Oleh Ira Khoirun Nisa
Peresensi adalah Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung

Tradisi adalah suatu kebiasaan yan dilakukan sejak dulu dari zaman nenek moyang dan sudah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi misalnya berupa adat istiadat dan kesenian. Terkadang sebuah tradisi yang sudah biasa dilakukan oleh suatu masyarakat dianggap oleh suatu kaum menjadi bid’ah.


Tradisi-tradisi lokal khas Magelang, sangat beragam dan melimpah ruah. Tradisi sudah menjadi bagian yang sangat penting bagi masyarakat pada umumnya. Di antaranya yang tertulis di buku Sejarah, dan Leganda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang, ada sekitar  beberapa tradisi yang masih dijunjung tinggi nilai kearifan lokalnya. Misalnya tradisi nyadran, ngruwat, merti desa dan masih banyak lagi.


Tradisi di Nepak
Selama ini tradisi dan budaya Dusun Nepak ini masih berkembang pesat sampai saat ini, seperti janthilan, walaupun sudah tak selengkap dulu. Akan tetapi tradisi yang sampai saat ini masih dilaksanakan yaitu nyadran. Menurut saya tradisi nyadran itu pasti ada di berbagai daerah khususnya Jawa. Hanya saja ada yang menganggap bahwa tradisi nyadran itu bid’ah. Sebagian orang yang menganggap bahwa tradisi nyadran itu bid’ah maka orang tersebut tida pernah mengikuti ketika ada nyadran di dusun. (hlm. 205)

Kesenian tradisional di desa bulurejo saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat dusun Nepak yaitu kesenian dayakan, kesenian dayakan ini baru berkembang beberapa tahun yang lalu yang diciptakan oleh para generasi muda di desa ini. Kesenian dayakan ini dibagi menjadi dua grup dayakan anak-anak dan grup dayakan ibu-ibu. Kesenian ini sudah berkemban pesat di masyarakat dan di luar desa pun kesenian ini sudah mampu tampil dengan menarik dan bagus di depan masyarakat. (hlm. 212)

Tradisi di Bulurejo
Tradisi di desa Bulurejo selain kesenian tradisional dan nyadran yaitu maulid Nabi Saw, jadi setiap tahun pada bulan maulud pasti di desa ini memperingati maulid nabi Muhammad saw dengan pengajian akbar yang dilaksanakan di Masjid At-Taqwa Baiturrakhim dusun Nepak desa Bulurejo setelah salat isya. Kemudian di malam ke dua belas diakhiri dengan penutupan al berjanji dengan makan bersama satu desa.(hlm 212)

Tradisi di Kenalan
Merti desa
Tradisi ini dilaksanakan oleh seluruh warga desa Pakis di dusun masing-masing dikoordinir oleh Kepala Dusun. Tradisi ini dimaksudkan sebagai bentuk syukur atas keberhasilan masyarakat dalam bercocok tanam, dilaksanakan setiap bulan rajab.(hlm 225)

Tradisi Lacen
Tradisi ini dimaksudkan untuk memberi makanan dan minuman dan kesenangannya yang disukai oleh orang yang sudah meninggal. Karena dipercaya masyarakat, arwah dari orang meninggal dalam kurun waktu 7 hari masih datang dan pergi ke rumah. Tradisi lacen dilaksanakan pada hari dimana seseorang itu meninggal dunia. Makanan dan minuman yang disajikan seperti kopi, jadah bakar, dan rokok. (hlm 227)

Ngruwat
Ngruwat adalah tradisi masyarakat yang diperuntukkan bagi suatu keluarga yang mempunyai anak satu (ontang-anting), anak tiga(anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan, dan anak ketiga laki-laki) atau disebut sendang kapit pancuran anak tiga (anak pertama peempuan, anak kedua laki-laki, dan anak ketiga perempuan) atau disebut pancuran sandang kapit. Dengan tradisi ngruwat biasanya dengan mengadakan pementasan wayang kulit semalam penuh, dengan harapan keluarga yang memiliki anak tersebut akan diberi kebahagiaan, kesuksesan, dan dijauhkan dari malapetaka yang kelak bisa menimpa mereka jika tidak dilaksanakan tradisi ngruwat. Pementasan wayang untuk prosesi ngruwat membutuhkan persiapan yang lebih berat, misalnya dalang yang akan memimpin pementasan harus melakukan puasa nglapus (tidak makan, tidak minum, dan tidak tidur selama tiga hari berturut-turut). Lakon pementasan wayang juga tifak sembarangan, seperti pementasan wayang pada umumnya. (hlm 227)

Tradisi Siklus Hidup
Masyarakat desa Pakis juga melaksanakan sejumlah tradisi untuk memulai membangun rumah, mengadakan hajat perkawinan, hajatan khitanan, dan bercocok tanam serta tradisi kelahiran anak. Semua tradisi ini dilakukan untuk mengharap keselamatan, keberkahan, dan kebahagiaan dalam menjalani hidup di dunia. (hlm 229)

Kelebihan/Pujian:
Buku ini memaparkan secara detail dan rinci tentang sejarah dan legenda daerah masing-masing. Buku ini juga dilengkapi dengan hasil wawancara pribadi yang dilakukan oleh penulis. Selain itu juga di lengkapi oleh gambar yang menambah daya tarik terhadap pembaca dan menambah wawasan tentang seluk beluk desa yang mungkin awal mulanya banyak yang belum tahu asal usul desa masing-masing. Tidak hanya sejarah dan legenda saja dalam buku ini juga memuat tentang tradisi, budaya, kearifan lokal, bahkan mitos.

Kekurangan/Kritik:
Dalam buku ini masih banyak ditemukan kata-kata yang kurang efektif dan ejaannya penggunaan katanya belum tepat.

Kesimpulannya yaitu Indonesia memiliki berbagai macam tradisi yang sudah melekat dalam masyarakat. Bahkan setiap daerah memiliki sebuah tradisi masing-masing yang berbeda. Sebagai sistem budaya, tradisi biasanya menjadi sumber bagaimana harus berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Oleh sebab itu,  di era revolusi industri 4.0 ini tradisi harus dipertahankan sebagai bagian dari masa lalu selama tradisi tersebut tidak bertentangan dengan agama.

Biodata Buku:
Judul: Sejarah, dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang
Nama Penulis  : Tim PAI IB STAINU Temanggung
Nama Editor   : Hamidulloh Ibda
ISBN   : 978-602-53552-7-1
Penerbit : CV Pilar Nusantara
Tahun Terbit: 2019
Cetakan dan Tebal: 1, 21 x 14 cm, xiv + 301 halaman
Harga: Rp. 55.000, 00


Bagikan :

Tambahkan Komentar