiri dari beberapa wilayah yahudi walau tidak ada satu pun wilayah kristen, tetapi di situ terdapat sejumlah budak dan pedagang kristen. Wilayah itu dikelili oleh berbagai pusat peribadatan di mana gagasan kristen bisa terserap ke dalamnya."

Bukti lain kesaling terpengaruhan itu juga karena Muhammad memiliki dua orang budak dari Hasbyi (Ethopia) yaitu muazzinnya yang bernama Bilal dan anak angkatnya yang bernama Zaid serta seorang istri beragama Kristen, Mariyah Alqibtiyyah plus seorang istri lagi yang beragama yahudi, bernama Safiyah.

Khusus Mariyah yang tetap kristen sampai meninggal membuktikan bahwa kristen tak perlu dihapus oleh Muhammad karena ia adalah agama yang juga benar plus berasal dari Tuhan yang sama. Itulah mengapa Alquran mengakui para pemilik kitab adalah ahli syorga, agama lainnya (rumpun ibrahimian) juga ahli syorga.

Lalu, kapan Alquran dan islam menjadi (di)suci(kan) dan final tanpa mengakui agama dan kitab lainnya? Saat keduanya disembah melebihi tuhan dan dilombakan sebagai karcis masuk syorga.(*)
Bagikan :

Tambahkan Komentar