Oleh Munajin, S.Ag., S.Pd., M.Pd.I
Pengasuh Pondok Pesantren Mathla'ul Anwar Puncel, Dukuhseti, Sekretaris Jam'iyah Ahlit Thoriqoh Al Mu'tabaroh An Nahdliyah (JATMAN) Kabupaten Pati

Nama asli beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli. Beliau dilahirkan di daerah yang bernama Jazulah yaitu sebuah kabilah dan barbar di pantai negri maghrib, Maroko, Afrika. Tempat ini dikenal sebagai negeri para ulama dan wali, maka wajarlah jika salah satu diantara para wali dan ulama itu adalah Syeikh Imam Al-Jazuli. Di tempat ini pun banyak karya-karya terkenal yang telah tersebar keseluruh dunia.

Imam Al-jazuli belajar di daerah Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai dan padat. Tempat ini tidak terlalu jauh dan juga tidak dekat dengan negri mesir. Jarak antara fas dan mesir dapat dikatakan jaraknya kira-kira 36 derajat 17 daqiqah atau sekitar 4.064 km. Dikota fas inilah beliau belajar hingga namanya tersohor keseluruh dunia.

Imam al-Jazuli juga banyak mengarang kitab, namun diantara kitab terkenal beliau yang terkenal adalah kitab “Dalail Khairat”. Kitab ini berisi tentang kata-kata mutiara, sejarah, dzikir dan ucapan pujian bagi Rasulullah SAW. Karena kitab inilah nama Imam al-Jazuli mulai dikenal keseluruh dunia. Bukan hanya itu sebab atau setting sosial terbentuknya kitab tersebut jugalah sangat unik.

Kronologinya adalah saat beliau disuatu ketika tengah berjalan-jalan di salah satu wilayah padang pasir, saat itu waktu shalat telah tiba. Imam al-Jazuli mencari air untuk berwudhu namun saat itu yang namanya padang pasir tentunya air sangatlah sulit didapatkan. Namun saat beliau mencari air dan akhirnya menemukan sebuah sumur beliau melihat bahwa air didalam sumur sangatlah sedikit sehingga perlu alat untuk mendapatkannya, apalagi sumur yang dijumpai beliau sangatlah dalam.


Namun ketika beliau sibuk mencari alat untuk mengambil air tersebut, tiba-tiba turunlah seorang anak yang sedang berlari dan menemui beliau. “Anda siapa, mengapa anda ada ditempat sunyi ini ..?”, tanya anak tersebut. Imam Al-Jazuli pun menjawab pertanyaan dengan mengenalkan nama beliau dan darimana beliau datang. “Anda orang besar wahai guru, namun anda sedang apa disini ?”, anak tersebut bertanya. “Saya sedang mencari alat untuk mengambil air didalam sumur itu wahai anakku”, jawab Imam Al-Jazuli.

Saat beliau meninggalkan anak tersebut dan melanjutkan untuk mencari alat mengambil air disumur, karena anak tersebut melihat Imam Al-Jazuli sangat sukar mencari alat pengambil air, maka tiba-tiba anak itupun mendekati sumur dan mengarahkan bibirnya kearahnya dan tiba-tiba air sumur pun meluap keatas, imam al-jazuli melihat terkagum melihat peristiwa tersebut.

Setelah minum dan merampungkan wudhunya, Imam al-Jazuliy lantas berkata, “Wahai anak kecil, sungguh aku kagum kepadamu! Dengan amal apakah engkau dapat meraih kedudukan setinggi ini?” Anak perempuan kecil itu menjawab, “Dengan memperbanyak membaca shalawat kepada orang yang apabila ia (Nabi Muhammad) berjalan di padang belantara, binatang-binatang buas akan mengibas-ngibaskan ekornya (menjadi jinak).”

Setelah mendengar penuturan anak kecil itu, Imam Al Jazuliy lantas bernadzar untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang shalawat untuk Nabi Muhammad. Kelak, setelah kitab tersebut selesai ditulisnya, kitab itu dinamainya Dalailul Khairat. Sebuah kitab yang masih terus dibaca hingga kini karena keberkahannya yang luar biasa. Dikemudian hari, Syaikh Uwais Ibn Abdullah al-Mujtabi al-Husainiy membuat Mukhtashar (ringkasan) kitab Dalail al-Khairat dengan nama al-Budur al-Nayyirat Fi Ikhtishar Dalail al-Khairat.

Dan sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu, Imam al-Jazuliy mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas ke desa beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syaikh Abu Abdilah Muhammad Ibn Abdullah al-Shaghir seorang penduduk di pinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya. Kemudian Imam al-Jazuliy melaksanakan khalwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dan khalwatnya untuk mengabdikan diri dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalail Khairat” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 862 H. delapan tahun sebelum hari wafatnya.

Beliau wafat waktu melaksanakan shalat subuh pada sujud yang pertama (atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu shalat Dzuhur pada hari itu juga di tengah masjid yang beliau bangun. Beliau tidak memiliki putra lelaki sehingga kekhalifahan beliau dilanjutkan oleh para murid-murid beliau diantaranya adalah: Syaikh Muhammad al-Shaghir al-Sahaliy dan Syaikh Muhammad Abdul Karim al-Mundziriy.

Sebagian karamah Imam al-Jazuliy adalah setelah 77 tahun dari wafat beliau, makam beliau dipindahkan dari kota Sus ke kota Marakisy, dan ternyata ketika jenazah beliau dikeluarkan dari kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Marakisy sering diziarahi oleh banyak orang.

Sebagian besar dan peziarah itu membaca kitab Dalail al-Khairat di sana, sehingga dijumpai di makam itu bau semerbak minyak misik yang amat harum karena begitu banyak dibacakan shalawat salam kepada Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu Dalail al-Khairat.

Akhirnya beliau mendapat predikat sebagai seutama-utamanya orang yang bersama Rasulullah kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk membaca shalawat, sebagai mana Rasulullah bersabda:

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاةً .
Artinya: “Manusia yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca Shalawat untukku.”

ذخيرة المحتاج في الصلوات على صاحب اللواء والتاج
و
كتاب فَاتِحُ اْلأَسْرَارِ وَمُفَرِّجُ الْهُمُوْمِ وَاْلأَغْيَار فِي فَضَائِل ِ الصَلَوَات عَلَى النَّبِيّ الْمُخْتَار
تأليف
الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي
Bagikan :

Tambahkan Komentar