Semarang, TABAYUNA.com – Doa membuka membuka banyak pintu keberkahan yang barangkali tidak diperkirakan oleh manusia. Sampai tidaknya doa yang kita panjatkan itu hak prerogatif Allah Swt. Tugas kita sebagai manusia adalah berdoa dengan sungguh-sungguh.

“Jangan sepelekan majelis dzikir. Keberkahan yang Allah turunkan akan membuka kemudahan, apakah itu orang tua dalam mendidik anaknya. Kalau doa dari jamaah dikabulkan, kerja pak polisi bisa lebih ringan. Negara aman, sekolah baik, dan lain-lainnya juga baik, bisa jadi itu berkat doa,” mau’idhoh hasanah Habib Umar Al Muthohar yang disampaikan dalam Jatisari Bersholawat di Masjid Jami’ Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jumat (8/9/2019).

Lebih lanjut, Habib Umar mengatakan apa yang kita dapatkan hari ini bukan semata-mata dari hasil usaha kita sendiri, tapi juga berkat doa dari orang tua kita. Dicontohkan dari salah satu nasihat nabi Khidir kepada nabi Musa As ketika menjumpai seorang anak yatim bahwa kebaikan dari orang tua yang saleh masih mengalir hingga ke tujuh tingkat keturunan di bawahnya.

Terkait dengan hak prerogatif Allah, manusia dalam menjalani kehidupannya bisa saja diuji dengan kekurangan. Sebagai orang tua, diuji dengan anak yang nakal. Suami yang saleh mendapatkan istri yang tidak taat. Apakah itu berarti Allah tidak adil, tidak menjawab doa-doa yang dipanjatkan oleh hambanNya?

“Jangankan kita, nabi saja diuji. Nabi Nuh mendapatkan anak yang durhaka. Doa Nabi Ibrahim untuk mendapatkan anak yang saleh baru dikabulkan setelah 300 tahun. Asiyah perempuan yang taat malah menjadi istri Fir’aun yang kufur,” contohnya.

Terhadap hal itu, kata Habib Umar, Allah menurunkan segala sesuatunya kepada manusia bukan tanpa maksud. Asiyah, misalnya, kelak yang dikirim oleh Allah untuk menyelamatkan bayi Musa dari niat jahat Fir’aun.

“Semua yang diberikan Allah kepada kita itu ada hikmahnya. Dalam berdoa, kita khusnudzon dan yakin kepada Allah,” tegasnya.

Habib Umar mengajak kita untuk menuju keridhoan Allah melalui banyak pintu yang berbeda. “Mau dengan berdzikir, bersholawat, kalau setiap orang bisa saling menghargai, maka masyarakat akan tenteram.”

Dengan berdzikir dan bersholawat ini semoga kita bisa lepas dari krisis multidimensi yang sedang melanda bangsa ini, pungkasnya. (Tb44/Sulhanudin).
Bagikan :

Tambahkan Komentar