Ilustrasi
Oleh : Abdulloh Faizin

Konspirasi busuk dibangun HTI dengan cara mengibarkan bendera hitam yang diklaim sebagai duplikasi liwa dan roya namun jauh panggang. Pencatutan liwa dan roya adalah upaya legitimasi palsu yang dijadikan sandaranya. padahal bendera itu mirip dengan bendera ISIS , pengibaran bendera tersebut sebagai upaya untuk memecah kemeriahan Hari Santri Nasional dengan tujuan agar pelaksan HSN pecah dan gaduh serta berantakan namun upaya mereka nihil.

Deteksi penemuan tentang sekenario kelompok sempalan pemberontak negara telah valid yakni ada upaya teroganisir dan terencana untuk menghantam NU melalui Banser,Ansor dan pemerintah yang sah.

Implementasi strategi yang dianggap strategis ternyata telah dipatahkan oleh sahabat banser dengan sigap kemudian membakarnya untuk menyelamatkan kesucianya.

Konsekwensi pembakaran bendera tersebut sangat sepektakuler menjadi titik informasi viral bahkan diviralkan menjadi klimaks sebagai bagian prioritas rekayasanya.

yakni menjadi amunisi beracun yang digunakan untuk menyatakan dan menyuarakan kepublik bahwa yang dibakar adalah kalimat tauhid dan memproduksi hoaks Islam dihina, tauhid dihina, kalimat tauhid dilecehkan, umat islam didzolimi dan tetek bengek yang lain.

Namun mereka tak mengerti bahwa hakikat jebakan mereka, yang memasukkan penyusup pengibar bendera hitam itu telah terjebak dalam ranjaunya sendiri.

Ketegasan pembakaran itu telah menarik mereka dari liang liang persembunyian mereka, mengeluarkan mereka dari lorong lorong pertapaan mereka, telah menampakkan mereka dari kesamaran selama ini, telah memperjelas identitas mereka tak jelas selama ini.

Mereka kepanasan seiring dengan pembakaran itu kemudian membuat orkestra hoaks bersama marah bersama, tak ayal lagi mereka membuat beribu bahkan berjuta juta akun memblow up, di media menggiring opini strategis menghantam Banser dan ansor karena dianggap ansor sebagai benteng penghalang misi mereka, namun upaya itu rapuh ditengah bahkan dipersimpangan jalan.

Dari peristiwa tersebut kita telah paham siapa dipihak mereka, siapa dipihak kita, siapa perongrong dan siapa pula pembangunan NKRI.

Apa ada dasar ulama kita dalam hal menyikapi pembakaran ini bendera itu ? ada dan banyak tp saya ambil satu kaidah ushul fiqih...satu dari mbah Hasyim Asyari.
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

Artinya: Menolak suatu kemudharatan/bahaya lebih didahulukan daripada meraih manfaat (keuntungan).

Untuk itu Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Tanbihat al-Wajibat menjelaskan:

اَنَّ اسْتِعْمَالَ مَا وُضِعَ لِلتَّعْظِيْمِ فِيْ غَيْرِ مَحَلِّ التَّعْظِيْمِ حَرَامٌ
“Sesungguhnya menggunakan sesuatu yang diciptakan untuk diagungkan, untuk difungsikan pada hal yg tidak diagungkan adalah hal yang haram“.

kita bangun negara ini dengan kedamaian dan bukan mengawali dan melakukan kegaduhan, semoga berkah.

Lamongan 25 okt 2018

Menurut kang Ayik Heriansyah mantan HTI Lambang dan stempel HTI pada AD ART mereka waktu daftar di Kesbangpol. Sama persis dengan bendera yang dibakar Banser.

Teman banser harus paham diskursus ini...silahkan share
Bagikan :

Tambahkan Komentar