Temanggung, TABAYUNA.com – Melalui Program Kadang Peduli 2018, Kadang Temanggungan bekerjasama dengan STAINU Temanggung menggelar seminar Manajemen Peningkatan Profesionalisme Dosen pada Sabtu (8/12/2018) di STAINU Temanggung yang diikuti puluhan dosen dan pejabat kampus.

Dalam sambutannya, Ketua STAINU Temanggung Dr. H. Muh Baehaqi, MM menyampaikan bahwa kegiatan itu menjadi langkah awal untuk bersinergi memajukan STAINU Temanggung. “Mimpi saya, tahun 2019 ini kita beralih status dari Sekolah Tinggi menjadi Institut. Dari STAINU menjadi INISNU. Karena syarat minimal sudah kita penuhi, yaitu enam prodi, dan enam dosen tetap ber-NIDN di masing-masing prodi,” katanya.

Saya langsung welcome, kata dia, dengan teman-teman Kadang Temanggungan. “Saya melihat beberapa bulan lalu, banyak teman-teman asli Temanggung banyak sukses di tingkat nasional. Banyak kalangan Dirjen, ada juga di Polri, dan lainnya. Nah, mimpi saya ini, kalau nanti STAINU jadi universitas harus punya enam profesor atau guru besar,” beber doktor jebolan UII Yogyakarta tersebut.

Eli Mantofani Ketua Forum Ikatan Kadang Temanggungan (FIKT) mengatakan bahwa kegiatan itu menjadi salah satu kegiatan yang digelar bersamaan selain di Pendopo Pengayoman, Kledung, dan Kaloran. “Langkah ini menjadi awal, untuk membesarkan STAINU Temanggung ini. “Kalau infrastruktur nanti gampang kita usahakan. Yang paling penting SDM dosen kita genjot untuk melesat agar ke depan lebih baik,” beber dia.

Kadang Temanggung adalah forum silaturahim yang berisi orang-orang yang asli dan pernah belajar, hidup di Temanggung. “Kami rindu Temanggung akan jadi kota indah, bersih, dan maju,” beber dia.

Dalam kesempatan itu, disi Dr. Endah Nuraini, MM Ketua Program Pascasarjana PPM School of Management Jakarta tersebut mengatakan pembelajaran, kurikulum, memang harus sesuai dengan visi misi. “Profil lulusan harus menggambarkan visi dan misi,” bebernya.

Semua dosen harus Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Mendidik dan mengajar, meneliti, dan pengabdian kepada masyarakat. Kalau yang namanya profesionalisme, profesional, bergantung definisinya sekarang. Profesional wajib karena zaman dulu dengan sekarang beda. Jika dulu ada anak nilainya jelek, bapak ibu tidak marah pada guru, tapi sekarang mendatangi gurunya,” beber dia.

Sifar kegiatan yang dilakukan dengan mengikuti sistem, bukan tuntutan. Profesionalisme salah satunya tingkah laku, kepakaran, atau kualitas dari soerang yang profesional.

Ada tiga skill yang wajib dikuasai. Pertama, technical skill, kedua, communication, ketiga, human relations. “Seorang dosen tidak hanya dituntut pintar, tapi harus lihar berkomunikasi, dan menghadapi kompleksitas,” lanjut dia.

Dalam kesempatan itu, doktor yang akrab disapa Nunik itu menjelaskan profesionalisme dari tiga aspek. Mulai dari mendidik/mengajar, meneliti dan mengabdi. “Ada beberapa teknik mengajar yang baik. Pertama, adalah penampilan. Kedua, ruangan. Ketiga, analisis mahasiswa. Keempat, materi. Kelima, peralatan presentasi. Keenam, harapkan yang tidak diharapkan,” lanjut dia.

Untuk sesi awal mengajar atau perkuliahan, kata dia, pertama adalah introduksi yang harus singkat, hindari diskon diri, dan antusias. Kemudian, lanjut dia, awal kali pembukaan harus menarik dan berkesan. (tb44/hi).
Bagikan :

Tambahkan Komentar