Oleh Amanda Fathin Furroyda
Mahasiswi Prodi PGMI Semester 2 STAINU Temanggung

Dalam buku, di dalamnya ada bab yang membahas tentang kejahatan seksual pada anak SD/MI yang semakin hari semakin meningkat yang dapat menyebabkan dampak traumatis terhadap korban. Dengan penulis Widyawati yang merupakan mahasiswi STAINU Temanggung juga sebagai guru di MI Kemloko, Kranggan, Temanggung. Beliau memilih tema ini karena kejahatan seksual semakin hari semakin meningkat . Kejahatan seksual pada anak merupakan suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Hal tersebut akan berdampak pada traumatik yang dialami anak sebagai korban kekerasan seksual begitu mendalam dan sulit untuk disembuhkan. (hlm.171-172)

Kejahatan seksual dapat dikategorikan kedalam tiga bentuk. Kategori pertama, sexual molestation (penganiayaan) Semua hal yang berkaitan untuk menstimulasi pelaku secara seksual. Kedua, sexualassault (perkosaan), berupa oral atau hubungan dengan alat kelamin, masturbasi, felatio (stimulasi oral pada penis), dan cunnilingus (stimulasi oral pada klitoris). Kategori ketiga disebut forciblerape (perkosaan secara paksa), meliputi kontak seksual. (hlm. 173)

Ada beberapa empat penyebab terjadinya perlaku kejahatan seksual pada anak. Pertama, pornoaksi dan pornografi yang tidak terkendali. Kedua, keteledoran orang tua memberikan pakaian minim kepada anak-anak perempuan. Ketiga, orang tua lengah dalam mengawasi lingkungan pergaulan anak, terutama untuk anak-anak yang kedua orang tuanya sama-sama bekerja. Keempat, anak tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat melindungi dirinya dari ancaman seksual. (hlm. 173-374)

Dampak kejahatan seksual bagi perkembangan anak akan menimbulkan trauma. Efek trauma ini akan melekat kuat pada memori anak yang terus menerus muncul dalam ingatan , secara tiba-tiba, baik melalui stimulus penglihatan dan pendengaran, secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga dengan sedikit stimulasi pada traumanya, anak  akan dengan mudah terpantik untuk melakukan tindakan agresif, kekerasan, termasuk perilaku amoral. Hal tersebut merupakan copingstrategy anak dalam mengatasi konflik batin yang disebabkan oleh trauma. Anak juga akan mengalami gangguan dalam perkembangan psikologis, dan interaksi social. Kesulitan untuk membina hubungan dengan orang lain, harga diri anak rendah, abnormalitas atau distorsi mengenai pandangan terhadap seks, gangguan personality, kesulitan dalam membina hubung dengan orang lain dalam hal seksualitas, mempunyai tendency untuk prostitusi, dan mengalami masalah yang serius pada usia dewasa. (hlm 174-l 175)

Dalam mengatasi kejahatan seksual anak melalui pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa hal. Tujuan dilakukan pembelajaran ini adalah melatih pemahaman, dan kepekaan anak atas perilaku-perilaku yang menjadi factor risiko kejahatan seksual pada anak. Pemahaman yang ditanamkan pada anak usia sekolah adalah mengenai organ tubuh mereka dan dapat dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh internal. Tidakk ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali melakukannya setahap demi setahap sejak dini. (hlm. 179)

Kita dapat mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan menjadikannya sebagai satu kebiasaan sehari-hari, menanamkan pengertian pada anak sama halnya menanamkan pengertian tentang agama. Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembang biak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Orang tua dapat member tahu apa saja dampak-dampak yang akan diterima apabila anak begini dan begitu. (hlm.179)

Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Mana yang boleh disentuh ataupun tidak, pemdidikan inipun secara tidak langsung dapat mengajakan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain memasuki wilayah tersebut. (Hlm 179)

Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negative pada anak. Di sini orang tua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kritis dan ingin tahu tentang segala hal. Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. (hlm. 180)

Berdasarkan hasil belajar tersebut diperoleh pemahaman yang meningkat dari yang masih belum memahami wilayah-wilayah resiko kejahatan. Anak-anak cenderung memberikan respon penolakan dan mudah tidak percaya keapda orang asing yang baru dikenalkannya. Anak akan mudah melakukan proteksi terhadap dirinya tanpa diminta dan disuruh. (hlm.180)

Pendidikan seks tidak hanya diberikan kepada waktu khusus atau sekali saja. Informasi harus diberikan secara bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan dan tingkat kematangan anak, sehingga dapat digunakan untuk melindungi diri sendiri. (1180-181)

Kekurangan dan kritik:
Pada artikel yang terdapat dalam buku Problematika Anak SD/MI Zaman Now dan Solusinya dengan judul  Upaya Mengatasi Kejahatan Seksual pada Anak SD/MI masih terdapat sedikit kesalahan. Walaupun hanya terdapat sedikit kesalahan namun itu dapat mengganggu kenyamanan pembaca dalam menelaah isi dari bacaan tersebut. Misalnya saja adalah masih terdapat kata yang masih berisifat boros, kemudian masih terdapat kata yang penulisannya masih terdapat kekurangan atau kelebihan huruf atau kekeliruan dalam penulisan huruf.

Kelebihan dan pujian:
Buku ini sangat bermanfaat bagi para orang tua atau para pendidik dalam mengatasi kejahatan seksuak pada anak sekolah dasar. Dalam buku ini terdapat penyebab, dampak serta cara mengatasinya. Artikel ini sangat membantu dalam mengetahui berbagai hal dari kejahatan seksual.

Biodata buku:
Judul : Problematika Anak MI/SD dan Solusinya
Nama Penulis : Tim PGMI STAINU Temanggung
Nama Editor   : Hamidulloh Ibda, M.Pd
ISBN: 978-602-50566-5-9
Penerbit: Forum Muda Cendekia (Formaci), Semarang
Tahun Terbit  : 2019
Cetakan:  1 (Pertama)
Tebal: 21X24 cm, xviii+396 Halaman

Bagikan :

Tambahkan Komentar