Oleh M Yudhie Haryono
Direktur Eksekutif Nusantara Centre Indonesia

Paragraf terakhir dari buku Sejarah Tuhan yang ditulis Karen Armstrong ini menarik dan simpatik, "manusia tidak bisa menanggung beban kehampaan dan kenestapaan; mereka akan mengisi kekosongan itu dengan menciptakan lokus baru untuk meraih hidup yang bermakna. Berhala kaum fundamentalis bukanlah pengganti yang baik untuk Tuhan; jika kita mau menciptakan gairah keimanan yang baru untuk abad baru. Kita harus merenungkan dengan seksama sejarah Tuhan ini demi menarik beberapa pelajaran dan peringatan (hal. 510)."

Seperti biasa, aku bertatap gagasan di bulan ramadan. Kali ini dengan buku-buku karya Karen Armstrong. Ia menulis banyak sekali buku-buku serius tentang agama. Beberapa yang kukoleksi adalah, Through the Narrow Gate (1982), The First Christian: Saint Paul’s Impact on Christianity (1983), Beginning the World (1983), Tongues of Fire: An Anthology of Religious and Poetic Experience (1985).

Sejak tahun 1986, ia terus meningkatkan risetnya. Hasilnya, lahir buku, The Gospel According to Woman: Christianity’s Creation of the Sex War in the West (1986), Holy War: The Crusades and their Impact on Today’s World (1988), Muhammad: A Biography of the Prophet (1991), The English Mystics of the Fourteenth Century (1991), The End of Silence: Women and the Priesthood (1993), A History of God (1993), Jerusalem: One City, Three Faiths (1996), In the Beginning: A New Interpretation of Genesis (1996), Islam: A Short History (2000).

Buku-buku favoritku dari karyanya adalah, The Battle for God: Fundamentalism in Judaism, Christianity and Islam (2000), Buddha (2001), Faith After September 11 (2002), The Spiral Staircase (2004), A Short History of Myth (2005), Muhammad: A Prophet For Our Time (2006), The Great Transformation: The Beginning of Our Religious Traditions (2006), The Bible: A Biography (2007), The Case for God (2009), Twelve Steps to a Compassionate Life (2010), A Letter to Pakistan (2011).

Tetapi dari semuanya, yang paling kusuka adalah buku Sejarah Tuhan yang terbit tahun 1993.

Tentu semua bukunya dahsyat. Aku tak menemukan penulis sebrilian Karen di Indonesia. Semua ia ketik dengan runtut, tajam dan kritis tetapi sangat empatik.

Ia menemukan perenial dalam seluruh agama yang dirisetnya. Kita tahu bahwa filsafat perenial (dari bahasa Latin: philosophia perennis), adalah cara pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa semua agama di dunia memiliki suatu kebenaran tunggal dan universal dan menjadi dasar bagi semua pengetahuan dan doktrin religius.

Gagasan perenialisme sudah ada sejak purba. Ia dapat ditemui dalam berbagai agama dan filsafat dunia. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Agostino Steuco (1497–1548), yang meneruskan dari tradisi filsafat sebelumnya, yaitu dari Marsilio Ficino (1433–1499) dan Giovanni Pico della Mirandola (1463–1494).

Pada akhir abad ke-19, gagasan ini dipopulerkan kembali oleh pemimpin Masyarakat Teosofis seperti H. P. Blavatsky dan Annie Besant dengan nama "Kebijaksanaan-Agama" atau "Kebijaksanaan Kuno."

Pada abad ke-20, gagasan ini dipopulerkan lagi oleh Aldous Huxley dalam bukunya The Perennial Philosophy (1944). Beberapa tulisan dari mazhab tradisionalis dan postradisionalis ikut menduniakan gagasan ini.

Apa inti dari gagasan tersebut? Adalah kepercayaan pada kebenaran mutlak (the truth) yang satu, tunggal, tidak terbagi dan menjadi mula kebenaran-kebenaran lainnya. Yang Satu ini memancarkan berbagai kebenaran baru sebagaimana halnya matahari yang memancarkan cahayanya. Matahari adalah kebenaran, sinar matahari adalah kebenaran, kehangatan adalah kebenaran, terang adalah kebenaran, dst.

Salah satu pikiran perenial dari Karen Armstrong adalah saat ia berhipotesa bahwa setiap kepercayaan atau teologi mengenai Tuhan dalam periode tertentu akan mengalami perubahan dikarenakan situasi dan kondisi manusia itu sendiri.

Setiap konsep Tuhan, menurutnya akan ditentang pada awalnya, lalu secara lambat laun diterima, lalu digantikan dengan konsep atau keyakinan lain yang lebih sesuai atau mampu beradaptasi atau cocok dengan kondisi masyarakat waktu itu.

Konsep ketuhanan yang lama akan digantikan dengan konsep ketuhanan yang baru apabila dirasa konsep ketuhanan yang lama tidak lagi diterima oleh masyarakat dalam periode tersebut. Singkatnya, Tuhan dan agama adalah produk sejarah kemanusiaan yang berkembang dalam fase-fase yang panjang dan selalu berganti atau menyempurna hingga lebih diterima oleh zaman berikutnya. Itulah sejarah tuhan-tuhan sekaligus sejarah agama-agama.

Hipotesa yang lain adalah Karen percaya bahwa agama dapat menjadi sumber perdamaian dan kebahagiaan manusia sekaligus sumber pertikaian dan malapetaka. Hipotesa ini bersumber dari harapannya akan kedamaian dan kebermaknaan hidup antar sesama manusia yang muncul dalam bentuk teologi perdamaian. Singkatnya, agama tetap harus difungsikan sebagai alat bantu utama agar manusia dapat menjalankan rasa saling menyayangi dan mengasihi. Bukan sebaliknya.

Dalam paragraf terakhir dari buku Sejarah Tuhan yang ia tulis, "manusia tidak bisa menanggung beban kehampaan dan kenestapaan. Mereka akan mengisi kekosongan itu dengan menciptakan lokus baru untuk meraih hidup yang bermakna.

Dus, berhala kaum fundamentalis bukanlah pengganti yang baik untuk Tuhan. Sejatinya, jika kita mau menciptakan gairah keimanan yang baru untuk abad baru, kita harus merenungkan dengan seksama sejarah Tuhan ini demi menarik beberapa pelajaran dan peringatan untuk masa depan."

Inilah capaian perenial dan passing over dalam beberapa pemikiran dan buku Karen Armstrong. Kalian kusarankan membaca dan merenungkan temuan-temuan hebatnya.(*)
Bagikan :

Tambahkan Komentar