Ilustrasi
Oleh M. Yudhie Haryono
Direktur Eksekutif Nusantara Centre, Indonesia

Tak banyak yang baca. Tentu tak banyak yang paham. Tak banyak yang menyelidiki. Tentu tak banyak yang mengerti. Bahwa utang (negara), pemberi maupun penerima adalah perang modern. Bagian dari currency war. Di sini, tentu juga perang kurs dll.

Perang mata uang adalah model peperangan yang dikembangkan dari cara pikiran yang tidak lazim. So, di luar aturan peperangan umum, dengan spektrum perang yang sangat dalam karena menggunakan uang, mata uang, angka-angka dan ekonometrika.

Tentu saja, perang kali ini tidak semata-mata demi profit. Lebih jauh lagi, ini semua dilakukan demi menjamin kesinambungan dan keberlanjutan (bahkan keabadian) rezim finansialisasi dari kapitalisme global kontemporer.

Pertama, tentu dengan mengamankan ekonomi riil yang menjadi jangkar bagi ekonomi finansial melalui proses finansialisasi (bank, kurs, utang, asuransi) maka keberlanjutan diktator ekonomi finansial akan aman dan sentosa sepanjang masa: setua usia.

Kedua, dengan mencipta kurikulum (agar terlihat natural) dan agensi di mana-mana.

Akibatnya, kini dunia kita dikendalikan dan dicengkeram oleh jaringan kreditur dan rentenir yang tidak tak terbaca mata awam. Kreditur adalah pola simpan pinjam purba. Sedang rentenir adalah pola simpan pinjam pengambilan jaminan bila terjadi kegagalan.

Taukah kalian jika seseorang berutang kepada bank sebanyak seratus juta, maka bank memilikinya. Sebaliknya, jika seseorang berutang kepada bank sebanyak seratus triliun, ia yang memiliki bank. So, hutanglah sebanyak-banyaknya sampai banknya bangkrut.

Dalam sejarahnya, manusia menciptakan uang untuk membantu meringankan bebannya. Kini, uang memperbudak manusia. Inilah zaman rentenir sebagai pelanjut dari peradaban kreditur.

Dari sistem kredit sederhana, dunia akhirnya mengadopsi dua sistem ekonomi utama. Pertama adalah gold standard system. Kedua, fiat system. Terkait dengan kredit, sistem ini mengharuskan bank, sebagai penyalur kredit, memastikan adanya uang sebelum memberikan kredit kepada nasabah. Bila tidak ada persediaan uang di bank maka bank tidak bisa menyalurkan kredit.

Sistem ini berjalan selama beberapa waktu hingga pemerintahan Presiden Nixon (1913-1994). Ia mengganti gold standard system menjadi fiat system.

Tapi ingat, kisah tentang uang, utang dan finansial kebanyakan adalah kisah tentang keserakahan, penipuan dan kecurangan.

Sebagai contoh, para ekonom mencipta mutan uang artifisial untuk menggantikan uang asli. Hal itu adalah manifestasi penipuan dan kecurangan (fraud) kedua. Uang artifisial sangat berbeda dengan uang asli karena uang asli mempunyai nilai intrinsik, sedangkan uang artifisial tidak.

Satu-satunya nilai dari uang artifisial adlh kekuatan pasar. Nilai pasarnya akan bertahan sepanjang ada kepercayaan publik dan permintaan terhadapnya di pasar. Permintaan itu sendiri berdasarkan kepercayaan. Sayangnya, kepercayaan adalah sesuatu yg mudah dimanipulasi: via media dan agensi.

Dan, tipuan ketiga adalah mitos asal muasal rezim kertas. Rezim tanpa kekayaan stabil (emas). Rezim angka (moneteris) dan mitos hitungan (pasar). Kita tahu bhw era tahun 1970-an, sistem Bretton Woods runtuh. Tidak diberlakukan lagi gold exchange standard.

Lalu, dilahirkanlah rezim sistem tukar menggantung yang dapat disesuaikan (adjustable-peg exchage-rate regime). Inilah tipuan keempat. Yang kelima adalah munculnya konsep baru yang disebut ‘casino capitalism.' Yaitu, negara memiliki peran sebagai agen spekulator yang akan mendominasi pasar luar negeri.

Dalam bentuk ini, secara finansial global, para aktor akan bertindak secara voluntary dan ‘casino capitalism’ ini bersifat ‘unpredictable and avoidable’, di mana dampak yang dihasilkan akan mempengaruhi setiap individu dalam dunia perekonomian. Di sini lahirlah currency war, debt trap, bank independent, inflasi, deflasi, asuransi, leasing, rezim pertumbuhan dan berbagai hilirnya.

David Graeber, antropolog dan sejarawan yang banyak menulis tentang uang, hutang, kapitalisme dan peradaban, menulis dengan tajam dalam bukunya, "Debt: The First 5,000 Years." Buku ini menjadi bukti keberagaman sekaligus kedalaman pengetahuannya plus tawaran mendiskusikan peradaban baru guna membahas masa depan.

David menggunakan pendekatan antropologi sebagai pintu masuk dalam menulis ulang sejarah penjarahan dan penjajahan.

Kita butuh studi nusantara. Apa itu studi nusantara? Nusantara Studies adalah sebuah protocol kemartabatan; proposal masa depan; metoda perealisasi Indonesia Raya; pemikiran dan gerakan. Yakni revitalisasi dari gerakan pemikiran purba karena pernah ada faktanya, tetapi tak terdokumentasikan secara baik, untuk menentang, melawan dan menghancurkan kolonialisme purba dan neokolonialisme terbaru.(*)
Bagikan :

Tambahkan Komentar