Ilustrasi
Oleh Nur Khalik Ridwan

Nabi Muhammad bersabda:
"As'adun nas bisyafa`ati yaumal qiyamah man qola la Ilaha illalloh kholishon min qolbihi au nafsihi"

"Orang yang paling beruntung mendapat pertolonganku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Illalloh, benar-benar Ikhlas dari hatinya atau jiwanya" (HR. Bukhori, No. 33, pada kitabul Ilmi).

Kalimat tauhid menurut Rosululloh di atas, dipakai untuk diucapkan. Bukan dengan tujuan untuk meremehkan orang, atau membuat kegaduhan masyarakat. Dilakukan dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya. Tidak untuk pamer pamer, apalagi untuk membuat gagah-gagahan, atau untuk mengacaukan keadaan masyarakat.

Mengucapkan dengan lisan, di situ juga bermakna mendzikirkannya dengan wirid yang ajeg, sebagaimana dikuatkan dengan amalan para guru: "Afdholudz dzikr i fa' lam annahu la Ilaha illalloh."

Maksudnya agar hati dan nafs semakin lembut. Fungsi kalimat tahlil ini dalam tarekat Syaikh Abdul Qodir al-Jilani, adalah untuk melawan nafsu Ammaroh bis su', sehingga harus dibaca berulang-ulang.

Wasiat Nabi Muhammad tentang kalimat tahlil ini adalah untuk dzikir dengan lisan. Bahkan hadits hadits yang berkaitan dengan kalimat tahlil ini, dan riwayat guru guru yang bersambung kepada Kanjeng Nabi Muhammad, dalam Qodiriyah Naqsyabandiyah dan Syathoriyah, kalimat di atas adalah untuk dzikir, lalu maknanya dijadikan muroqobah batin dan tadabbur. Buahnya adalah iman, yaqin dan tauhid.

Sementara, kalimat tahlil yang digunakan dalam bendera, dimensinya ijtihad. Dan bila digunakan untuk kepentingan politik, menimbulkan kegaduhan dan adu domba, atau gagahan-gagahan, untuk menghina umat Islam lain, buahnya adalah riqobu ba'dihum badhon, saling cekcok dan gaduh. Sudah selayaknya ditinggalkan.

Agar umat Islam siap diamanahi menjadi Kholifah fil Ardhi, kalimat tahlil itu, semestinya mengikuti sabda Nabi di atas yang berfungsi menjadi pedang untuk mengalahkan nafsu Ammaroh dalam diri kita masing masing. Sedangkan nafsu Ammaroh itu ada di setiap individu muslim, yang belum mangalahkannya. Maka ketika dia digunakan untuk menusuk saudara-saudara muslim lain, ia beralih menjadi belati yang mematikan, justru untuk menuruti Ammaroh. Maka dalam keadaan seperti itu, penggunaan belati yang demikian harus dihentikan, untuk menciptakan kemaslahatan umat.

Wallohu a'lam.
Bagikan :

Tambahkan Komentar