Azyumardi Azra. (foto: Tribun Lampung).
TABAYUNA.com - Faham radikalisme telah masuk ke dalam ruang-ruang akademis kampus. Banyak bukti terdata, radikalisme masuk ke jagat akademik dengan berbagai varian dan modus. Hal ini dikonfirmasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang telah merilis data kampus yang terpapar paham radikalisme.

Dalam rilisannya, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ir Hamli mengeluarkan data 7 kampus yang terpapar paham radikalisme.

Ironisnya, ke-7 kampus tersebut merupakan kampus negeri yang banyak diminati oleh para pelajar di Indonesia.

Tujuh kampus tersebut di antaranya adalah, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan terakhir Universitas Brawijaya (UB).

Menristekdikti Mohamad Nasir berpandangan bahwa masuknya paham radikal di kampus terjadi setelah normalisasi kehidupan kampus/badan koordinasi mahasiswa (NKK/BKK). Organisasi seperti HMI, PMII, GMNI, dan IMM dijadikan organisasi ekstrakampus pada 1983. Kini muncul desakan supaya organisasi tersebut kembali masuk ke kampus.

Menanggapi adanya fenomena kampus yang terpapar ideologi radikali tersebut, cendekiawan muslim, Azyumardi Azra turut memberikan tanggapan.

Cendekiawan muslim sekaligus mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menegaskan, organisasi mahasiswa Islam bisa menangkal radikalisme.

"Kembalikan organisasi ekstra seperti HMI, PMII, dan IMM ke dalam kampus. Sehingga mengurangi dominasi organisasi Islam kanan," tulis Azyumardi, Selasa (5/6/2018).

Dijelaskan Azyumardi Azra, guna mengurangi paham radikalisme di kampus, organisasi ektra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) perlu dikembalikan lagi ke dalam kampus. (tb44/hms).
Bagikan :

Tambahkan Komentar